Pasien Penderita Autoimun di Tengah Pandemi Covid-19
pasien autoimun dikenal rutin mengonsumsi obat immunosuppressant (penekan sistim imun) dan memiliki daya tahan tubuh yang rendah
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sejak pertama kali merebak di Wuhan, China, perjalanan penyakit Corona virus disease 2019 atau lebih dikenal dengan Covid-19 sangat cepat menyebar di pelosok dunia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
Virus Covid-19 memang penyakit yang akan menimbulkan gejala pernafasan, namun sistem imun tubuh manusia juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyakit ini.
Mengenali karakteristik pasien di tengah pandemi Covid-19 ini sangat penting dalam menentukan tatalaksana serta mengidentifikasi pasien yang rentan terhadap Covid-19, tidak terkecuali pasien dengan penyakit autoimun.
Seperti penjelasan dari dr. Gede Bagus Mahendra Wirajaya, selaku dokter umum yang mengatakan, pasien autoimun dikenal rutin mengonsumsi obat immunosuppressant (penekan sistem imun) dan memiliki daya tahan tubuh yang rendah, sehingga muncul kekhawatiran akan buruknya hasil akhir pengobatan serta ketidakpastian terapi pada populasi tersebut.
Baca juga: Ini 5 Tips Mengatasi Masuk Angin Tanpa Obat, Apa Saja Itu ?
Baca juga: Seorang Warga Banjar Arca Jembrana Ditemukan Meninggal Dunia di Sekitar DAM Pulukan
Baca juga: Penilaian Tim Pelatih Kepada 7 Pemain Baru Timnas U-19 Indonesia
"Dalam sebuah jurnal yang dirilis oleh IRA (Indonesian Rheumatology Ascociation), dari total 570 pasien autoimun yang diteliti, penyakit Lupus (systemic lupus erythematosus) merupakan yang terbanyak dengan 62,8%; diikuti oleh rheumatoid arthritis 20,2%; dan scleroderma dengan 4,4%," jelasnya pada, Sabtu (21/11/2020).
Disamping itu, ia juga menyimpulkan pula bahwa pasien dengan penyakit autoimun lebih mudah terkena Covid-19 daripada populasi umum.
"Berdasarkan rekomendasi IRA tahun 2020, manajemen penyakit autoimun selama pandemi Covid-19 tetap harus memperhatikan faktor penting lainnya seperti karakteristik penyakit autoimun yang mendasari, paparan terhadap kasus Covid-19, serta ada atau tidaknya gejala infeksi Covid-19," sambungnya.
Dan untuk pasien autoimun tanpa gejala dan paparan Covid-19 tetap dianjurkan untuk melanjutkan pengobatan, karena penghentian mendadak justru akan memperparah penyakit.
Begitu pula dengan pasien autoimun yang baru terdiagnosis dan dalam kondisi stabil, obat-obatan seperti golongan NSAID, kortikosteroid, ACE-inhibitor, hidroksiklorokuin, golongan DMARD, serta obat autoimun lainnya dapat tetap diberikan.
Bila pasien memiliki gejala Covid-19 atau kontak erat terhadap kasus confirmed Covid-19, disarankan untuk memeriksakan diri untuk mendapatkan penatalaksanaan serta screening lanjutan.
"Mengingat rentannya kondisi pasien autoimun dalam masa pandemi Covid-19 ini, maka sangat dianjurkan bagi pasien maupun keluarga pasien untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan sesuai arahan Kemenkes RI," tutupnya. (*) .