Hujan Es Landa Dua Desa di Bali dalam Sepekan, Begini Penjelasan BMKG

Dua desa di Bali diguyur hujan berbentuk seperti es batu. Begini penjelasan BMKG terkait fenomena itu.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Widyartha Suryawan
Dok. Istimewa
Butiran es sebesar biji kopi jatuh bersama hujan di Banjar Dinas Dadap Putih, Desa Tista, Busungbiu, Buleleng, Bali, Senin (9/11/2020) 

Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Dua desa di Bali diguyur hujan berbentuk seperti es batu.

Kedua desa tersebut adalah Desa Plaga, Petang, Badung yaitu pada tanggal (19/11/2020), dan Desa Tista, Busungbiu, Buleleng pada tanggal (22/11/2020) lalu. 

Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Iman Fatchurochman menjelaskan proses terjadinya dari hujan es

"Kejadian hujan es batu sebetulnya dikarenakan adanya pembentukan awan-awan hujan yang bila dilihat dari Citra Satelit Himawari BMKG, memang ditemukan pembentukan awan yang cukup tebal. Lalu masa udara basa terkonsentrasi pada tekanan atau ketinggian pada 3000 hingga 9000 meter," jelasnya, Senin (23/11/2020). 

Baca juga: Hujan Es Landa Sejumlah Wilayah di Bali dan Lombok, BMKG Sebut Terkait Awan Kumulonimbus

Iman menambahkan, pada kondisi tersebut awan-awan cukup tebal dan tinggi dimana sudah melewati level suhu pembekuan dengan angka minus 50 hingga minus 60 derajat celcius.

Artinya, memang pada ketinggian tersebut cukup dingin, dan uap air yang naik keatas terjadi penguapan secara terus-menerus, sampai nyaris pada ketinggian suhu 0 derajat, masih terus naik sehingga menjadi butiran-butiran es tergabung. 

"Butiran-butiran es yang tergabung ini membentuk bongkahan-bongkahan es yang cukup besar, dan jika dilihat secara kecepatan dari angin serta arah angin pada awan, sehingga terdapat perlukan di dalam awan tersebut.

"Dengan pembentukan butiran-butiran es yang menjadi bongkahan tadi pasti suatu saat akan turun, karena memang cukup berat dan mengikuti grafitasi dimana tekanan yang berada di awan cukup tinggi dan nanti akan turun kebawah yang relatif lebih hangat," sambungnya. 

Baca juga: Pagi Habis Mandi Sudah Berkeringat Lagi, Ini Penjelasan BMKG Soal Cuaca Panas Beberapa Hari Terakhir

Ketika turun dalam bentuk bongkahan es, lalu otomatis dengan adanya geseran udara dan ketinggian yang cukup jauh sekitar 3 Km air akan tergesek dengan udara sehingga akan membentuk bongkahan-bongkahan es yang kecil seperti kelereng.

Biasanya, fenomena hujan es ini terjadi dengan jangka waktu sebentar sekitar 10 menit. 

"Sementara hujan es batu bisa saja terjadi kembali di Bali. Hujan es batu sendiri merupakan suatu hal yang lumrah. Dikarenakan perubahan musim yang tidak merata pada suatu daerah seperti masih terdapat beberapa daerah yang mengalami musim pancaroba dan sebagainya sudah memasuki musim hujan. Sebagian besar hujan es batu ini terjadi di musim pancaroba namun tidak menutup kemungkinan jika terjadi juga pada musim hujan," tambahnya. 

Tentu saja hujan es batu ini akan menimbulkan dampak bagi masyarakat.

Dikarenakan bentuknya yang keras seperti es batu, maka ketika turun dan kecepatannya cukup tinggi lalu mengenai kendaraan yang sedang melintas akan membahayakan. 

"Misalnya saja mengenai kaca mobil akan membuat kaca retak, atau mengenai pengendara motor tentunya akan merasakan kesakitan. Maka dari itu diimbau pada masyarakat saat berkendara dan menemui hujan es batu agar berteduh saja ditempat yang aman," tutupnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved