Hati-Hati, Ikut-ikutan dan Selalu Takut Ketinggalan Bisa Bikin Stres, Mengapa?

Tak sedikit orang yang hanya ikut-ikutan. Misalnya, ikutan pengin bersepeda, hingga akhirnya membeli sepeda untuk melampiaskan hobi baru. 

Pexels/Gustavo Fring
Ilustrasi zodiak 

TRIBUN-BALI.COM - Tak sedikit orang yang hanya ikut-ikutan. Misalnya, ikutan pengin bersepeda, hingga akhirnya membeli sepeda untuk melampiaskan hobi baru. 

Ada pula yang mendadak hobi bercocok tanam karena memang mengikuti tren. Bahkan rela beli madu kekinian hanya karena lagi hits.

Kadang, untuk itu, kita sampai menguras duit tabungan. Apalagi barang-barang tersebut sebenernya bukan kebutuhan primer.

Baca juga: Arti Mimpi yang Tentang Ular Kobra, Pertanda Wanita Penggoda hingga Datangnya Rezeki Nomplok

Baca juga: Tes Kepribadian - Hari Kelahiranmu Ungkap Karaktermu, Minggu, Kepribadianmu Benar-Benar Hidup

Baca juga: 3 Zodiak Cewek Ini Sering Merasa Gugup dan Salah Tingkah Saat Ketemu Gebetan, Siapa Saja Mereka?

Hanya karena melihat teman update Instagram stories, maka muncul keinginan menggeluti hobi yang sama karena terkesan memang menyenangkan.

Ada keinginan menjadi seperti mereka, takut ketinggalan, dan merasa aktivitas tersebut perlu dilakukan, Inilah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out).

Baca juga: Termasuk Aquarius, 4 Zodiak Ini Dikenal Paling Suka Menyembunyikan Perasannya Sendiri

Baca juga: Promo Indomaret 5 Desember 2020, Promo JSM, Super Hemat, hingga Promosi Bulan Ini Masih Berlaku

Baca juga: Ini Angka-angka Keberuntungan yang Dimiliki Tiap Shio Hari Ini 5 Desember 2020

Growth Manager Super You, Antonius Tan mengatakan, membeli tanaman dan mengonsumsi madu kekinian sebenarnya boleh saja, asal dengan perhitungan.

Karena, menurut dia, kebiasaan yang awalnya terlihat sepele, dapat menjadi salah satu “bocor halus” yang akan mengganggu keuangan. 

"Anggap saja setiap membeli tanaman atau madu, setidaknya menghabiskan hampir Rp 500 ribuan/bulan. Madu dan tanaman hanya contoh saja karena masih banyak keinginan lain yang jika disusun berdasarkan urutan pentingnya, bisa jadi hampir semua yang tadinya terasa seperti kebutuhan, ternyata hanya keinginan sesaat," ujar Antonius.

Baca juga: TERKINI, Dua Kabupaten di Bali Ini Catatkan Kasus DBD Tertinggi Secara Nasional

Menurutnya, milenial perlu menerapkan disiplin finansial sejak muda. Dimulai dari menyusun anggaran keuangan dan disiplin dilakukan setiap bulan demi mengontrol pendapatan yang diperoleh. 

"Jangan lupa patuh pada anggaran yang sudah disusun. Jangan sampai uang sudah habis pada tengah bulan karena tergiur barang-barang lucu atau karena melihat teman lain sudah punya kemudian memaksakan diri juga harus punya."

"Padahal, masih ada biaya penting yang harus dibayar," kata Antonius Tan yang menyarankan milenial untuk mulai menyusun anggaran keuangan mereka seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Wartakotalive.com, Kamis (3/12/2020).

Anggaran yang perlu disusun oleh milenial mungkin belum serumit mereka yang sudah berkeluarga, mungkin juga belum memiliki pendapatan dua digit.

Setidaknya, dari pendapatan yang ada, dibagi berdasarkan prioritas, seperti kebutuhan sehari-hari, sosial, dan dana darurat.

Setelah pos keuangan sudah terpenuhi maka akan lebih mudah menyisihkan sejumlah uang untuk keperluan tersier.

Tetapi, jika pos kebutuhan tersier sudah habis, jangan ganggu pos dana lainnya hanya untuk memenuhi FOMO.

Jangan sampai kebutuhan dibayar dengan cara berutang, misalnya dengan kartu kredit, lalu dilunasi dengan cara cicilan minimum. 

"Pengeluaran FOMO tanpa perencanaan hanya membuat kita menjadi milenial frustasi karena hanya sibuk mengurus utang," ujarnya.

Bagaimana jika ada sisa uang dari kebutuhan primer?

Bisa juga dana sisa dipakai untuk keperluan tersier. Tetapi, ini pun tidak disarankan.

Sebaliknya, akan jauh lebih bijaksana jika sisa uang ini dialihkan menjadi tabungan atau investasi sehingga aset terus bertambah selagi muda.

Antonius menyarankan milenial untuk menyisihkan pendapatan untuk menabung atau investasi dan asuransi.

“Terpikirkan untuk memanfaatkan uang yang tadinya untuk memenuhi keinginan FOMO menjadi jauh lebih bermanfaat? Anda dapat alokasikan ke asuransi sebagai cara melindungi aset dan akan bermanfaat untuk masa depan," tuturnya.

Salah satunya adalah asuransi kesehatan. Sebab, milenial masih muda dan perjalanan masih panjang. Tetapi, bisa saja mengalami sakit. 

Saat harus mendapat perawatan medis, pastinya aset yang sudah dikumpulkan bisa hilang begitu saja demi membayar biaya rumah sakit.

Untuk itu, asuransi kesehatan wajib dimiliki milenial selagi sehat dan produktif supaya  bisa fokus mencapai masa depan.

Sementara jika terjadi risiko sakit ada perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya pengobatannya sesuai perjanjian yang tercantum pada polis. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul FOMO (Fear of Missing Out) Bisa Bikin Stres, Mengapa?

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved