Jika Terjadi Perang Antara China & AS di Laut China Selatan, Ini Dampaknya Bagi Indonesia

Potensi pecahnya konflik Laut China Selatan yang melibatkan China dan Amerika Serikat (AS) belakangan ini semakin meningkat.

Editor: Ady Sucipto
Reuters via Kompas.com
(ilustrasi) Kapal laut China berpartisipasi dalam latihan militer di Laut China Timur, China, 1 Agustus 2016. 

TIRBUN-BALI.COM, JAKARTA - Potensi pecahnya konflik Laut China Selatan yang melibatkan China dan Amerika Serikat (AS) belakangan ini semakin meningkat. 

Bahkan, jika berujung pada pecahnya eskalasi menuju ke pertempuran oleh dua negara adidaya tersebut akan berdampak serius bagi Indonesia. 

Demikianlah analisis dari Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto mengenai konflik di Laut China Selatan. 

Dampak pertama, kata Soleman, dari sisi lingkungan setidaknya laut Indonesia akan tercemar. 

Tidak hanya itu, ia juga meyakini Indonesia akan kedatangan pengungsi perang dari sekitar Laut China Selatan.

Hal tersebut diungkapkan Soleman ketika menanggapi pertanyaan seorang peserta Diskusi Webinar bertajuk "Polemik Rancangan Perpres Tentang Tugas TNI dalam Mengatasi Terorisme" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Selasa (9/6/2020).

Jika Amerika dan China Tempur di Laut China Selatan, Ini Dampaknya bagi Indonesia

China Miliki 2.200 Rudal Berdaya Jelajah Hingga 5.500 Km, Bagaimana Respons AS?

Pesawat Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udara Taiwan, Jet Angkatan Udara Lakukan Pengusiran

"Bagaimana laut itu akan menjadi kotor. Bagaimana terjadi pencemaran lingkungan. Pasti akan berdampak kepada Indonesia. Bagaimana nanti kalau ada pengungsi datang ke mana, ke Indonesia lagi.

Mantan Kepala Badan Intelejen Strategis (Ka BAIS), Soleman B Ponto
Mantan Kepala Badan Intelejen Strategis (Ka BAIS), Soleman B Ponto (TRIBUNNEWS.COM/Amriyono Prakoso)

Kita ingat bagaimana kasus Pulau Galang yang penuh dengan pengungsi.

Sehingga apa yang akan terjadi dengan Laut China Selatan pasti akan berdampak kepada Indonesia," kata Soleman.

Diberitakan sebelumnya, situasi di kawasan Laut China Selatan kembali memanas.

Melansir Kontan.co.id Kamis (29/5/2020), kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat kembali menentang klaim China di Laut China Selatan.

Amerika Serikat mengirim kapal perusak yang disenjatai rudal yang dipandu Arleigh Burke, USS Mustin di dekat Kepulauan Paracel.

Melansir CNN, Angkatan Laut Amerika Serikat telah dua kali mengirim kapal perang dalam upaya yang sama untuk menentang klaim China ke Pulau Paracel dan Spratly pada bulan lalu dan melakukan operasi serupa di dekat Paracels pada bulan Maret.

Meningkatnya operasional Amerika Serikat terjadi di tengah memanasnya ketegangan antara Washington dan Beijing pada sejumlah masalah.

Termasuk upaya Partai Komunis China untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas Hong Kong dan tanggung jawab atas virus corona atau Covid-19.

"Pada 28 Mei (waktu setempat), USS Mustin (DDG 89) menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Paracel, konsisten dengan hukum internasional," kata Letnan Anthony Junco, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip CNN.

"Dengan melakukan operasi ini, Amerika Serikat mendemonstrasikan bahwa perairan ini berada di luar apa yang Tiongkok dapat klaim secara hukum sebagai laut teritorialnya," tambah pernyataan itu.

Menurut seorang pejabat Angkatan Laut Amerika Serikat, Mustin melewati 12 mil laut dari Pulau Woody dan Batu Piramida.

China mempertahankan lapangan terbang di Pulau Woody dan telah mendaratkan pesawat pembom strategis di sana di masa lalu.

Sementara itu, menurut juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Dave Eastburn, Pentagon baru-baru ini mengungkapkan bahwa kapal Tiongkok pada 14 April melakukan "manuver tidak aman dan tidak profesional" di dekat Mustin yang sedang melakukan operasi normal di perairan internasional pada saat kejadian.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mantan Kepala BAIS Ungkap Dampak Bagi Indonesia Jika Amerika dan China Tempur di Laut China Selatan, 

(Gita Irawan)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved