Aktivitas Vulkanik Meningkat, Gunung Semeru Muntahkan Guguran Lava 13 Kali, Begini Ungkap Warga

Senin pagi (30/11/2020) aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur dilaporkan kembali meningkat. 

Editor: Ady Sucipto
surya.co.id/tony hermawan
Gunung Semeru terus mengeluarkan guguran lava panas, Senin (30/11/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, LUMAJANG - Senin pagi (30/11/2020) aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur dilaporkan kembali meningkat. 

Berdasarkan data dari pos pantau Gunung Semeru yang diterima BPBD Kabupaten Lumajang, selama dua puluh empat jam terakhir gunung aktif tersebut mengeluarkan guguran lava hingga 13 kali dengan jarak luncur 300-1.500 meter. 

Sementara, dari Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pasirian pada Senin (30/11/2020) guguran lava panas itu terlihat jelas.

Guguran lava panas itu terlihat mengarah ke Besuk Kobokan.

Yanto penduduk setempat mengatakan, jika malam hari magma yang keluar dari kawah Jonggring Saloko itu terlihat menyala seperti lava pijar.

"Kelihatan kayak api," ujar Yanto, Senin (30/11/2020).

Kendati demikian, kata Yanto aktivitas warga setempat masih berlangsung normal, meski kawasan Prunojiwo hanya berjarak 7 kilometer dari kaki Gunung Semeru.

Pantauan di Curah Kobokan, aktivitas penambang pasir juga masih berjalan seperti biasanya.

Hari, salah satu penambang mengatakan, para pekerja akan berhenti beraktivitas jika Gunung Semeru mengeluarkan lahar dingin.

"Kalau ada hujan deras kita berhenti karena khawatir banjir lahar dingin," ungkapnya.

Dirinya mengatakan warga saat ini tidak merasa khawatir sebab luncuran lava panas itu berguguran masih dalam zona aman.

"Kalau sirine bunyi baru lari ke jalur evakuasi," pungkasnya.

Erupsi Gunung Ili Lewotolok, NTT, Minggu (29/11/2020)
Erupsi Gunung Ili Lewotolok, NTT, Minggu (29/11/2020) (PVMBG)

Gunung Illi Lewotolok Meletus

Gunung Ili Lewotolok kembali meletus, Minggu (29/11/2020) pagi.

Erupsi gunung yang terletak di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terjadi pada pukul 09.45 Wita.

Demikian informasi yang diunggah oleh akun Twitter MAGMA Indonesia, @id_magma.

Dilansir dari Kompas.com, ahli Vulkanologi yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG), Surono, membagikan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Badan Geologi, dan PVMBG.

Surono menyebutkan, letusan menghasilkan kolom abu yang setinggi kurang lebih 4.000 meter di atas puncak, atau kurang lebih 5.423 meter di atas permukaan laut.

Angin meniup kolom abu tersebut condong ke arah timur dan barat.

Sementara, untuk gempa vulkanik terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35 mm dengan durasi kurang lebih 10 menit atau 600 detik.

Saat ini, Gunung Ili Lewotolok berstatus Waspada atau Level II.

Masyarakat dan pengunjung/pendaki/wisatawan dilarang berada di zona perkiraan bahaya yakni di radius 2 km dari puncak atau pusat aktivitas gunung.

Namun, Surono menyebutkan, kondisi di sekitar Gunung Ili Lewotolok relatif aman karena jauh dari permukiman penduduk.

"Tapi masyarakat jauh kok, jauh dari puncak gunung. Tidak seperti di Merapi, dekat dan padat," kata mantan staf ahli Menteri ESDM ini.

Menurut Surono, Gunung Lewotolok sering mengalami erupsi kecil dan sudah lama berstatus Waspada. 

Sebelum letusan pada hari ini, Gunung Lewotolok meletus pada Jumat (27/11/2020).

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat, Gunung Lewotolok meletus pukul 05.57 Wita, dengan tinggi kolom abu teramati lebih kurang 500 meter di atas puncak.

Erupsi menyebabkan beberapa desa di sekitar lereng gunung diguyur hujan abu dan pasir.

Erupsi Gunung Ili Lewotolok, NTT, Minggu (29/11/2020)
Erupsi Gunung Ili Lewotolok, NTT, Minggu (29/11/2020) (PVMBG)

Mengenal Gunung Ili Lewotolok

Gunung Ile Lewotolok terletak di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Mengutip laman Kementerian ESDM, Gunung Ili Lewotolok memiliki ketinggian 1.423 meter di atas permukaan laut.

Status gunung berapi ini adalah waspada (level II) sejak 7 Oktober 2017.

Mengutip Harian Kompas 1 Februari 2014, nama Ile Lewotolok berasal dari bahasa daerah setempat (bahasa Lamaholot) yang berarti gunung api.

Gunung tersebut dipercaya pernah meletus dahsyat berkali-kali sejak tahun 1666 hingga 1920-an.

Di antaranya letusan yang terjadi pada tahun 1660, 1819, 1849, 1852, 1864, 1889, 1920.

Dampak letusan-letusan yang terjadi di gunung tersebut disebut telah meluluhlantakkan seluruh Pulau Lembata dan pulau-pulau di sekitarnya.

Pada 7 Oktober 2017, Gunung Ile Lewotolok dinaikkan statusnya menjadi waspada.

Masyarakat dilarang mendekati zona perkiraan bahaya di area kawah dan di seluruh area dengan radius 2 km.

Selang beberapa hari dari kenaikan status itu, wilayah Lembata juga diguncang gempa berkali-kali, yang mengakibatkan 671 warga diungsikan.

Harian Kompas memberitakan, 11 Oktober 2017, gempa merupakan akibat aktivitas sesar lokal, namun tidak dapat disimpulkan gempa berkaitan dengan peningkatan aktivitas Gunung Ile Ape.

Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday saat itu mengatakan gunung Ile Lewotolok merupakan gunung yang tidak punya hutan dan pohon.

Adapun, lereng adalah batu wadas diselingi pasir dan tanah.

Sehingga saat guncangan gempa terjadi, material berjatuhan dari arah gunung dan menimpa ladang maupun pemukiman warga.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul BREAKING NEWS - Aktivitas Gunung Semeru Meningkat, Muntahkan Guguran Lava Panas, dan di Kompas.com berjudul  "Gunung Ile Lewotolok di NTT Meletus, Ini Penjelasan PVMBG"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved