Korea Utara Akan Menyebar 12 Juta Selebaran Anti-Korea Selatan, "Waktu Pembalasan Sudah Dekat"

Korea Utara menuturkan langkah itu adalah "hukuman pembalasan" bagi Korea Selatan.

Editor: Irma Budiarti
KCNA via REUTERS dari Kompas.com
Para pemuda dan pelajar yang memakai masker berpartisipasi di demonstrasi menentang Korea Selatan dan pembelot Korea Utara. Foto ini diunggah oleh media pemerintah Korea Utara KCNA pada 9 Juni 2020. 

TRIBUN-BALI.COM - Senin (22/6/2020), Korea Utara mengatakan ribuan balon dan jutaan selebaran anti-Korea Selatan sudah siap disebar.

Dilansir dari AFP, Korea Utara menuturkan langkah itu adalah "hukuman pembalasan" bagi Korea Selatan.

Keterangan ini juga diumumkan dalam sebuah laporan media pemerintah Korea Utara, yang muncul sehari setelah negara pimpinan Kim Jong Un itu mengatakan siap menyerang balik Korea Selatan dengan menyebar selebaran anti-Seoul.

Korea Utara melakukannya usai pembelot yang berbasis di Korea Selatan mengirim selebaran anti-Pyongyang ke perbatasan kedua negara.

Isi selebaran dari para pembelot mengkritik Kim Jong Un atas pelanggaran hak asasi manusia dan ambisi nuklirnya.

Pesan-pesan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam balon atau botol yang diapungkan di laut.

Para analis mengatakan, Korea Utara telah melakukan serangkaian provokasi secara bertahap, yang bertujuan memaksa konsesi dari Seoul dan Washington.

"Persiapan distribusi selebaran terbesar melawan musuh hampir selesai," tulis media pemerintah Korea Utara KCNA.

"Lembaga penerbitan dan percetakan semua tingkatan di ibu kota telah menghasilkan 12 juta selebaran yang mencerminkan kemarahan serta kebencian orang-orang dari semua lapisan masyarakat," lanjutnya.

KCNA menambahkan, lebih dari "3.000 balon berbagai jenis juga telah disiapkan untuk menyebarkan selebaran jauh ke dalam Korea Selatan" bersama sarana distribusi lainnya.

Pelonggaran sanksi

Hubungan antar-Korea telah memanas dalam beberapa bulan terakhir, usai tidak tercapainya kesepakatan di KTT Hanoi antara Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump awal tahun lalu.

KTT itu gagal menghasilkan kesepakatan, yang diharapkan Korea Utara dapat memberikan ganti pelonggaran sanksi.

Korea Utara yang merupakan negara bersenjata nuklir, menjadi sasaran banyak sanksi dari Dewan Keamanan PBB atas melanggar larangan program persenjataan.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in awalnya menjadi perantara dialog antara Pyongyang dan Washington, tetapi Korea Utara sekarang menyalahkannya karena tidak membujuk AS melonggarkan sanksi.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved