Serba Serbi
Buda Wage Langkir, Kendalikan Hawa Nafsu, Ini Persembahan yang Dihaturkan
Buda Wage Langkir ini dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya empat hari setelah Hari Raya Kuningan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Buda Wage Langkir atau bisa juga disebut Buda Cemeng Langkir dirayakan hari ini, Rabu (30/9/2020).
Buda Wage Langkir ini dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya empat hari setelah Hari Raya Kuningan.
Hari raya ini merupakan hari raya berdasarkan wuku yaitu Langkir dan pertemuan antara Saptawara Rabu (Buda) dan Pancawara Wage.
Terkait Buda Cemeng ini, dalam Lontar Sundarigama disebutkan:
• Mayjen TNI Kurnia Dewantara Sebut 109 Prajurit Kodam Udayana Terinfeksi Covid-19, Tiga Orang Gugur
• Ramalan Shio 30 September, Shio Naga Jangan Melepaskan Pekerjaan Stabil, Shio Monyet Hentikan Drama
• Efektivitas Terapi Plasma untuk Sembuhkan Pasien Covid-19, Begini Ungkap Prof Dewa Putu Gede
Buda Wage, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksma pegating indria, Betari Manik Galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Artinya:
Buda Wage juga disebut Buda Cemeng.
Pada saat ini seseorang diharapkan mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran, yakni bisa mengendalikan sifat-sifat kenafsuan.
Itulah yoga dari Bhatari Manik Galih, dengan jalan menurunkan Sang Hyang Omkara Amerta atau inti hakekat kehidupan, ke dalam dunia skala atau dunia manusia.
Adapun upakara yang dipersembahkan saat Buda Cemeng ini yakni wangi-wangian.
Melakukan pemujaan di sanggar dan di atas tempat tidur serta menghaturkan kepada Sang Hyang Sri.
Pada malam harinya melakukan renungan suci.
Pada hari ini juga merupakan pujawali atau odalan di Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kediri, Tabanan, Bali. (*)