Raden Mattaher Jadi Pahlawan Nasional, Panglima Perang yang Ditakuti, Berikut Sosok dan Silsilahnya
pengusulan Raden Mattaher sebagai pahlawan nasional sudah dilakukan beberapa kali karena syaratnya cukup berat
Ayahnya adalah Raden Kusin bergelar Pangeran Jayoningrat bin Pangeran Adi bin Sultan Mochammad Fachruddin.
Ibunya adalah Ratumas Esa (Tija). Ibu Raden Mattaher merupakan kelahiran Mentawak, Air Hitam Pauh, yang dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato.
Raden Mattaher lahir tahun 1871 dan meninggal ditembak di rumahnya sendiri, dalam sebuah operasi Belanda, pada 10 September 1907.
Baca juga: Selain Jokowi, Berikut Nama Sejumlah Tokoh & Pahlawan RI yang Dijadikan Nama Jalan di Luar Negeri
Bara pertempuran Singo Kumpeh
Kondisi Kesultanan Jambi sebelum Sultan Thaha Saifuddin naik tahta pada 1855 begitu lemah. Perjanjian-perjanjian dengan pihak kolonial sangat merugikan Jambi.
Perang mulai berkecamuk setelah Sultan Thaha membatalkan semua perjanjian dengan Belanda. Dia pun mengangkat beberapa panglima perang, salah satunya adalah Raden Mattaher.
Mendapat mandat untuk menyingkirkan Belanda, Raden Mattaher membangun barisan pertahanan dan perlawanan di berbagai daerah seperti Sarolangun, Merangin, Bungo, Muarojambi, Kumpeh, Pematang Lumut, Merlung dan Muarotembesi.
Perlawanan Raden Mattaher meletus pertama kali di Kumpeh. Perang Kumpeh adalah perlawanan terlama kepada Belanda, periode waktunya antara 1890 hingga 1906.
Dia menguasai perang gerilya dan pertempuran maritim. Semua peperangan di sepanjang Sungai Batanghari membuat Belanda takluk.
Kemampuan mengatur serangan dan mampu memenangkan peperangan di darat dan sungai, membuat dia berjuluk Singo Kumpeh. Raden Mattaher begitu tangkas dan cerdik, terkadang dia berperang di ulu Jambi, terkadang berada di hilir, Kumpeh.
Orang mengira ia sedang memimpin pasukan di Kumpeh, sambung Arman, padahal dia sedang memimpin pasukan di Tebo.
Kawan-kawannya sendiri pun kagum tentang ketangkasan ini.
Raden Mattaher juga dikenal dengan sosok yang selalu menepati janji. Ia sempat berujar bahwa “Aku besok berada di sini atau di situ”. Apa pun yang dijanjikannya selalu ditepati.
Kabar kemenangan demi kemenangan perang yang dicapai Raden Mattaher sampai ke telinga residen Belanda di Palembang. Pihak Belanda pun sangat murka dan marah.
Menurut Arman, di mata petinggi Belanda, Raden Mattaher adalah seorang yang keras kepala, tidak mudah ditaklukkan dan seorang lawan yang gesit dan ditakuti.