Corona di Bali
Sopir Terminal Ubung Denpasar Menjerit Tak Dapat Penumpang: Bingung Saya Kalau Begini Terus
Sopir bus jurusan Denpasar-Gilimanuk ini mengaku penumpang benar-benar sepi semenjak adanya pandemi Covid-19 ini
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pukul 15.00 Wita, Putu Bajawan masih duduk termenung menunggu penumpang di Terminal Ubung, Denpasar, Bali, Sabtu (2/5/2020).
Sopir bus jurusan Denpasar-Gilimanuk ini mengaku penumpang benar-benar sepi semenjak adanya pandemi Covid-19 ini.
"Sebelum adanya Covid-19 ini sudah sepi, sekarang tambah sepi lagi. Bingung saya kalau begini terus," ujar Bujawan.
Sebelum pandemi Covid-19 ini, Bujawan mengaku rata-rata dirinya bisa dapat 10 penumpang per hari.
Semenjak pandemi Covid-19, ia cuma dapat rata-rata dua sampai tiga penumpang.
Padahal, untuk menjalankan bus yang ia kendarai, minimal ia harus mengantongi uang Rp 550 ribu.
"Beli bensin saja pp Denpasar-Gilimanuk itu Rp 250 ribu, belum lagi harus nyetor ke bos Rp 250 ribu. Biaya makan Rp 50 ribu, jadi Rp 550 minimal harus dapat, kalau gak saya norok," katanya
Untuk penumpang lokal, Bujawan hanya meminta Rp 40 ribu dari Gilimanuk ke Denpasar atau sebaliknya.
Sedangkan, untuk turis, ia kenakan Rp 50 ribu.
"Kemarin saya narik cuma dapat Rp 350 ribu seharian, saya pakai beli bensin Rp 250 ribu, setor ke bos Rp 70 ribu, saya cuma dapat Rp 30 ribu saja," curhat pria asal Gilimanuk ini.
Bujawan terpaksa tetap menjadi sopir meski keadaan sangat sepi karena tak ada pilihan lain lagi.
"Kalau di rumah gak ada kerjaan. Yang penting keluar saja saya, yang penting ada usaha nyari uang," tuturnya
(*)