Dihantam Pandemi Covid-19, Benarkah Ekonomi Indonesaia Cepat Pulih Dibanding AS dan Singapura?
perekonomian Indonesia dinilai mampu pulih lebih cepat ketimbang negara lain. begini penjelasannya.
TRIBUN-BALI.COM - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar tujuh bulan telah memukul perekonomian negara-negara di dunia.
Demikian halnya Indonesia yang tengah berjuang untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Banyak pihak yang telah memastikan bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami resesi pada kuartal III-2020.
Mulai dari ekonom hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI pada Juli hingga September kembali terkontraksi.
Bukan hanya Indonesia, banyak negara mulai dari Singapura hingga Amerika Serikat juga telah terkonfirmasi masuk dalam jurang resesi akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Sri Mulyani Tolak Usulan Kementerian Perindustrian Terkait Pajak 0 Persen untuk Pembelian Mobil Baru
Namun, perekonomian Indonesia dinilai mampu pulih lebih cepat ketimbang negara lain.
Managing Partner McKinsey & Company Indonesia, Phillia Wibowo mengatakan, ekonomi RI memiliki faktor penopang utama berasal dari dalam negeri, yakni konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada laporan pertumbuhan ekonomi terbaru, kuartal II-2020, dari komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 57,85 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
"Karena ekonomi kita tidak terlalu banyak bergantung, misal tourism. Ekonomi kita bergantung domestic consumption," kata Phillia dalam laporan-nya secara virtual, Rabu (21/10/2020).
Oleh karenanya, cepat atau lambatnya pemulihan ekonomi akan diakibatkan oleh berbagai sentimen positif yang dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga.
"Bergantung dengan animo positif masyarakat. Bukan berarti kita lebih baik dari negara lain ya," katanya.
McKinsey & Company sebelumnya juga telah merilis studi yang menyatakan, perekonomian Indonesia akan mengalami pemulihan lebih cepat ketimbang negara Asia Tenggara lain.
Kuartal IV Diproyeksi Berangsur Pulih
Walau di kuartal III pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih negatif, namun pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan berangsur pulih.
Hal ini terdorong oleh kucuran stimulus yang cukup besar dan percepatan pendistribusian oleh pemerintah.
Baca juga: Tentang PKWT, Begini Skema Kontrak Kerja & Pengangkatan Karyawan Tetap dalam UU Cipta Kerja
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan mengatakan, hingga akhir September pemerintah sudah mencairkan 43 persen dari total anggaran stimulus, atau naik signifikan dibanding pada akhir Agustus yakni 31 persen.
“Di kuartal IV menurut kami tren pemulihan ini masih berpotensi terjadi, didukung oleh akselerasi penyerapan anggaran penanganan pandemi Covid-19,” kata Katarina melalui siaran pers Rabu (21/10/2020).
Katarina mengatakan, dengan percepatan distribusi stimulus di kuartal IV diharapkan akan mempercepat pemulihan ekonomi.
Namun perlu diingat, kondisi pandemi sangat sulit untuk diprediksi.
Mitigasi penyebaran Covid-19 harus tetap menjadi prioritas, karena jika kasus Covid-19 terus meningkat, hal tersebut menimbulkan risiko harus diterapkannya kembali PSBB ketat, yang dapat berdampak negatif pada proses pemulihan ekonomi.
Pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta yang merupakan penyumbang 17 persen terhadap PDB Indonesia, dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020.
Namun demikian, dampak PSBB September tidak sebesar PSBB di periode April – Juni karena PSBB tidak seketat sebelumnya, dan secara durasi juga jauh lebih pendek.
Di sisi lain, Undang – undang Omnibus Law Cipta Kerja juga direspon positif oleh pasar.
Dengan UU tersebut, iklim investasi di Indonesia akan lebih menarik. Namun tentunya UU CIpta Kerja harus diikuti dengan peraturan lanjutan dan eksekusi yang efektif.
Tidak hanya bagi sektor riil, UU Cipta Kerja juga dapat menciptakan sentimen positif secara jangka panjang bagi pasar finansial Indonesia.
Pasar saham dapat diuntungkan oleh prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik, nilai tukar rupiah dapat lebih stabil didukung oleh potensi foreign inflow di sektor riil yang meningkatkan devisa, dan pasar obligasi juga diuntungkan dari kondisi stabilitas moneter yang lebih baik. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ekonomi RI Bisa Pulih Cepat Dibandingkan Singapura dan AS, Mengapa?" dan judul "Percepatan Penyerapan Stimulus Bisa Dorong Pemulihan Ekonomi di Kuartal IV 2020"