UPDATE Gunung Semeru: Hampir 3 Jam Semburkan Awan Panas, 550 Warga Mulai Mengungsi
Sebanyak 550 warga mengungsi akibat letusan Gunung Semeru dan sempat mengeluarkan awan panas selama hampir tiga jam.
Akan tetapi, letusan kali ini diikuti oleh runtuhnya kubah lava.
Hal ini mengakibatkan guguran awan panas menuju ke lembah sebelah selatan.
"Kebetulan lembah ke selatan itu kan memang daerah yang tidak ada penghuninya dan sering dilalui aliran awan panas sebelumnya," jelas dia.
Meski demikian, status Gunung Semeru masih tetap sama, yaitu Waspada Level II.
Kasbani mengatakan, PVMBG terus mengevaluasi apakah masih ada potensi terjadinya guguran awan panas susulan.
Baca juga: Gunung Ili Lewotolok NTT Meletus Pagi Tadi, Penjelasan PVMBG hingga Kepercayaan Warga tentang Erupsi
Saat ini, tim dari PVMBG telah memantau kondisi di lokasi dan berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Melansir laman resmi PVMBG, aktivitas Gunung Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru.
Kawah tersebut telah terbentuk sejak 1913.
Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, yaitu berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah atau lidah lava baru.
Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru.
Sekilas Tentang Gunung Semeru
Puncak Gunung Semeru, Mahameru, memiliki ketinggian 3676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Hal ini membuatnya menyandang predikat puncak tertinggi di Pulau Jawa, sekaligus gunung berapi tertinggi di Indonesia setelah Gunung Kerinci (3805 mdpl) dan Rinjani (3726 mdpl).
Meski begitu, pendakian Gunung Semeru dari basecamp Ranu Pani tergolong ramah bagi pendaki hingga pos Kalimati.
Medan tidak begitu terjal, meskipun jarak yang ditempuh sejauh 18 kilometer.
Di Mahameru pula, aktivis Soe Hok Gie wafat akibat menghirup gas beracun, sehari jelang hari ulang tahunnya yang ke-27.