Pendapatan Naik 9 Persen, XL Axiata Tetap Raih Pertumbuhan Kinerja Positif
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) berhasil mengawali tahun 2020 dengan kinerja yang kuat, di tengah kompetisi industri telekomunikasi dan data yang terus
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Di sisi lain, beban usaha menurun 10 persen (yoy) dan menurun 13 persen (qtq). Hal ini bisa terjadi, karena beban biaya infrastruktur yang lebih rendah (-23 persen) (yoy) dan (-24 persen) (qtq) sebagai hasil dari adopsi IFRS 16.
Sementara itu, biaya interkoneksi dan biaya lainnya turun 9 persen lebih rendah karena menurunnya interkoneksi dari trafik layanan voice.
Biaya pemasaran juga turun 1 persen, lebih rendah karena terjadinya pergeseran pengeluaran ke digital. XL Axiata terus berinvestasi untuk memperluas dan meningkatkan kualitas jaringannya di seluruh Indonesia.
Per akhir Maret 2020, XL Axiata memiliki lebih dari 133 ribu BTS, meningkat 9 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Sebanyak lebih dari 43 ribu BTS, di antaranya merupakan BTS 4G. Jaringan 4G XL Axiata kini telah hadir dan melayani pelanggan di 449 kota/kabupaten yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Meskipun pandemi Covid-19, instalasi jaringan terus berjalan sesuai rencana tanpa gangguan dan mayoritas diharapkan akan selesai sebelum Lebaran.
Neraca perusahaan juga tetap sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah proses penjualan menara.
Rasio utang bersih terhadap EBITDA juga ada di bawah 1x. Free Cash Flow (FCF) perusahaan juga dalam kondisi yang sehat, meskipun ada kenaikan pada komitmen untuk keperluan capex dan roll-out 2020.
FCF meningkat 82 persen (yoy) menjadi Rp 1,4 triliun.
Pada akhir Maret 2020, XL Axiata tidak memiliki utang dalam mata uang US Dollar, dengan komposisi 46 persen, di antaranya berbunga floating dan masa jatuh tempo yang tidak bersamaan.
Terkait dengan yang pandemi Covid-19, manajemen sudah menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk menghadapi pandemi tersebut untuk memastikan keberlangsungan layanan telekomunikasi bagi masyarakat di masa darurat saat ini.
Sejak kebijakan bekerja dari rumah diterapkan pada 17 Maret 2020, perusahaan juga sudah menjalankan Business Continuity Plan untuk memastikan transisi pelayanan pelanggan bisa dilaksanakan dengan lancar.
Untuk keperluan pembangunan jaringan, semua tetap berjalan sesuai dengan rencana, tidak ada penundaan yang berarti, dengan pengiriman peralatan dan material jaringan dikirimkan tepat waktu.
“Pandemi Covid-19 akan mendorong pelanggan untuk beralih ke layanan digital. Banyak hal yang sebelumnya dilakukan secara manual, kemudian dilakukan secara digital."
"Selain itu, ketika orang terus bekerja dan belajar dari rumah, kebutuhan akan akses internet akan terus meningkatkan permintaan layanan data,” katanya.