Ngopi Santai

Makan Are Gau Bersama Jakob Oetama

Jakob Oetama dan Frans Seda bersahabat karib. Persahabatan yang unik. Satu berwatak NTT (Flores) yang keras, bicara lugas, blak-blakkan.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Dokumentasi Pribadi / Dion DB Putra
Foto kenangan bersama Jakob Oetama, Frans Seda, August Parengkuan di Lekebai, Sikka, Flores, 27 Oktober 2005. 

Untung saya sudah koleksi data dan informasi akurat sehingga bisa berbincang santai dengan beliau. Suaranya lembut. Santun menyimak setiap kata yang terucap.

Saya merasa begitu nyaman. Laksana berbincang dengan seorang ayah. Bukan pimpinan tertinggi sekaligus pemilik Grup Kompas Gramedia.

Tak terasa kami sampai Sao Wisata, disambut hangat Manajernya Heri Ajo. Setelah istirahat beberapa saat tibalah waktu santap siang kira-kira pukul 12.20 Wita di pinggir Waiara Beach.

Di kejauhan sana, puncak Gunung Egon berselimut kabut tipis putih. Egon sedang ramah. Tak kedengaran batuk apinya.

Kota Maumere tampak membentang luas di tengah terik matahari, di bawah hamparan nyiur melambai.

Persis di depan mata, Pulau Besar, Pemana dan Pulau Babi terlihat anggun berdiri. Laut utara Flores tenang membiru. Udara bersih. Semilir angin Waiara Beach menyapu lembut wajah kami. Tapi tak ada keheningan.

Gelak tawa dan canda membahana sepanjang acara makan siang. Sungguh jauh dari suasana formal. Benar-benar bersahaja, apa adanya, kental nian aroma persahabatan dan persaudaraan.

Padahal yang menyantap menu makan siang di restoran Flores Sao Resort hari itu adalah dua tokoh nasional.

Hadir pula petinggi Kompas Gramedia lainnya, August Parengkuan, St. Sularto, Rikard Bagun, Petrus Waworuntu, Wandi S Brata, Julius Pour, Damyan Godho dan Kepala Biro Kompas di Bali, Frans Sarong.

Benarlah apa yang mereka katakan bahwa perjalanan bersama selama lima hari ke NTT merupakan ziarah pribadi. Ziarah yang diwarnai kisah ringan tapi bernilai tentang kepribadian, pengalaman, tentang perjuangan hidup dan persahabatan.

Kisah Ulat Bulu

Saat makan siang di Waiara saya lihat betapa dekat hubungan Frans Seda dan Jakob Oetama. Selaku tuan rumah, Frans Seda riang bercerita kepada sahabatnya. Beliau antara lain berkisah tentang ulat bulu.

"Ulat bulu itu makanan kesukaan saya sejak kecil. Rasanya enak sekali, Jakob," katanya. Ulat bulu. Nama yang agak asing bagi Jakob Oetama. Tapi belum sempat beliau bertanya, Frans Seda segera menjelaskan tentang si ulat.

"Ulat ini hidup dalam bambu," jelas mantan Menteri Perkebunan, Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan RI tersebut.

Saya sarapan pagi bersama Jakob Oetama di Sao Wisata Resort Waiara, Jumat 28
Oktober 2005.
Saya sarapan pagi bersama Jakob Oetama di Sao Wisata Resort Waiara, Jumat 28 Oktober 2005. (Dokumentasi Pribadi / Dion DB Putra)

Ulat bulu adalah makanan tradisional bagi sebagian masyarakat Ende- Lio, Sikka dan daerah lain di Flores.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved