Bumi Kehilangan Puluhan Triliun Ton Es dalam 23 Tahun, Begini Dampaknya

Dalam ulasan yang diterbitkan di jurnal Cryosphere Discussions, tim menemukan hilangnya es dalam jumlah fantastis yakni sekitar 23 triliun ton es.

Editor: Wema Satya Dinata
Felipe Dana / AP
Lapisan es di Greenland 

TRIBUN-BALI.COM - Para ilmuwan dari universitas Leeds, Edinburgh, dan College London menganalisis survei satelit gletser, pegunungan, dan lapisan es di seluruh dunia periode 1994-2017 untuk mengidentifikasi dampak pemanasan global.

Dalam ulasan yang diterbitkan di jurnal Cryosphere Discussions, tim menemukan hilangnya es dalam jumlah fantastis yakni sekitar 23 triliun ton es.

Mereka mengatakan, mencairnya gletser dan lapisan es dapat menyebabkan permukaan laut naik secara dramatis, kemungkinan mencapai satu meter pada akhir abad ini.

"Sebagai gambaran, setiap satu sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekitar satu juta orang akan terusir dari tanah mereka yang rendah," kata Profesor Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds dilansir The Guardian, Minggu (23/8/2020).

Diberitakan Tak Baik, Jokowi Minta Para Menteri Hati-hati Beri Pernyataan soal Penanganan Covid-19

Sepeda Motor Terbakar di Underpass Ngurah Rai, Ini Dugaan Sementara Polisi

BREAKING NEWS - Satu Sepeda Motor Terbakar di Underpass Simpang Ngurah Rai

Hilangnya es secara dramatis dapat menimbulkan konsekuensi parah lainnya, termasuk gangguan besar pada keadaan perairan Arktik dan Antartika.

Selain itu, hilangnya es juga dapat mengurangi kemampuan planet memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa.

Penemuan ini cocok dengan prediksi skenario kasus terburuk yang dilakukan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) dan telah dikonfirmasi para ilmuwan.

"Dulu para peneliti mempelajari area seperti Antartika dan Greenland, tempat es mencair. Tapi ini pertama kalinya ada tim yang melihat hilangnya keseluruhan es di seluruh planet," kata Stepherd.

 "Apa yang kami temukan sangat mengejutkan."

Dalam laporannya, tim peneliti mencatat ada sedikit keraguan bahwa hilangnya sebagian besar es di bumi adalah akibat langsung dari pemanasan global.

Penemuan ini muncul seminggu setelah para peneliti di Ohio State University menemukan bahwa lapisan es Greenland di ujung tanduk.

 Dilansir Science Alert, Senin (24/8/2020), menurut para peneliti, hujan salju yang mengisi kembali gletser setiap tahunnya tidak dapat lagi mengimbangi laju pencairan es.

 Ini berarti Greenland akan terus kehilangan es bahkan jika suhu global berhenti naik.

Lapisan es Greenland adalah area es terbesar kedua di dunia.

Eksekusi Lahan di Tegal Jambangan Berjalan Kondusif, 50 Personil Kepolisian Awasi Jalannya Eksekusi

Ramalan Zodiak Besok 25 Agustus 2020, Capricorn Pikirkan Keadaan Finansial, Virgo Jangan Khawatir

Promo Alfamart Hari Ini 24 Agustus 2020, Super Monday, Diskon Cemilan hingga Paket Sembako Murah

"Apa yang kami temukan adalah bahwa es yang mengalir ke laut jauh melebihi salju yang menumpuk di permukaan lapisan es," kata Michalea King, penulis utama dan peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Kutub Byrd Universitas Negeri Ohio dalam siaran pers.

Menurut studi NASA, 2010-2019 adalah dekade terpanas yang pernah tercatat.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bumi Kehilangan 28 Triliun Ton Es dalam 23 Tahun, Ini Dampaknya",

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved