Bulan Ramadhan
Kesalahan-kesalahan Dalam Berpuasa Ramadhan
Masih ada beberapa kesalahan-kesalahan yang berkembang di masyarakat dalam menjalankan ibadah puasa
Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, M Firdian Sani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam menjalankan ibadah puasa tentu ada beberapa aturan-aturan yang harus dilakukan, salah satunya adalah menunaikan sahur, menahan diri dari perbuatan kotor, serta rentetan ibadah pendukung lain.
Bagi sebagian orang, aturan-aturan itu nyatanya tak dipahami dengan benar oleh kaum muslimin, masih ada beberapa kesalahan-kesalahan yang berkembang di masyarakat dalam menjalankan ibadah puasa.
Ustaz M Sya'an, LC dalam kultumnya di Masjid Baitul Makmur menjelaskan, ada beberapa kesalahan-kesalahan dalam berpuasa, yang pertama adalah soal perkara sahur.
"Kesalahan yang pertama adalah menganggap bahwa sahur itu tidak penting. Makan sahurlah kalian, maka sesungguhnya di dalam sahur itu ada keberkahan," katanya dikutip dari siaran langsung Facebook 'Masjid Baitul Makmur DPS', Rabu (29/4/2020).
"Oleh karena itu kaum muslimin yang di rahmati Allah SWT, bangunlah di pagi hari sebelum waktu subuh untuk melaksanakan sahur walaupun hanya seteguk air," sambungnya.
Memang hukum sahur adalah sunnah yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak apa-apa atau tidak berdosa.
Namun, Ustaz Sya'nan tentunya tidak ingin kaum muslimin menyepelekan sahur karena mengandung keberkahan sebagaimana yang disampaikan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Anas bin Malik sebagai berikut.
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Artinya: “Sahurlah kalian semua. Sesungguhnya sahur itu mengandung keberkahan.” (HR Bukhari: 1923) sumber: NU.online.
Yang kedua adalah terkait dengan waktu imsak, menurutnya banyak kalangan masyarakat menganggap bahwa imsak itu adalah batas akhir waktu subuh antara waktu kurang lebih sepuluh menit sebelumnya.
"Yang disebut dengan imsak itu ialah sebenarnya puasa itu sendiri, di tengah-tengah kita banyak yang menanggap bahwa imsak itu batas terakhir sebelum waktu subuh kira-kira sepuluh menit sebelumnya. Padahal Rasulullah SAW tidak pernah membatasi itu, kalaupun kita mau ikhtiar atau berhati-hati, misalnya kita berhenti sahur sebelum subuh dua menit atau tiga menit sebelumnya, maka itu baik-baik saja, asal jangan menganggap imsak itu adalah batasan terakhir, itu merupakan kesalahan yang fatal di tengah-tengah masyarakat kita," jelasnya.
Ustaz Sya'nan menerangkan, jika awal berpuasa bagi umat muslim dimulai dari waktu fajar atau subuh.
"Yang dimaksud di sini adalah waktu fajar atau subuh yang menjadi waktu awal kita berpuasa," ujarnya.
Dalam hal ini berarti saat imsak sebenarnya kita masih bisa memulai atau melanjutkan santapan sahur, sebagaimana yang diterangkan oleh Fathul Mu‘in berikut ini.
ويجوز الأكل إذا ظن بقاء الليل باجتهاد أو إخبار وكذا لو شك لأن الأصل بقاء الليل لكن يكره ولو أخبره عدل طلوع الفجر اعتمده وكذا فاسق ظن صدقه
Artinya, “Makan masih dibolehkan bila menduga keberadaan malam berdasarkan ijtihad atau kabar dari seseorang. Demikian juga (masih dibolehkan makan) bila seseorang ragu karena pada asalnya malam masih ada. Tetapi (makan) makruh. Kalau orang terpercaya mengabarkan terbit fajar kepadanya, maka ia harus mempercayainya. Sama halnya (ia harus mempercayai) orang fasik yang diduga keras kejujurannya,” (Lihat Syakh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada hamisy I‘anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425 H-1426 H], juz II, halaman 265-266). sumber: NU.online.
Yang ketiga adalah anggapan tidur merupakan ibadah.
Memang benar merupakan ibadah, namun jika berlebihan dan tanpa niat untuk menguatkan dirinya berpuasa, serta menghindari diri dari perbuatan zalim tentunya itu tidaklah benar.
"Apabila dia tidur sejenak untuk menguatkan dirinya atau menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, maka itu merupakan ibadah. Jangan sampai kita banyak tidur saat puasa dengan anggapan tidur seperti itu adalah ibadah," paparnya.
Yang selanjutnya adalah ketika kita melakukan shalat tarawih, maka sebagian dari kita ada yang melangsungkan ibadah tarawih dan witir berbeda tempatnya, dalam artian tarawih di masjid dan witir di rumah.
Ustaz Sya'nan menerangkan, baiknya kita tuntaskan shalat witir juga bersamaan dengan imam dengan tidak terputus.
"Ketika kita melakukan shalat tarawih, kemudian dilanjutkan dengan witir, banyak diantara kita yang berhenti setelah shalat tarawih lalu pulang shalat witir di rumah atau shalat dengan orang lain. Maka hendaknya kita menyelesaikan ibadah shalat itu bersama imam jangan sampai terputus. Karena pahalanya sangat besar sama dengan ibadahnya selama satu malam," pungkasnya.
(*)