Corona di Bali
Demi Bantu Orangtua, Gera Berjualan Masker Poleng di Pinggir Jalan Imam Bonjol Denpasar
Ketut Gera Danu Hartawan menjual masker di pinggir jalan di Denpasar demi bantu orangtua
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Ketut Gera Danu Hartawan (12) terlihat berdiri di pinggir jalan di perempatan Jalan Imam Bonjol-Jalan Teuku Umar, Denpasar, Bali, Selasa (22/9/2020) sore.
Tangan kanannya memegang beberapa masker dan tangan kirinya membawa potongan triplek berisi tulisan “Masker Special Edition, Supernormal 10 rb/pcs.”
Pada potongan triplek tersebut juga lengkap berisi nomor handphone serta hastag #bantu.ortu.
Menurut pengakuannya, ia menjual masker untuk membantu meringankan beban orangtuanya.
• Diduga Karena Kelelahan, Seorang Kakek Ditemukan Meninggal di Areal Sawah di Tabanan
• Senderan Sepanjang 25 Meter Jebol di Desa Gelgel, Materialnya Tutupi Saluran Irigasi Persawahan
• Pertahankan Opini WTP 8 Kali, Pemkot Denpasar Dapat Penghargaan dari Kementerian Keuangan RI
“Saya membantu orangtua, dan tidak boleh gengsi,” kata siswa kelas VI di SDN 13 Pemecutan ini.
Walaupun harus berdiri di pinggir jalan menunggu pembeli, ia tetap semangat untuk menawarkan masker kepada pembeli.
Ia menawarkan masker yang berciri khas Bali yakni berwarna poleng.
Saat berjualan, Gera tidak sendiri, ia pun bersama satu teman sekelasnya yang juga menjual masker dan ayah dari temen sekelasnya yang menjual canang.
Dirinya mengaku mulai berjualan masker sejak bulan Agustus lalu.
“Ini saya sendiri yang mau. Sama temen satu kelas juga, jadi saya ikut juga jualan. Sama bapaknya teman saya juga,” katanya.
Gera mengaku tidak pernah merasa malu ketika teman-temannya lewat di kawasan tersebut dan melihatnya sedang berdiri menjajakkan masker.
Dalam sehari, dirinya biasanya mampu menjual 10 buah masker kain yang ia bawa dari rumah.
Masker itu dibuat oleh ibunya.
Sementara itu, ayah Gera, Made Kartika menjelaskan, awalnya ia tidak tega membiarkan anaknya berjualan di pinggir jalan.
Selain masih kecil, ia juga khawatir dengan keselamatan Gera.
“Awalnya saya memang melarang. Saya minta agar cukup membantu saya menjual masker buatan ibunya ke pasar-pasar. Tapi karena ada temannya yang jualan bersama orangtuanya, jadi saya biarkan Gera mencoba,” katanya.
Kartika pun mengaku tetap mengawasi Gera dalam berjualan.
Kartika tak pernah absen untuk sesekali menengok anaknya di kawasan tersebut sembari membawakan masker bila masker yang dibawa Gera habis.
Ayah Gera tidak mengijinkan Gera untuk berjualan ketika teman Gera dan orangtuanya tidak bekerja.
Gera ini biasanya akan berjualan pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita, dikarenakan sebelumnya ia harus tetap sekolah dengan sistem daring atau mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. (*).