Populer di Tribun Bali
POPULER Gisel Tak Hadiri Pemeriksaan di Kepolisian | Pria di Denpasar Meninggal Usai Berkencan
Inilah berita populer di Tribun Bali, mulai dari Gisel Tak Hadiri Pemeriksaan di Kepolisian hingga pria di Denpasar meninggal usai berkencan.
Mereka bahkan harus mengurangi ukuran tahu dan tempe, karena harga bahan baku yang terus meningkat.
Seperti diungkapkan seorang produsen tahu dan tempe asal Banjar Grombong, Desa Sulang, Klungkung, I Nengah Sondra.
Ia mengatakan, kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe dalam beberapa hari terkahir mengalami kenaikan dari Rp 7.000 per kilogram, menjadi Rp 92 00 per kilogram.
"Harga bahan baku sekarang sangat tinggi. Para pengusaha seperti kami sangat merasa berat," keluh Sondra, Senin (4/1/2021).
Akibatnya, ia harus mengurangi ukuran tahu dan tempe yang ia produksi. Termasuk mengurangi jumlah produksinya.
Jika harga kedelai normal, dalam sehari pihaknya mampu memproduksi tahun dan tempe sampai 500 Kilogram perhari.
Namun saat ini, hanya memproduksi rata-rata 250 kilogram per hari.
Untuk menekan biaya, ia harus menekan jumlah produksi. Walaupun menurutnya permintaan tahu dan tempe masih tinggi di pasaran.
"Usaha kami sekarang asal usaha bisa jalan saja. Kalau naikan harga kami tidak bisa, terpaksa kami kecilkan ukurannya," jelasnya.
Hal yang sama dilakukan pengusaha tahu dan tempe di Buleleng, Bali.
Ditemui Senin (4/1/2021), salah satu produsen tempe di Lingkungan Taman Sari, Kecamatan Buleleng, Said (48) mengaku terpaksa menurunkan produksi tempenya.
"Sebelum ada kenaikan ini, sehari itu bisa menghabiskan 160 kilo kedelai. Tapi karena harganya naik, sekarang hanya mencapai 130 kilo per hari," terangnya.
Jumlah produksi tempe ini terpaksa ia turunkan karena jumlah pembeli juga mulai berkurang.
Said pun berharap kenaikan ini tidak berlangsung lama. Sebab, untuk membuat tempe, Said hanya menggunakan kedelai import.
"Jumlah pembeli juga berkurang, karena harga tempe terpaksa saya naikan Rp 1000. Jadi mereka yang biasanya ngambil langsung 50 lonjor, sekarang hanya 30 lonjor. Selama 25 tahun menjadi pengusaha tempe, saya hanya pakai yang import. Karena kedelai lokal sulit didapat," keluhnya.
Sebelumnya, produsen tahu dan tempe di Jabodetabek bahkan sempat mogok produksi selama tiga hari.
Mogok produksi dilakukan karena naiknya harga kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tempe dan tahu.
Pardi (41), seorang produsen pabrik tempe di wilayah Kota Bambu Utara, Jakarta Barat, mengaku akan kembali mulai memasok tempe ke para pedagang yang menjadi pelanggannya.
"Iya mogok dari hari Jumat, Sabtu sudah mulai produksi lagi, Senin sudah jualan, ini sudah dibikin stok tempe buat besok dipasok ke pasar," ujar Pardi, saat ditemui Tribun di pabriknya, Minggu (3/1/2021).