Apakah Menanyakan Seseorang Tentang Keperawanan Akan Mempengaruhi Psikologisnya? Ini Penjelasannya

Keperawanan atau keperjakaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan seksual seseorang yang bersifat sangat personal

elitedaily.com via Sripoku.com
Ilustrasi - Apakah Menanyakan Seseorang Tentang Keperawanan Akan Mempengaruhi Psikologisnya? Ini Penjelasannya 

Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Keperawanan atau keperjakaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan seksual seseorang yang bersifat sangat personal.

Ketika kita membicarakan hal-hal yang sangat personal, tentu kita membutuhkan persetujuan dari orang yang bersangkutan untuk membahas hal tersebut.

Made Ayu Praditya Larashati, M.Psi selaku Psikolog yang praktek di RS Bhayangkara Denpasar berikan penjelasan terkait hal tersebut. 

Ayu mengatakan, hal itu tergantung pada apakah orang tersebut nyaman atau tidak dengan pertanyaan tersebut, karena setiap orang memiliki tingkat privasi yang berbeda-beda.

Baca juga: Usai Nikah, Pengantin Wanita Ini Ditelanjangi Keluarga untuk Jalani Tes Keperawanan, Suami Diam Saja

Baca juga: Lelang Keperawanan Demi Covid-19, Selebgram Sarah Kiehl Minta Maaf

Baca juga: Kisah Pasutri 4 Tahun Menikah Tapi Istri Masih Perawan, Keduanya Tak Tahu Cara Untuk Hamil

Tingkat privasi seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai yang dipegang orang tersebut.

Dan nilai tersebut dipengaruhi oleh peran budaya dan lingkungan sosial dimana orang tersebut dibesarkan atau berada saat ini. 

"Kalau kita lihat, budaya dan lingkungan kita saat ini masih mengarah ke budaya timur, yang mana hal-hal yang berbau seks dan seksualitas masih tabu untuk dibicarakan, berbeda dengan budaya barat. Sehingga membahas keperawanan atau keperjakaan seseorang untuk sekedar basa-basi, merendahkan maupun hanya rasa ingin tahu, dan bukan untuk kebutuhan kesehatan atau medis dapat membuat orang tersebut tidak nyaman," ujarnya, Rabu (6/1/2021). 

Di sisi lain, perasaan tidak nyaman tersebut dapat dirasakan lebih tinggi intensitasnya pada wanita karena keperawanan seorang wanita memiliki nilai penting di budaya dan lingkungan kita.

Begitu pentingnya, tidak jarang keperawanan seorang wanita di budaya kita dapat mempengaruhi keberlangsungan dari suatu pernikahan.

Apabila seorang wanita tidak dapat mempertahankan keperawanan hingga jenjang pernikahan, mereka akan mendapat stigma negatif akan dirinya, di mana mereka dilabel sebagai sosok perempuan yang nakal, salah pergaulan atau masuk dalam pergaulan bebas, atau telah mengecewakan kepercayaan orangtuanya dan masih banyak lagi. 

"Dampak dari stigma negatif dan perasaan tidak nyaman yang intens inilah yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, di mana ia kesulitan menerima dirinya, merasa bersalah, jijik dengan diri sendiri, sulit menghargai dirinya dan lain-lain," tambahnya. 

Sehingga kita perlu berhati-hati dalam bertanya dan membahas keperawanan atau keperjakaan maupun hal-hal yang bersifat personal pada seseorang. 

"Kita perlu melihat siapa lawan bicara kita dan tujuan kita untuk bertanya atau membahas beberapa hal bersifat personal tersebut, apakah untuk kepentingan yang bersangkutan atau ada hal penting lainnya. Karena selain mempengaruhi kondisi psikologis orang tersebut, pertanyaan dan pembahasan kita dapat mempengaruhi hubungan kita dengan orang tersebut," tutupnya. (*).

Baca juga: Selebgram Sarah Keihl Unggah Tentang Lelang Keperawanan Rp 2 Miliar, Satu Jam Kemudian Video Hilang

Baca juga: Perasaan Anak Gadis Saat Diisukan Tak Perawan Lagi, Sang Ibu Akan Mengadu ke Jokowi

Apakah Alasan Orang Suka Merekam Momen Intim? Berikut Penjelasannya

Sebelumnya jagat maya dihebohkan dengan video syur yang belakangan diketahui diperankan oleh salah satu artis ibukota Gisella Anastasia dan Michael Yukinobu de Fretes.

Kasus video porno yang menjerat Gisel bukanlah yang pertama kalinya terjadi di dunia entertainment.

Sebelumnya, juga beberapa orang-orang tersohor lainnya yang video pribadinya tersebar.

Lalu apakah alasan beberapa orang gemar mendokumentasikan momen intimnya?

Prof. Dr. LK Suryani selaku Psikiater memberikan penjelasan terkait hal tersebut.

Menurutnya pada umumnya orang normal tidak akan mempublikasikan apa yang mereka lakukan.

Namun dalam hal ini mereka hanya ingin mengabadikan momen itu supaya tidak terlupakan.

Sehingga melakukan pengambilan video maupun gambar ketika sedang berhubungan intim.

“Berbeda dengan dahulu yang tidak ada kecanggihan teknologi untuk membuat video dan gambar.

Sedangkan kenangan itu sangat sulit untuk diingat kembali.

Jadi mereka hanya ingin menyimpan kenangan yang pernah mereka lakukan.

Kalau menurut pendapat saya tidak ada orang yang ingin memamerkan hubungan seksnya.

Kecuali pada pasien dengan gangguan jiwa.

Hal tersebut dikarenakan menyebarkan video intim merupakan pemikiran yang aneh,” ungkapnya, Tribun Bali, Minggu (3/1/2021).

Jadi intinya orang yang mendokumentasikan momen intimnya biasanya hanya digunakan untuk konsumsi pribadi.

Dengan tujuan mengingat kembali kenangan-kenangan yang pernah dibuat dan bukan untuk dipamerkan.

Setiap orang tentunya memiliki motif tertentu.

Namun, untuk mempublikasikan video intim keluar, menurutnya itu merupakan pemikiran yang aneh.

Dan bisa saja orang lain yang mengekspos video tersebut, bukan si pemeran dalam video.

Ia menambahkan, merekam dan menyimpan momen intim merupakan hal yang wajar dan tergantung pada penyimpananya.

“Sementara seiring dengan kemajuan zaman banyak orang dapat meretas smartphone.

Sehingga data-data pribadi dapat disalahgunakan.

Maka dari itu perlu untuk didalami siapa yang menyebarkan video tersebut.

Jika si pemain video porno yang menyebarkan itu, maka harus diperiksa kejiwaanya.

Apakah ada gangguan atau tidak,” tuturnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved