Anggap Flu Biasa hingga Salahkan Obama, Sederet Pernyataan Kontroversial Donald Trump Soal Corona
Terbaru, Trump bersumpah tak akan mewajibkan warganya untuk memakai masker demi menekan penyebaran virus corona.
TRIBUN-BALI.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus menjadi sorotan karena beberapa pernyataan kontroversialnya terkait Covid-19
Terbaru, Trump bersumpah tak akan mewajibkan warganya untuk memakai masker demi menekan penyebaran virus corona.
Menurut Trump, warga AS harus memiliki kebebasan untuk memilih mengenakan masker atau tidak.
Berikut sejumlah pernyataan kontroversial Tump tentang virus corona:
• Punya Sisi Bertolak Belakang, Termasuk Cerdas tapi Naif, Inilah 8 Ciri Orang Kreatif
• Sinopsis Film True Grit, Karya Coen Bersaudara, Misi Balas Dendam Anak kepada Pembunuh Ayahnya
• Kabar Duka Sapardi Djoko Damono Meninggal, Ini Riwayat & Karya Besar Sastra Sang Maestro
Flu biasa
Ketika awal virus corona muncul, Trump pernah menganggap infeksi virus corona sebagai flu biasa.
Alasannya, angka kematian flu jauh lebih tinggi setiap tahunnya dibanding Covid-19.
Ia juga mempertanyakan penutupan akses perekonomian melalui social distancing dan larangan wisata, serta mengklaim tak akan menutup negaranya.
"Kami tidak pernah menutup negara karena flu," kata Trump, seperti diberitakan Kompas.com, 1 April 2020.
Namun, Trump akhirnya mengakui pentingnya jarak sosial dan proyeksi kematian akibat Covid-19 bisa mencapai 2,2 juta orang.
• Arsenal vs Manchester City, Menang 2-0, Arsenal Tantang Man United atau Chelsea di Final Piala FA
• Tak Semua Bahan Makanan Bisa Disimpan di Kulkas, Berikut Cara Lain Menyimpan Makanan
• Strategi Pendidikan untuk Bersaing di Era Digital
Korban Covid-19 tak seburuk klaim WHO
Dalam sebuah program televisi, Trump menyebut angka kematian akibat virus corona tak seburuk klaim WHO.
Orang nomor satu di Negeri "Uncle Sam" itu menyebut data yang diungkap WHO salah.
"Aku pikir 3,4 persen (jumlah korban) adalah angka yang salah. Sekarang, ini memang cuma firasatku, tapi juga berdasarkan dari banyak percakapan dengan orang yang melakukan ini," kata Trump, seperti diberitakan Kompas.com, 6 Maret 2020.