Sosok Zulkarnaen, Teroris Bom Bali 1 yang Ditangkap setelah 18 Tahun Buron, Putus Kuliah Semester 4
Zulkarnaen yang memiliki nama alias Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman, ditangkap di Gang Kolibri, Toto Harjo,
Begitulah suasana di rumah orangtua Arif Sunarso, HS, 63, Selasa (16/3/2010) siang.
Desa tersebut terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Solo.
Ketika pintu diketuk, tuan rumah pun keluar dari dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut, kemudian mempersilakan wartawan Surya duduk di kursi ruang tamu.
Tak selang lama, istri HS, Ny A, 60, juga keluar dari bagian dalam rumah.
HS, merupakan pensiunan guru, dan kini bekerja sebagai petani. Adapun A sehari-hari berdagang pakaian di pasar-pasar.
Dia biasa berjualan di berbagai pasar, tergantung hari pasaran tertentu. Jika situasi pasar sepi, dia membantu suaminya bekerja di sawah.
Meski kedatangan tamu asing, pasangan suami-istri yang baru datang dari sawah itu tampak tidak kaget.
Tak heran, karena sejak bertahun-tahun silam, tepatnya beberapa saat setelah peristiwa bom Bali 1, 12 Oktober 2002, mereka telah mendengar kabar tak sedap bahwa Arif diduga terlibat aksi terorisme.
Suami istri berpenampilan sederhana sebagaimana layaknya warga desa lainnya tersebut sudah menduga bahwa tamu mereka pasti akan menanyakan tentang Arif.
Apalagi, HS dan A dapat merasakan bahwa selama ini sering ada petugas kepolisian yang menyamar, yang mengintai kediaman mereka.
"Dulu mereka pura-pura berjualan di pojok gang di sana, bawa-bawa bronjong (wadah dari bambu, Red). Suka tanya ini dan itu.
Mereka pikir kami tidak tahu," kata Ny A dalam Bahasa Jawa halus alias krama inggil.
Aminah mengaku tidak takut dan khawatir meski sering diintai polisi.
Karena dia yakin Arif, anak sulungnya, tidak berbuat salah sebagaimana tuduhan polisi.
A juga yakin bahwa dirinya, suaminya maupun seluruh anggota keluarganya tidak pernah terlibat peristiwa kriminal.
"Tidak mungkin anak saya begitu (menjadi teroris, Red). Kalau dia berbuat begitu pastilah sudah kaya, bisa kirim banyak uang ke orangtuanya atau ke istrinya. Nyatanya kami masih miskin seperti ini," katanya dengan nada emosional.
Berbeda dengan sang istri, Hadi Saleh tampak lebih tenang. Pensiunan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN, setingkat SD, Red) di wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jateng, ini lebih banyak diam.
"Saya pensiun sejak tiga tahun lalu," kata HS, yang mengenakan baju batik dan kain sarung.
Ny A berkali-kali menegaskan keyakinannya bahwa Arif tidak mungkin berbuat jahat dengan menjadi teroris yang tega membunuh orang dengan aksi-aksi pengeboman.
"Tidak mungkin. Mana ada ayat (dalam Alquran) yang membolehkan orang membunuh? Tidak ada," tegas ibu enam anak ini, yang siang kemarin mengenakan kerudung warna putih.
Ketika ditanya apakah dirinya masih berharap bertemu Arif, yang diketahui menghilang sejak tahun 2001 atau sejak sekitar sembilan tahun silam, Aminah langsung menangis.
"Saya kira setiap orangtua pasti berharap dapat bertemu lagi dengan anaknya setelah sangat lama tidak bertemu," tuturnya seraya mengusap air mata.(*)