Bali Paradise
Meski Baru Buka, Filosofi Keladi Sehari Bisa Jual Sampai 25 Bungkus Bakwan Keladi
Meskipun baru didirikan tanggal 5 Mei 2020 lalu, Filosofi Keladi mampu menjadi salah satu kuliner hits di Kota Singaraja
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Meskipun baru didirikan tanggal 5 Mei 2020 lalu, Filosofi Keladi mampu menjadi salah satu kuliner hits di Kota Singaraja, Buleleng, Bali.
Filosofi Keladi menghadirkan kuliner Bakwan Keladi yang memiliki citarasa renyah, gurih dan tentunya lezat.
Sebagai pelengkap, Bakwan Keladi ini dilengkapi dua varian saos gurih, yaitu asam manis dan pedas manis.
"Untuk antusiasme dari testimoni yang saya kumpulkan dan posting di akun IG @Filosofi Keladi, banyak masyarakat yang antusias dengan Bakwan Keladi kami karena mereka sangat sulit mencari kuliner ini di Singaraja, dan Bakwan Keladi buatan mertua saya lain rasanya dari Bakwan Keladi di tempat lain," ucap Owner Filosofi Bakwan, I Made Indrawan Bayu Putra.
Menurut pria yang sering disapa Dein ini, setiap harinya selalu ada pelanggan yang memesan Bakwan Keladi, bahkan ada yang menjadikannya bingkisan untuk keluarga.
"Untuk pesanan paling sedikit 10 bungkus per hari dan paling banyak hingga 25 bungkus per hari," ungkap Dein pada Tribun Bali.
Harga yang dibanderol di Filosofi Keladi ini mulai Rp 5 ribu sampai Rp 50 ribu bergantung ukuran yang diinginkan pelanggan.
Mengingat adanya imbauan di rumah saja, Dein bersama keluarganya menghadirkan jasa delivery untuk daerah seputaran Kota Singaraja, Bali.
"Untuk delivery kami siap antar dari pukul 09.00 - 18.00 Wita, tapi jika ada yang terdesak ingin memesan seperti ada yang ngidam dan lain-lain, kami masih siap antarkan," terangnya.
Ia menuturkan, sering mendapatkan pesanan dari lokasi yang agak jauh dari rumahnya, seperti dari daerah Ambengan serta Seririt.
"Kalau pengiriman yang tak terlupakan itu saat membawa pesanan ke tempat isolasi PMI di sebuah hotel," kata Dein.
"Untuk Bakwan Keladi ini, mertua saya gak pernah nyetok yang sudah digoreng. Jadi, setiap ada pesanan, saat itulah langsung digoreng supaya Bakwan Keladinya tetap hangat dan teksturnya tidak mlempem saat diterima konsumen," tutur pria berusia 23 tahun ini.
Filosofi Keladi sendiri, Dein dirikan bersama Istrinya Kadek Novi Purwanti dan mertuanya Luh Purniasih.
Didirikannya Filosofi Keladi ini berawal dari seringnya Dein mencicipi Bakwan Keladi buatan mertuanya yang memiliki rasa yang lezat dan mengingatkannya pada rasa Bakwan Keladi masakan neneknya.
Bakwan Keladi merupakan kuliner yang sangat akrab di masyarakat Banjar Paketan, Singaraja, Buleleng, Bali.
Masyarakat di sana biasa menyebut kuliner ini dengan sebutan Gincai, yang menurut Dein, kuliner ini merupakan kuliner yang dulunya sering dimasak oleh keluarga Tionghoa termasuk nenek Dein.
(*)