Serba Serbi
Buda Kliwon Pahang, Rangkaian Terakhir Perayaan Galungan, Persembahannya?
Pegatwakan jatuh setiap 210 hari atau setiap enam bulan sekali tepatnya pada Buda (Rabu) Kliwon wuku Pahang
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Hari ini, Rabu (21/10/2020), merupakan hari raya Pegatwakan.
Pegatwakan ini jatuh setiap 210 hari atau setiap enam bulan sekali tepatnya pada Buda (Rabu) Kliwon wuku Pahang atau 35 hari setelah Galungan.
Pada hari ini merupakan rangkaian terakhir dari Hari Raya Galungan atau menandai berakhirnya rangkaian Hari Raya Galungan.
Saat ini pula, penjor Galungan yang dipasang di depan rumah akan dicabut.
Baca juga: Ramalan Zodiak Karier 20 Oktober 2020, Libra Jangan Menyerah, Sagitarius Jangan Santai
Baca juga: Prabowo ke Amerika, Berikut Ini Hasil Kesepakatan Antara RI dan AS
Baca juga: Belanda Akan Berikan Kompensasi untuk Anak-anak Indonesia yang Orang Tuanya Jadi Korban Perang
Segala hiasannya dijadikan satu dan dibakar.
Abunya tersebut dimasukkan ke dalam klungah nyuh gading makasturi serta ditanam di lubang tempat pemasangan penjor.
Penjelasan tentang hari raya Pegatwakan ini termuat dalam Lontar Sundarigama, yaitu sebagai berikut.
Pahang, Buda Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing perelina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi, umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pwitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.
Artinya:
Buda Kliwon Pahang merupakan Hari Raya Pegatwakan. Disebut Pegatwakan karena saat itu adalah berakhirnya tapa brata. Sang wiku patut melaksanakan renungan suci. Sarananya yaitu wangi-wangian dan sesayut dirgayusa dan dipersembahkan kehadapan Sang Hyang Tunggal, dan dilengkapi juga dengan penyeneng dan tetebus.
Selain itu, dalam Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu yang dikeluarkan oleh PHDI disebutkan Budha Keliwon Pahang atau Pegat Wakan atau Pegat Warah adalah akhir dari pada melakukan Tapa Brata.
Juga merupakan akhir dari pelaksanaan Kegiatan Galungan, pewarah Bhatara
Durgha kepada Sri Jayakasunu sebagaimana yang termuat dalam Lontar Jayakusuma.
Dan juga warah Sang Hyang Suksma Licin kepada para Pendeta sebagaimana termuat dalam Lontar Sundarigama. (*)