Buntut Peledakan Kantor Penghubung, Kim Yo Jong Terancam Hukuman Mati Jika Tertangkap Korea Selatan
Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, terancam hukuman mati karena dianggap bertanggungjawab atas peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea
TRIBUN-BALI.COM - Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, terancam hukuman mati karena dianggap bertanggungjawab atas peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea.
Peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea oleh Kim Jong Un kini menuai buntut panjang.
Adik pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Yo Jong terancam hukuman tujuh tahun penjara atau eksekusi mati jika sampai tertangkap dan diadili menggunakan hukum Korea Selatan.
Kim Yo Jong dituding sebagai orang yang bertanggungjawab atas peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea.
Jaksa Penuntut Umum Korea Selatan kini membuka penyelidikan terhadap Kim Yo Jong, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (16/7/2020).
Juru bicara jaksa Distrik Sentral Seoul menyatakan, mereka menerima laporan untuk menginvestigasi Kim Yo Jong dari pengacara ibu kota.
Laporan dari pengacara Lee Kyung-jae menyatakan, bangunan yang dihancurkan Korea Utara dibangun dan didanai oleh pemerintah Negeri Ginseng.
"Kim menggunakan peledak untuk menghancurkan bangunan misi kuasi-diplomatik Korea Selatan yang melayani kepentingan publik," terang Lee.
Tak hanya Kim Yo Jong, Korea Selatan juga melayangkan laporan kepada Pak Jong Chon selaku ketua staf jenderal negara.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Korea Selatan, keduanya terancam hukuman mati atau tujuh tahun penjara.
Meski belum pernah mengeksekusi siapa pun sejak 1997 silam, hukum itu masih diterapkan di Korea Selatan.
Meski demikian, mustahil untuk menyeret Kim Yo Jong dan Pak Jong Chon ke pengadilan Korea Selatan.
Diberitakan Yonhap, Lee mengatakan dia ingin memberitahukan kepada rakyat Korea Utara "kemunafikan yang dilakukan pemimpinnya".
Bukan Hanya Pembelot yang Bikin Kim Jong Un Nekat Ledakkan Kantor Penghubung
Dikutip Tribunnewswiki dari Kompas.com, beberapa waktu lalu, Korea Utara memutuskan meledakkan kantor penghubung antar-Korea.
Hal itu sebagai sebuah bentuk ancaman Korea Utara kepada Korea Selatan karena dianggap tak bisa tangani aktivitas pembelot.
Namun, ada hal yang lebih membuat Kim Jong Un marah besar sehingga melakukan peledakan.
Kim Jong Un marah karena sang istri, Ri Sol Ju 'diperlakukan tak pantas' oleh para pembelot, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
Selama ini Korea Utara aktivitas pembelot di Korea Selatan yang mengirim propaganda negatif, baik melalui balon maupun melewati sungai di perbatasan.
Namun dalam sikap protesnya kali ini, Pyongyang melakukan langkah ekstrem dengan meledakkan kantor penghubung dua negara di Kaesong.
Selain itu melalui adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mereka sempat mengancam akan mengerahkan militer, walaupun ancaman itu dibatalkan.
Duta Besar Rusia untuk Korea Utara, Alexander Matsegora, dalam wawancaranya kepada TASS mengungkapkan apa yang menyebabkan Kim Jong Un begitu marah.
Dilansir Daily Mail Rabu (1/7/2020), Matsegora menuturkan terdapat selebaran mengenai istri Kim, Ri Sol Ju, yang dibuat secara tidak pantas.
Matsegora menuturkan, selebaran yang diluncurkan pada 31 Mei 2020 itu menunjukkan gambar Ri secara provokatif, menimbulkan "kemarahan besar" di Korea Utara.
"Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina, yang ditujukan khusus kepada pasangan dari Pemimpin Tertinggi," jelas Dubes Rusia tersebut.
Dia memaparkan bahwa foto itu diedit "begitu merendahkan Ri Sol Ju", dan membuat negara yang menganut ideologi Juche itu habis kesabaran.
Klaim Matsegora terjadi tujuh tahun sejak Ri disebut bermain untuk sebuah film porno, dan kemudian didistribusikan oleh aktivis pembelot pada 2013.
Selain itu, ketegangan itu terjadi di tengah kolapsnya perundingan nuklir antara Korea Utara dengan AS sejak di Vietnam Februari 2019.
Keinginan Korea Selatan Berdamai
Korea Utara dan Korea Selatan telah berkonflik selama 70 tahun.
Pecahnya perang Korea terjadi tepat 70 tahun lalu pada Kamis (25/6/2020).
Meski demikian, hubungan kedua negara tak menunjukkan tanda-tanda harmonis.
Keduanya malah semakin tegang dan panas akhir-akhir ini.
Meski demikian Korea Selatan dengan sekutunya, Amerika Serikat, menegaskan mereka menginginkan perdamaian.
Diberitakan Kontan, hal itu disampaikan pihak Korea Selatan dalam peringatan 70 tahun pecahnya perang Korea.
Invasi Korea Utara ke Korea Selatan dimulai pada 25 Juni 1950.
Tindakan itu memicu perang tiga tahun yang menewaskan jutaan orang di kedua belah pihak.
Pertempuran antar-Korea hanya diakhiri dengan gencatan senjata.
Tak ada perjanjian damai hingga hari ini.
Karenanya, secara teknis status kedua negara bisa dikatakan masih berperang.
Perang berkepanjangan ini melahirkan Zona Demiliterisasi, yang membagi dua wilayah Korea.
Namun, tampaknya keinginan damai dari Korea Selatan belum akan terwujud dalam waktu dekat.
Baik Korea Selatan dan Korea Utara masih sering bersitegang dan beradu pengaruh hingga hari ini.
Bahkan, baru-baru ini Korea Utara mengancam akan menjadikan perbatasan antar-Korea sebagai benteng pertahanan.
Hal itu disampaikan oleh Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA).
Mereka mengatakan telah mempelajari rencana untuk memasuki kembali zona demiliterisasi di bawah pakta antar-Korea, seperti diberitakan Kontan, Rabu (24/6/2020).
Setelahnya, mereka akan mengubah garis depan menjadi benteng.
Diberitakan sebelumnya, diam-diam militer Korea Utara terus bergerak.
Kontan memberitakan militer Korea Selatan melihat dua moncong artileri Korea Utara dalam keadaan terbuka dan mengarah ke Korea Selatan.
Hal itu memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang, meski tak ada rincian artileri jenis apa yang dimaksud.
Akan tetapi, pihak Korea Selatan tak telalu ambil pusing.
Menurut sumber Yonhap di Pemerintahan Korea Selatan, moncong artileri Korea Utara terbiasa dibuka dan ditutup.
Alih-alih bersiap perang, hal itu bisa saja dilakukan untuk merawat artileri.
Menrutnya, buka tutup moncong artileri bisa dilakukan untuk menghilangkan kelembaban.
"Tapi, (moncong artileri) itu adalah kegiatan yang sering dibuka dan ditutup oleh militer Korea Utara. Ada kemungkinan moncong terbuka untuk menghilangkan kelembaban atau untuk pekerjaan ventilasi," ujar sumber yang tak disebutkan namanya itu.
Pergerakan militer Korea Utara tak berhenti di situ.
Kim Jong Un mengirim tentara dalam kelompok kecil ke pos-pos penjagaan yang ada di Zona Demiliterisasi.
Mereka melakukan pembersihan semaksemak dan pemeliharaan jalan di perbatasan.
"Pos penjagaan dan kotak pengintaian jelas merupakan fasilitas untuk keperluan militer," kata sumber itu, Minggu (21/6/2020).
Meski demikian, Korea Selatan tetap melakukan pengawasan.
"Jadi, wajar kalau ada gerakan militer di balik itu (pengiriman tentara untuk pembersihan semak-semak). Tapi, kami terus mengawasi mereka".
Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "Kim Jong Un Marah Sang Istri "Digambar Tak Pantas" oleh Pembelot di Korea Selatan"
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki dengan judul Digugat karena Tindakannya, Adik Kim Jong Un Terancam Hukuman Mati Jika Tertangkap Korea Selatan