Ngopi Santai

Kisah Uang Berkaki Empat dan Pandemi

Ketika diajak ahli relationship nasional yang juga pakar komunikasi, Dr Aqua Dwipayana M.Ikom, untuk bertamu ke kediaman pengusaha Vincentius Lianto

Penulis: Sunarko | Editor: Ady Sucipto
Pixbay
Ilustrasi uang dollar US 

“Kalau demikian halnya, kapan akan selesai mengejar uang? Yang pasti, manusia akan capek dan habis sendiri. Karena uang tidak akan pernah bisa benar-benar dikejar. Makin serakah mengejarnya, uang makin berlari kencang,” ia menambahkan.

Namun demikian, hal yang terlihat paradoks tetapi ajaib dan nyata adalah, ketika budi baik yang ditanam, justru uang yang kemudian menghampiri atau mengejar manusia.

Bayangkan, kaki empat mengejar kaki dua, tentu terkejarnya sangat cepat !

“Kalau kita menanam budi baik, maka orang percaya pada kita. Kalau sudah percaya, maka mereka akan setia. Dalam bisnis, orang yang percaya pada kita akan menjadi loyal customer. Di situlah rezeki justru mendatangi atau mengejar kita,” terang Lianto yang murah senyum ini.

Lianto tak sekadar bicara. Ia meresapi betul apa yang ia ungkapkan itu, karena Lianto membuktikannya sendiri dalam praktik berbisnis.

Di tengah pandemi Covid-19, sebagai pengusaha peralatan kesehatan dan APD, sesungguhnya Lianto punya peluang besar untuk mengeruk banyak keuntungan.

Seperti diketahui, permintaan peralatan kesehatan dan APD mengalami lonjakan tinggi selama pandemi.

Namun, dalam situasi melambungnya permintaan itu, Lianto malah menghindari aji mumpung.

Ia memilih mengambil jalan menuruti nuraninya. Perusahaannya justru menentukan harga jual APD, salah-satunya masker, di bawah harga pasar.

Bagi Lianto, situasi pandemi bukanlah momentum untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.

Dalam wawancaranya dengan majalah SWA belum lama ini, Lianto menyebutkan, perusahaannya malah memberikan harga khusus agar barangnya lebih terjangkau lagi.

Bahkan beberapa diantaranya diberikannya cuma-cuma ke rumah sakit yang dianggapnya perlu dibantu dan benar-benar kesulitan dalam menangani wabah. Juga kepada yayasan kemanusiaan dan masyarakat yang tidak mampu memperolehnya.

“Selama ini pelanggan kami sangat mengapresiasi cara kami dalam berbisnis. Karenanya, kami memiliki basic customer loyal yang terus bertambah. Maka, di saat mereka mengalami kondisi yang sulit sekarang, sudah sepantasnya kami membantu,” kata Lianto.

Dia menyebut praktik bisnis yang dijalankannya sebagai spiritual marketing atau marketing with heart.

    

pengusaha Vincentius Lianto
Vincentius Lianto (foto: istimewa)
Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved