Corona di Bali
Eksklusif Gubernur Bali, Wayan Koster: Kesepakatan Bupati Walikota, Kita Buka Objek Wisata Bersamaan
Berkat keberhasilannya menangani pandemi Covid-19, Bali digadang-gadang sebagai daerah yang diujicobakan menerapkan tatanan hidup normal
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berkat keberhasilannya menangani pandemi Covid-19, Bali digadang-gadang sebagai daerah yang diujicobakan menerapkan tatanan hidup normal baru atau new normal.
Pemprov Bali pun sudah siap menyongsong new normal, dengan menggunakan nama atau nomenklatur tatanan kehidupan Bali era baru.
Namun, Gubernur Bali I Wayan Koster menegaskan tak akan tergesa-gesa menerapkan new normal ini.
“Kami akan melakukannya secara bertahap, terbatas, dan selektif,” kata Kotser dalam wawancara eksklusif dengan Manajer Online Tribun Bali, Ida Ayu Made Sadnyari, di rumah jabatannya, Jaya Sabha, Denpasar, Sabtu (13/6) sore.
Bagaimana kebijakan Pemprov Bali menghadapi new normal ini? Kapan pariwisata Bali kembali akan dibuka?
Berikut petikan wawancara selengkapnya bersama Gubernur Koster.
Terkait new normal atau tatanan hidup normal baru, Bali sempat diwacanakan sebagai daerah pertama yang terapkan new normal karena berhasil dalam penanganan Covid-19. Bagaimana Bapak Gubernur menyikapi hal ini?
Kami di Bali menggunakan nama atau nomenklatur menerapkan tatanan kehidupan era baru.
Karena kebetulan visinya kan Nangun Sad Kerthi Loka Bali, Melalui Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.
Jadi di dalam Bali Era Baru itu memang kami sejak awal sudah memprogramkan tatanan kehidupan era baru untuk Bali. Nah Covid-19 ini adalah momentum untuk menerapkan tatanan kehidupan era baru tersebut.
Untuk Bali memang ada arahan dari gugus tugas, dari pemerintah pusat juga, diharapkan Bali jadi provinsi pertama karena memang tingkat kesembuhannya paling tinggi.
Tapi setelah saya dalami ini semua, tidak mungkin dalam waktu dekat ini.
Jadi saya sudah berkomunikasi dengan Ketua Gugus Tugas Bapak Doni Monardo dan juga menteri yang terkait, bahwa Bali belum bisa melaksanakan tatanan kehidupan era baru.
Tapi kami sudah menyiapkan protokol masing-masing sektor suatu saat kalau Bali sudah siap, kita sudah bisa langsung melaksanakan dengan tatanan kehidupan era baru yang ada protokol, yang harus dilaksanakan dengan tertib dan disiplin.
Tentu kami juga harus menerapkan upaya juga secara niskala dan skala sesuai kearifan lokal masyarakat Bali.
Jadi kami sudah melaporkan kepada Bapak Ketua Gugus Tugas Nasional, Bapak Doni Monardo, (awal) rencananya bulan Juni kami tunda.
Karena kami sudah rapat dengan bupati/wali kota se-Bali dua hari yang lalu, kami bersepakat konsentrasi penuh dulu menanganai Covid-19 di Provinsi Bali khususnya di Kota Denpasar, di Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng yang angkanya agak meningkat, terutama Denpasar.
Maka Denpasar saya beri perhatian khusus, kemarin sudah kumpul mengkonsolidasikan semuanya karena transmisi lokalnya cukup tinggi, maka saya lagi fokus penanganan Covid-19 di Kota Denpasar.
Nah rencananya tatanan kehidupan era baru ini akan kami laksanakan kalau ini sudah menunjukkan trend yang bagus, yang stabil, yang betul-betul kondusif.
Itu pun akan dilakukan secara bertahap dan selektif.
Tahap pertama, nantinya kalau memang situasinya sudah kondusif kita hanya membuka untuk lokal Bali saja.
Di pergerakan lokal Bali, belum membuka untuk luar Bali. Jadi lokal Bali dulu, mudah-mudahan bagus dia, baru kita tahap berikut akan membuka luarnya.
Banyak sekali yang berharap sektor pariwisata segera dibuka, apalagi pertengahan bulan ini ada tempat wisata akan dibuka.
Begitu ada kabar dibuka sepertinya disambut gembira, bagaimana tanggapan bapak?
Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa tatanan kehidupan era baru ini kita akan laksanakan secara bertahap, terbatas, dan selektif.
Artinya kita wilayahnya beberapa kabupaten saja yang kategori aman kondusif.
Tapi rapat dengan bupati/wali kota se-Bali, kalau buka, buka bareng-bareng, bersamaan. Jangan sebagian, semuanya supaya dilakukan secara bersama-sama.
Kemudian mengenai sektor yang akan kita terapkan di tatanan kehidupan era baru ini, sektor-sektor yang risikonya minim, yang tidak berpotensi menimbulkan munculnya kasus baru transmisi lokal.
Dan ini sesuai dengan arahan Ketua Gugus Tugas nasional Bapak Doni, itu hanya sektor-sektor tertentu, pendidikan belum, apalagi pariwisata.
Jadi untuk pariwisata saya pastikan belum bisa.
Maka ketika ada pantai yang dibuka saya sudah memerintahkan Dinas Pariwisata untuk berhubungan dengan Dinas Pariwisata kabupaten untuk menyetop itu, dan sekarang sudah tidak ada lagi.
Nanti mengenai pariwisata kita akan laksanakan pada saat memang betul-betul sudah kondusif, itu pun sangat terbatas dan selektif.
Itu sesuai juga dengan arahan Bapak Presiden harus dilakukan dengan sangat hati-hati berdasarkan data yang akurat dan pengetatan yang betul bisa diyakini bahwa tidak akan memunculkan risiko penambahan kasus gelombang kedua.
Arahan Bapak presiden itu sangat jelas.
Sektor apa yang dimaksud yang mungkin lebih dibuka lebih awal?
Yang bisa dibuka itu pertanian, peternakan, kelautan, perindustrian, perdagangan, logistik kemudian jasa dan kontruksi, UMKM, koperasi.
Nah menurut saya kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari dan juga pergerakan ekonomi, itu dilakukan sudah bisa mulai.
Kalau pendidikan belum, karena arahan dari Bapak Menteri Pendidikan juga belum mulai dilaksanakan, apalagi pariwisata. Kalau pariwisata betul-betul kita harus ekstra hati-hati.
Maka itu kami sudah menyiapkan langkah ke depan untuk pariwisata itu harus wisatawan yang membawa surat keterangan hasil uji swab berbasis PCR. Itu kita akan terapkan. (bersambung/sui).
Baca Besok: Minyak Kayu Putih dan Arak, Resep Gubernur Koster Selalu Bugar