Kakak Beradik Pewaris Bisnis Keluarga Jadi Penumpang Sriwijaya Air, Kakak Berhasil Diidentifikasi

Kakak Beradik Pewaris Bisnis Keluarga Jadi Penumpang Sriwijaya Air, Kakak Berhasil Diidentifikasi

Foto istimewa kiriman Corporate Communications Sriwijaya Air.
Ilustrasi- Pesawat Sriwijaya Air 

Asy Habul Yamin sudah mengelola Toko Cahaya Busana sejak tahun 2010. Sementara Faisal Rahman baru beberapa bulan terakhir dipercaya orangtuanya.

Kepergian Faisal Rahman ke Jakarta bersama Asy Habul Yamin merupakan kali pertama dalam rangka belajar belanja pakaian untuk bisnis keluarga.

“Situasi seperti sekarang, bisnis keluarga dilimpahkan kepada anaknya terutama yang tua. Asy Habul Yamin diminta mengajar dan mendidik adiknya cara belanja pakaian dan segala macam."

"Orangtuanya pun mau mengalihkan itu semua ke anaknya. Memang aktivitas mereka sering ke Jakarta-Pontianak, kadang sebulan di sini, terus ke Jakarta,” cerita Budi.

Adik Asy Habul Yamin Konten Kreator

Asy Habul Yamin dan Faisal Rahman putra pasangan Masrizal dan Mariyati ini tercatat sebagai warga Jalan MT Haryono, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Faisal Rahman memiliki akun IG @Classics_fay dengan 19 ribu followers. Dalam profilnya, pria yang akrab disapa Fay memiliki usaha penjualan pakaian bernama Toko Cahaya Busana.

Ia juga menuliskan dirinya sebagai produser musik, pianis dan gitaris. Karyanya bisa dilihat di akun Youtubenya Dunia Malam TV (DM.TV).

Di berbagai karyanya, Fay mencantumkan dirinya sebagai pengisi suara, music dan sound serta legal content.

Fay banyak menampilkan kepiawaian dalam memainkan alat musik dan olah vokal di setiap unggahannya.

Postingan Fay di Instagram maupun konten YouTubenya dibanjiri doa dari para warganet setelah tahu dirinya masuk dalam daftar manifes Sriwijaya Air SJ-182.

Fay mengenyam pendidikan di MIN Sintang, lalu kuliah di Yogyakarta dan terakhir lulus dari Binus University, jurusan Ilmu Kumputer 2007-2013.

Meski tak punya pertalian darah, Budi menganggap keduanya layaknya adik sendiri karena sudah mengenalnya sejak kecil.

“Harapan kami tidak banyak. Andai kata sudah tidak selamat, minimal jasadnya ada. Itu harapan kami. Kami pun di sini cuma bisa berharap ada mukjijzat. Selamat itu harapan terbesar kita,” kata Budi.

Mulanya Ingin Terbang dengan Nam Air

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved