STMIK Primakara Target Terakreditasi A dan Masuk 100 Besar Jajaran Perguruan Tinggi Nasional
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primkara mempunyai target yang cukup prestisius di usianya yang terbilang masih muda.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Kemudian dari segi output, terdiri atas jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, kinerja penelitian, kinerja kemahasiswaan, jumlah prodi yang terakreditasi/bersertifikasi internasional.
Dalam memperbaiki output ini, Artana mengaku bakal membuat sistem agar hasilnya bagus.
Misalnya dalam output penelitian, pihaknya bakal mewajibkan dosen agar melakukan penelitian minimal satu dalam setahun.
Kemudian juga diperlukan insentif yang jelas apabila penelitian yang dilakukan dapat tembus ke dalam jurnal nasional dan internasional bereputasi.
"Nah itu untuk mendorong dosen untuk melakukan penelitian setiap tahun. Minimal satu sehingga dengan begitu rasionya bagus. Kan yang dilihat nanti semua rasio," ucap Artana yang pernah menyabet Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepeneur Award) dari Junior Chamber International ini.
"Misalkam Primakara punya 30 dosen, setiap tahun bisa menghasilkan berapa penelitian yang tembus misalkan jurnal internasional jurnal nasional bereputasi. Nah semua rasio, kalau rasionya bagus satu orang misalkan satu atau bahkan lebih, nah itu rasio kita sudah mukai bagus di outcome ada banyak," imbuhnya.
Terakhir di outcome terdiri atas kinerja inovasi, persentase lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam waktu 6 bulan, jumlah sitasi per dosen, jumlah paten per dosen dan juga kinerja pengabdian masyarakat.
Artana menyebut bahwa kampus STMIK Primakara sangat bagus dari segi outcome mengingat berbagai inovasi telah dilahirkan.
"Nah itu kira-kira (empat dikator). Kalau ditanya mana yang akan difokuskan, semua harus difokuskan karena nilainya agar maksimal," jelas Artana yang pernah peraih Technopreneur Award dari Majalah M&I dan juga pengusaha visioner yang telah lebih dari 20 tahun bergerak dalam bidang IT, mulai dari Software Development, IT Consulting hingga Internet Service Provider (ISP) itu.
Namun, kata dia, memang ada kampus yang cukup kuat dalam satu indikator tertentu.
Misalnya, jika suatu kampus sudah memiliki banyak dosen yang bergelar S3 maka dari segi input nilainya akan sangat kuat atau tinggi.
Sementara di Kampus STMIK Primakara input-nya cenderung masih rendah karena memiliki dosen yang relatif masih muda.
"Kalau masih muda yang S3 baru sedikit, terus kemudian yang pangkatnya lektor kepala masih sangat sedikit, jadi ruang untuk memperbaiki ini masih terbuka," tuturnya. (*)