Berita Buleleng
Harga Kedelai Meroket, Pengusaha Tempe di Buleleng Terpaksa Turunkan Jumlah Produksi
Harga kedelai import merangkak naik. Kenaikan ini terjadi sejak November 2020 lalu, hingga menyebabkan para pengusaha tempe dan tahu terpaksa menurun
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Harga kedelai import merangkak naik.
Kenaikan ini terjadi sejak November 2020 lalu, hingga menyebabkan para pengusaha tempe dan tahu terpaksa menurunkan jumlah produksinya.
Ditemui Senin (4/1/2021), salah satu pengusaha tempe di Lingkungan Taman Sari, Kecamatan Buleleng, Said (48) mengatakan, harga kedelai impor kini mencapai Rp 9 ribu per kilogram.
Sementara sebelumnya Rp 6 ribu per kilogram.
Baca juga: Pengusaha Tempe Tahu Perkirakan Harga Kedelai Terus Naik Hingga Akhir Februari 2021, Ini Alasannya
Baca juga: Buntut Pengrajin Mogok Produksi, Tempe dan Tahu Langka, Warga Ngaku Rela Beli dengan Harga Tinggi
Dengan adanya kenaikan ini, Said pun terpaksa menurunkan produksi tempenya.
"Sebelum ada kenaikan ini, sehari itu bisa menghabiskan 160 kilo kedelai. Tapi karena harganya naik, sekarang hanya mencapai 130 kilo per hari," terangnya.
Jumlah produksi tempe ini terpaksa ia turunkan karena jumlah pembeli juga mulai berkurang.
Said pun berharap kenaikan ini tidak berlangsung lama. Sebab, untuk membuat tempe, Said hanya menggunakan kedelai impor.
"Jumlah pembeli juga berkurang, karena harga tempe terpaksa saya naikan Rp 1000. Jadi mereka yang biasanya ngambil langsung 50 lonjor, sekarang hanya 30 lonjor."
"Selama 25 tahun menjadi pengusaha tempe, saya hanya pakai yang impor. Karena kedelai lokal sulit didapat," keluhnya.
Naikkan Harga
Di sisi lain, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) memutuskan untuk menaikkan harga tahu dan tempe.
Keputusan tersebut diambil lantaran harga kedelai sebagai bahan baku tahu tempe mengalami kenaikan.
Saat ini harga kedelai mencapai Rp 9.500 per kilogram (kg) sebelumnya Rp 7.000 per kg.
"Kalau diproduksi dan dijual dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kg ini rugi," ujar Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/1/2021).
Baca juga: Buntut Pengrajin Mogok Produksi, Tempe dan Tahu Langka, Warga Ngaku Rela Beli dengan Harga Tinggi
Aip menjelaskan untuk membuat tahu dan tempe memerlukan tambahan biaya produksi sebesar Rp 3.000 hingga Rp 4.000.
Sehingga Aip menganjurkan kenaikan sebesar 20%.
"Oleh karena itu kita usul naik 20% jadi Rp 15.000 per kg," terang Aip.
Keputusan tersebut diharapkan akan didukung oleh pemerintah.
Meski tak memerlukan persetujuan pemerintah, Aip menerangkan perlu adanya dukungan pemerintah.
Pekan depan Gakoptindo akan melakukan pembahasan denhyan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Nantinya Gakoptindo mengusulkan adanya kebijakan yang menguntungkan seluruh pihak.
Aip menerangkan salah satu penyebab naiknya harga kedelai adalah pengaruh harga dunia.
Asal tahu saja saat ini Indonesia masih mengandalkan impor kedelai untuk produksi tahu dan tempe.(*)