Bulan Ramadhan
Ramadan & Idul Fitri Saat Pandemi, Ketua Muhammadiyah Bali Yakin Tak Akan Kurangi Makna Keduanya
Ia mengatakan puasa dan Idul Fitri tidak akan berkurang maknanya lantaran anjuran dari pemerintah di rumah saja untuk social distancing dan physical
Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Ady Sucipto
Laporan Wartawan Tribun Bali, M. Firdian Sani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Meski bulan Ramadan dan Idul Fitri 1441 H atau tahun 2020 ini berada dalam situasi pandemi Covid-19 Aminullah Ketua Muhammadiyah Provinsi Bali menegaskan tak akan mengurangi makna keduanya.
Ia mengatakan puasa dan Idul Fitri tidak akan berkurang maknanya lantaran anjuran dari pemerintah di rumah saja untuk social distancing dan physical distancing tidak akan mengurangi esensi dan pahala ibadah.
"Bulan puasa kan pada intinya adalah menahan diri. Tahun ini, selama satu bulan kita diuji mengendalikan diri untuk tidak melakukan rangkaian ibadah di tempat umum seperti biasanya," katanya saat ditemui Tribun Bali, Kamis (15/5/2020).
Pemerintah melarang untuk melakukan peribadatan di masjid seperti salat berjamaah lima waktu, tarawih, tadarus, termasuk salat idul fitri karena menimbulkan kerumunan yang selama ini disinyalir mempermudah penyebaran covid 19.
Sementara itu, Aminullah menerangkan Islam mewajibkan kita menuruti aturan pemimpinnya selama itu dalam kebaikan, aturan di rumah saja sejatinya membuat umat muslim bisa lebih fokus untuk beribadah.
"Yang terpenting tetap memaksimalkan dengan prinsip-prinsip anjuran dari rumah, kita juga masih bisa lakukan ibadah itu di rumah bersama keluarga. Jadi tidak ada masalah sebenarnya," paparnya.
Tidak perlu berlarut dalam kesedihan, Kepala Seksi Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar ini juga meyakinkan jika kesuksesan ibadah di rumah saja patut dibanggakan.
"Kita tidak bisa merayakan seperti yang lalu dalam kondisi normal.
Karena itu kita tetap merayakan dengan berbahagia namun tidak perlu dengan berlebihan.
Berhasil melewati ujian dengan tetap beribadah dari rumah dengan keikhlasan di tengah situasi sulit patut dirayakan," tuturnya.
Termasuk persoalan larangan mudik bagi perantau, Aminullah mengatakan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan di momen-momen seperti ini.
Meski tidak bisa pulang, namun silaturahmi dengan memanfaatkan fitur video call atau via telepon bisa menjadi alternatif untuk kurangi rasa rindu terhadap keluarga dan kampung halaman.
Hal itu juga sebagai wujud kita melindungi keluarga dari ancaman bahaya virus, Aminullah bahkan mengatakan jika ini adalah awal momentum untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19.
"Mudik merupakan fadhilah (keutamaan) dalam silaturahmi. Namun di situasi seperti ini kita tidak boleh memaksakan diri.
Toh bisa memanfaatkan teknologi, menggantinya dengan telepon atau video call. Yang terpenting komunikasi tetap berjalan," jelasnya. (*)