Supported Content
Jalin Kerjasama Dengan BP Jamsostek, Kini Peserta BPJSTK Dapat Dilayani di RS Kasih Ibu
Jalin Kerjasama Dengan BP Jamsostek, Kini Peserta BPJSTK Dapat Dilayani di RS Kasih Ibu
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Ingin meningkatkan cakupan layanan kesehatan lebih luas lagi bagi masyarakat, Rumah Sakit Umum (RSU) Kasih Ibu Group menjalin kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan (BPJSTK) yang kini berubah menjadi BP Jamsostek.
Penandatangan perjanjian kerjasama Kantor Penggerak Jaminan Sosial Indonesia (Perisai) antara BPJS Ketenagakerjaan dengan RSU Kasih Ibu Group dilakukan di salah satu rumah makan di Jl. Sunset Road Kuta, Kamis (6/8) lalu.
“Hari ini melakukan penandatanganan kerjasama pelayanan peserta BPJSTK, dimana peserta BPJSTK bilamana mengalami suatu masalah kesehatan dalam hal ini adalah kecelakaan kerja. Kini bisa ditangani di RSU Kasih Ibu Group yang ada di Denpasar, Kedonganan, Saba Gianyar dan Tabanan,” jelas Direktur RSU Kasih Ibu Saba, dr. I Gede Ngurah Buana, M.Kes.
Ia menambahkan BPJSTK melakukan pengembangan untuk mencakup pangsa pasar lebih luas khususnya pekerja tidak menerima upah.
Salah satu kerjasama BPJSTK dengan Rumah Sakit itu membentuk layanan Kantor Penggerak Jaminan Sosial (Perisai) di RSU Kasih Ibu.
Diantaranya sementara saat ini Kantor Perisai Kasih Ibu Kedonganan dan Kantor Perisai Saba.
“Dua kantor perisai itu memiliki agen-agen. Agen-agen ini yang akan mencari peserta BPJSTK dari masyarakat yang merupakan bukan penerima upah. Seperti petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain,” tutur dr. Ngurah Buana.
Kenapa RSU Kasih Ibu Group concern kesana? Ia menyampaikan dengan menjadikan kita sebagai Kantor Perisai di Kasih Ibu barang tentu nanti saat peserta BPJSTK mengalami masalah kesehatan pasti akan dirujuk ke RSU Kasih Ibu.
“Kita sebenarnya memudahkan peserta BPJSTK untuk mendapatkan kecepatan layanan dan mendapatkan jaminannya mereka untuk tidak membayar ke RS. Karena mereka sudah memiliki jaminan dari BPJSTK,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Deputi Direktur BP Jamsostek Wilayah Bali Nusra dan Papua (Banuspa) Denny Yus Yulian, menyampaikan bahwa BP Jamsostek program milik negara yang ingin dihadirkan dalam setiap aktivitas masyarakat agar supaya mereka terlindungi ketika mengalami resiko baik itu resiko kecelakaan kerja maupun resiko ketika meninggal dunia.
Yang akan kita lindungi ini adalah pencari nafkah dimana mereka adalah tulang punggung keluarga.
Apabila mereka mengalami musibah kecelakaan pasti keluarga di rumah menanggung beban.
Apalagi kalau tidak ada kesiapan biaya untuk merawat dan mengobati ketika pencari nafkah ini mengalami kecelakaan.
“Fungsi kami menjalin kerjasama dengan Kasih Ibu Group itu dimana Kasih Ibu itu kan pusat layanan kecelakaan kerja. Karena pusat layanan kecelakaan kerja maka kami menginginkan peran serta RSU Kasih Ibu untuk membantu kami menghadirkan program Negara kesetiap aktivitas ekonomi yang ada di ruang lingkup RS Kasih Ibu,” jelasnya.
Maka dari itu kami menggagas kerjasama dan menjadikan RSU Kasih Ibu sebagai Penggerak Jaminan Sosial Indonesia (Perisai) yang menjadi perpanjangan tangan dari BP Jamsostek untuk mengakses seluruh informasi ke masyarakat.
dr. Ngurah Buana menyampaikan peserta BP Jamsostek bukan penerima upah ini disarankan jika mengalami masalah kesehatan sebaiknya pergi ke Rumah Sakit yang sudah memiliki Kantor Perisai.
Atau paling tidak dia (pasien) dirujuk ke Rumah Sakit yang kerjasama dengan BP Jamsostek.
Dan masyarakat tidak perlu khawatir atau takut untuk datang ke RSU Kasih Ibu ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
“Kita tentu memenuhi protokol kesehatan sesuai dengan standar yang ada. Bilamana pasien masuk tentu kita sudah melakukan pemilahan atau screening dulu. Apakah pasien ini ada arah ke Covid-19 atau tidak,” jelasnya.
Jika pasien itu arahnya ke Covid-19 tentu penanganannya sesuai protokol pasien Covid-19, kalau dia tidak mengarah kesana penanganannya seperti pada umumnya.
“Diharapkan masyarakat yang datang ke RS Kasih Ibu Group tidak usah khawatir karena kita di internal sendiri sudah menerapkan SOP sesuai anjuran pemerintah dan WHO,” tambah dr. Ngurah Buana.
Lebih lanjut ia menambahkan seiring majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kini terdapat banyak layanan medis untuk mempercepat proses penyembuhan pasien.
Salah satunya adalah Terapi Hiperbarik, sebuah terapi yang menggabungkan penggunaan oksigen 100 persen dengan tekanan diatas 1 Atmosfer Absolut di dalam sebuah Hyperbaric Chamber.
Awalnya, terapi hiperbarik digunakan untuk menangani pasien kecelakaan penyelaman dengan decompression illness, dimana gejala yang muncul adalah tubuh terasa lemas, pusing hingga sesak napas.
Kondisi ini muncul ketika tubuh merasakan perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat, sehingga nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang menyumbat aliran darah dan sistem saraf dimana hal ini tentu saja bisa menyebabkan kondisi serius hingga berujung kematian.
Nah, dalam perkembangannnya serta melalui berbagai uji coba, terapi Hiperbarik ternyata efektif membantu dalam menyembuhkan sejumlah penyakit, terutama terkait dengan restrukturisasi sel-sel tubuh yang rusak.
Melihat kegunaan terapi oksigen hiperbarik yang sangat luas dalam mengatasi berbagai penyakit serta jumlah pasien yang membutuhkannya sudah barang tentu layanan pengobatan ini tidak dapat diabaikan begitu saja.
“Itu sebabnya, demi menjawab kebutuhan masyarakat khususnya wilayah Bali yang sering dikunjungi penyelam dari berbagai lintas wilayah dan negara, Kasih Ibu Hospital Saba kini memiliki layanan HBOT atau Hyperbaric Oxygen Therapy,” ungkapnya.
Layanan HBOT ini sudah berjalan sejak tahun 2019 lalu dan sudah banyak pasien dilayani baik Wisman maupun warga masyarakat kita sendiri baik lokal Bali maupun Wisnus.
“Sebulan itu bisa 100 tindakan Hyperbaric Oxygen Therapy kita lakukan. Hyperbaric ini sekarang banyak digunakan penanganan kasus-kasus klinis seperti tuli mendadak, luka diabetes yang tidak kunjung sembuh. Dan Ibu-Ibu sosialita yang membutuhkan kesegaran tubuh dan kecantikan mukanya tetap bagus banyak memanfaatkan terapi ini,” imbuhnya.(*)