Prancis, Jerman, Lebanon Umumkan Kasus Pertama Varian Baru Covid-19

Kementerian Kesehatan Prancis menyebutkan bahwa kasus pertama itu ditemukan di Kota Tours.

Editor: DionDBPutra
Pexels
Ilustrasi Covid-19. 

TRIBUN-BALI.COM, PARIS - Prancis, Jerman dan Lebanon melaporkan kasus pertama infeksi varian baru Covid-19. Di Prancis kasus baru menimpa seorang warga yang baru-baru ini kembali dari London, Inggris.

Kementerian Kesehatan Prancis menyebutkan bahwa kasus pertama itu ditemukan di Kota Tours.

Pasien yang dimaksud tiba dari London pada 19 Desember 2020. Setelah dinyatakan positif, ia menjalani isolasi mandiri dan dalam kondisi yang baik, menurut kementerian.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, pada 14 Desember, mengatakan peningkatan kasus di Inggris Raya mungkin terkait dengan virus corona varian baru yang muncul di negara itu.

Baca juga: Israel dan Irlandia Laporkan Kasus Varian Baru Covid-19 yang Sangat Menular

Baca juga: Varian Baru Virus Corona yang Mengganas di Inggris Sudah Masuk Singapura Melalui Seorang Pelajar

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Tak Terkendali di Inggris, Indonesia Terbitkan Edaran Keluar Masuk Negara

Hancock menyebut lebih dari seribu kasus Covid-19 jenis baru telah diidentifikasi, kebanyakan muncul di Inggris bagian tenggara.

Sejumlah negara di dunia, dalam beberapa hari belakangan, menutup pintu masuk mereka bagi penumpang dari Inggris dan Afrika Selatan --menyusul penemuan kasus jenis baru tersebut, yang disebut lebih cepat menular daripada virus corona sebelumnya.

Di Prancis saat ini tercatat sebanyak 20.262 pertambahan kasus Covid-19 dan sedikitnya 159 kasus kematian pasien di rumah sakit dalam waktu 24 jam.

Secara keseluruhan, jumlah kasus Covid-19 di Prancis sejauh ini mencapai 2,5 juta lebih serta lebih dari 62.000 kasus kematian—yang tertinggi ke tujuh di dunia.

Jerman dan Lebanon

Otoritas kesehatan di Jerman dan Lebanon mengumumkan kasus pertama varian baru Covid-19 yang ditemukan pada warga dengan riwayat perjalanan ke Inggris.

Kasus pertama untuk varian baru Covid-19 di Jerman ditemukan pada seorang warga yang datang dari Bandara Heathrow di London, ibu kota Inggris, pada 20 Desember 2020, kata otoritas di negara bagian Baden-Wuerttemberg, Kamis.

Ia terkonfirmasi positif Covid-19 saat tiba di Frankfurt untuk mengunjungi keluarganya, terang pemerintah negara bagian.

Pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium Kota Berlin menunjukkan pasien positif itu terserang virus B.1.1.7, nama varian baru Covid-19 yang saat ini mewabah di Inggris.

“Ini adalah kasus pertama yang diketahui di Jerman,” kata Dinas Kesehatan Baden-Wuerttemberg dalam pernyataan tertulisnya.

Penderita varian baru itu, menurut keterangan otoritas terkait, mengalami gejala penyakit ringan.

Ia telah dijemput oleh keluarganya dan saat ini pasien tersebut masih menjalani karantina di kediaman pribadinya di Baden-Wuerttemberg, menurut pihak dinas.

Otoritas kesehatan di Baden-Wuerttemberg menambahkan tiga orang yang berstatus kontak erat dengan pasien itu juga telah menjalani isolasi mandiri.

Sementara itu, otoritas kesehatan di Lebanon juga mengumumkan kasus pertama varian baru Covid-19, Jumat. Kasus pertama itu ditemukan pada penumpang yang tiba dari Kota London, Inggris.

“Kasus pertama varian baru Covid-19 ditemukan pada seorang penumpang yang naik pesawat Middle East Airlines dengan nomor 202 dari London pada 21 Desember,” kata pelaksana tugas menteri kesehatan di Lebanon, sebagaimana dikutip dari akun resminya di media sosial Twitter.

Ia mendorong seluruh penumpang pesawat itu beserta keluarganya untuk melakukan langkah pencegahan.

Tingginya kasus positif di Lebanon membuat layanan kesehatan setempat kewalahan, apalagi negara itu tengah mengalami krisis keuangan. Lebanon juga masih kesulitan untuk bangkit setelah adanya ledakan di Beirut yang menyebabkan sejumlah rumah sakit rusak dan hancur.

Sejauh ini, lebih dari 1.000 orang tewas akibat Covid-19 di Lebanon, negara yang dihuni oleh kurang lebih enam juta jiwa.

Varian baru virus itu yang telah mewabah di Inggris membuat beberapa negara di Eropa menutup perbatasannya dan memberhentikan akses transportasi dari dan ke negara tersebut.

Singapura juga mengumumkan kasus pertama untuk varian baru Covid-19, Kamis (24/12/2020).

Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat akan mengharuskan semua penumpang maskapai pesawat yang tiba dari Inggris memiliki hasil tes Covid-19 negatif dalam 72 jam sebelum keberangkatan, mulai berlaku pada Senin nanti.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua penumpang penerbangan dari Inggris harus memiliki hasil tes Covid-19 negatif untuk dapat masuk ke AS.

Keputusan tersebut merupakan perubahan haluan setelah administrasi Trump mengatakan kepada maskapai-maskapai AS pada Selasa, bahwa tidak ada rencana untuk mengharuskan tes apapun untuk penumpang asal Inggris yang tiba.

Keputusan itu menyusul munculnya varian virus corona baru yang sangat mudah menular di Inggris, yang telah mendorong banyak negara untuk menutup perbatasan mereka bagi para pengunjung dari sana.

Kedutaan Besar Inggris di Washington belum menanggapi permintaan komentar pada Kamis malam.

Sebelumnya pada hari Kamis, United Airlines dan Delta Air Lines mengatakan mereka mewajibkan semua penumpang dalam penerbangan dari Inggris ke Amerika Serikat untuk menunjukkan tes Covid-19 negatif yang diambil dalam 72 jam sebelum keberangkatan.

CDC mengatakan pada Kamis malam, penumpang harus dites negatif melalui tes PCR atau Antigen, dan menyebut "virus terus berubah melalui mutasi, dan analisis awal di Inggris menunjukkan bahwa varian baru ini mungkin hingga 70 persen lebih mudah ditularkan daripada varian yang beredar sebelumnya."

CDC mencatat bahwa pada bulan Maret Presiden Donald Trump menangguhkan masuknya hampir semua warga negara asing yang mengunjungi Inggris dalam 14 hari terakhir, yang telah mengurangi perjalanan udara ke AS dari Inggris sekitar 90 persen.

Di bawah kebijakan baru, penumpang yang berangkat dari Inggris ke Amerika Serikat harus memberikan dokumentasi tertulis dari hasil tes laboratorium mereka (dalam bentuk cetak atau elektronik) kepada maskapai penerbangan, kata CDC.

Maskapai harus mengonfirmasi hasil tes negatif untuk semua penumpang sebelum naik. Jika penumpang memilih untuk tidak mengikuti tes, maskapai penerbangan harus menolak penumpang untuk masuk ke dalam pesawat.

CDC mengatakan perintah itu akan ditandatangani pada hari Jumat dan berlaku mulai Senin.

Kebijakan Delta, diperluas dari keputusannya pada hari Senin untuk mewajibkan pemeriksaan pada penerbangan Inggris ke Bandara JFK New York, berlaku efektif 24 Desember, sementara persyaratan United dimulai 28 Desember.

Pada hari Senin, tiga maskapai penerbangan yang terbang dari London ke JFK yakni Delta, British Airways dan Virgin Atlantic - menyetujui permintaan dari Gubernur New York Andrew Cuomo agar mereka memeriksa penumpang dari Inggris.

Maskapai penerbangan A.S. telah secara drastis mengurangi penerbangan ke Inggris Raya, serta seluruh Eropa

Sumber: antaranews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved