BMKG Peringatkan Ancaman Duet La Nina di Indonesia, Hujan di Atas Normal Bisa Terjadi

BMKG juga sudah membuat pemetaan daerah-daerah mana saja yang saat ini sudah memiliki curah hujan di atas normal atau di luar kewajaran.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Gambar oleh Keli Black dari Pixabay
Foto ilustrasi hujan lebat dan petir 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan  soal fenomena La Nina yang akan menerjang Samudera Pasifik, termasuk Indonesia. 

Fenomena badai La Nina ini bisa memicu curah hujan naik 20-40 persen.

Sebelum mengeluarkan peringatan fenomena La Nina, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa pihaknya lebih dulu telah mengeluarkan peringatan dini datangnya musim hujan lebih awal di sejumlah daerah.

”Tanpa La Nina pun wilayah Jawa itu untuk bulan Desember curah hujannya sudah tinggi. Baik Sumatera bagian barat, Sumatera Barat sampai Lampung, kemudian Aceh, curah hujan diprediksi tinggi meski tak kena La Nina,” kata Dwikorita usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi secara virtual, Selasa
(13/10/2020).

BMKG juga sudah membuat pemetaan daerah-daerah mana saja yang saat ini sudah memiliki curah hujan di atas normal atau di luar kewajaran.

BMKG memprediksi, setidaknya sebanyak 27,5 persen wilayah di Indonesia akan memiliki curah hujan lebih tinggi dari biasanya.

”Dalam prediksi, kurang lebih 27,5 persen wilayah di Indonesia yang akan mengalami hujan yang di atas normal, artinya di luar kewajaran. Daerah 27,5 persen itu antara lain beberapa wilayah di Sumatera, misalnya di Lampung, Sumsel, Sumbar, sebagian Bengkulu dan Riau, sebagian Sumut dan Aceh," jelas Dwikorita.

Dijelaskan, di Sulawesi sudah mulai terpantau curah hujan yang intensitasnya tinggi hingga sangat inggi. Dan juga di Jawa Barat sudah mulai terpantau," imbuh dia.

Dwikorita menjelaskan, fenomena La Nina ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah terdampak. Khususnya pada bulan November 2020 sampai April 2021, curah hujan dengan intensitas tinggi akan merata terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera.

"Oktober sampai November, terutama Jawa sampai Nusa Tenggara, Sulawesi terutama bagian selatan, tengah. Dan Kalimantan Tengah, Kepulauan Maluku dan Papua bagian barat termasuk Maluku Utara. Kemudian di bulan Desember, terlihat terutama di wilayah Indonesia tengah dan utara," ucapnya.

Sementara sebagian besar wilayah Sumatera tidak akan terdampak fenomena La Nina karena kondisi tingginya curah hujan di sana lebih diakibatkan oleh kondisi topografi lokal. Kondisi yang sama juga terjadi di Papua bagian timur yang tidak akan terlalu kena dampak La Nina.

Meskipun hujan lokal sudah mulai turun di beberapa tempat di daerah aliran Sungai Citarum, belum membuat kondisi ketinggian air Sungai Citarum normal seperti sediakala di kawasan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Senin (05/10/2020). Aliran air sungai yang tidak terlalu lebar, membuat bagian lainnya terlihat tanah mengering. Pada sisi lain sekumpulan burung kuntul kecil (Egretta garzetta) mencari makan didaerah yang berlumpur pada titik tertentu yang masih ada genangan airnya. (Tribun Jabar/Zelphi) (TRIBUN JABAR/ZELPHI)
Produksi Pertanian
Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pengantar Rapat Terbatas bertema 'Antisipasi Bencana Hidrometeorologi' itu meminta berbagai pihak melakukan langkah antisipasi bencana akibat La Nina.

Jokowi juga memerintahkan jajaran menterinya untuk mengantisipasi dampak fenomena La Nina terhadap produksi pertanian di dalam negeri.

”Saya ingin agar kita semua menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi dan juga dampak dari La Nina ini terhadap produksi pertanian agar betul betul dihitung," kata Jokowi dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (13/10/2020).

Selain itu, Jokowi juga meminta 'anak buahnya' mengantisipasi dampak dari kenaikan curah hujan akibat fenomena La Nina terhadap sektor perikanan dan perhubungan.

Menurut Jokowi, kenaikan curah hujan sebesar 20 persen-40 persen tidak bisa 'disepelekan'.

"Saya minta supaya disampaikan, disebarluaskan informasi mengenai perkembangan cuaca secepat-cepatnya ke seluruh provinsi dan daerah, sehingga tahu semua sebetulnya curah hujan bulanan ke depan akan terjadi kenaikan seperti apa," ucap Jokowi.

Sebelumnya Jokowi juga sudah meminta jajarannya untuk menjaga sektor pertanian di masa pandemi Covid-19. Sebab, hanya sektor itu yang masih tumbuh positif di tengah anjloknya ekonomi dalam negeri.

"Saya ingin mengingatkan bahwa di tengah pandemi, sektor pertanian menyumbang yang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasioal yang sedang dalam posisi perlambatan. Sektor pertanian perlu dijaga momentumnya," tutur Jokowi belum lama ini.

Jokowi mengatakan, pertumbuhan sektor pertanian akan membawa dampak positif bagi petani dan nelayan. Jika sektornya tumbuh, maka akan memberikan kesejahteraan bagi petani dan nelayan.

Sebagai informasi, sektor pertanian tumbuh positif sebesar 16,24 persen pada kuartal II 2020. Sementara, ekonomi nasional anjlok hingga minus sebesar 5,32 persen di periode tersebut.

Sementara itu Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan usai rapat kabinet terbatas kemarin mengatakan bahwa fenomena La Nina berpotensi menimbulkan multibencana seperti longsor, banjir, gempa bumi hingga tsunami.

”Tadi Bu Dwikorita (Kepala BMKG) mengingatkan bisa saja dan nanti multibencana, misalnya La Nina ini tadi hujan deras atau gempa atau tsunami. Nah itu perlu diantisipasi,” kata Luhut.

Ia mengungkapkan, BMKG telah melaporkan kepada Presiden bahwa selama enam bulan ke depan akan ada fenomena La Nina yang akan berpengaruh pada curah hujan di Indonesia.

“Curah hujan di Indonesia akan bisa naik sampai 40 persen. Itu yang membuat kita melakukan antisipasi,” ujar Luhut Pandjaitan.

Melihat kondisi itu, kata Luhut, Presiden Jokowi memerintahkan jajaran kementerian/lembaga untuk bekerja melakukan antisipasi berlandaskan data dan prediksi dari BMKG.

“Presiden mengingatkan kami untuk betul-betul melihat semua laporan BMKG sebagai landasan kita bekerja. Karena dengan itu, nanti kita akan bisa mengurangi kemungkinan-kemungkinan keterlambatan dalam menangani peristiwa
semacam itu,” terang Luhut.

Menurut Luhut, BMKG memprediksikan mulai Oktober curah hujan akan semakin meningkat.

 Sehingga diprediksi akan terjadi tanah longsor bahkan berpotensi tsunami hingga gempa bumi. Semua bencana alam ini, lanjut Luhut, akan berpengaruh pada penularan Covid-19.

“Itu juga berpengaruh pada tadi, Covid-19. Nah ini karena ada pengungsian dan sebagainya. Oleh karena itu, kita juga minta, baik masyarakat juga ikut membantu, jangan sampai tidak menuruti warning yang sudah disebarluaskan oleh BMKG,” jelasnya.

Luhut.(tribun network/fik/yud/ras/dod)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hujan di Atas Normal Bakal Guyur 27,5 Persen Wilayah Indonesia, BMKG Ingatkan Ancaman Duet La Nina

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved