Berita Denpasar
Sedang Berkendara dan Hendak Antarkan Canang, Made Terserang Stroke hingga Lemas di Anyelir Denpasar
Sedang Berkendara dan Hendak Antarkan Canang, Made Terserang Stroke di Anyelir Denpasar
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Widyartha Suryawan
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang pengendara sepeda motor tiba-tiba mengalami kondisi lemas di Jalan Anyelir No 66, Banjar Tanjung Bungkak 1, Sumerta, Denpasar Timur, Denpasar, Bali, pada Sabtu 16 Januari 2021.
Warga yang mengetahui kondisi itu langsung melaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar untuk meminta bantuan penanganan pasien.
BPBD kemudian mengerahkan petugas ambulans Damakesmas Denbar 2 Kota Denpasar ke lokasi kejadian.
Saat diperiksa petugas, diketahui pengendara bernama I Made J (34) asal Tabanan itu mengalami stroke.
"Kondisi pasien tiba-tiba badan bagian kiri lemas, suara pelo, tubuh bagian kiri tidak bisa digerakkan," ujar Ketua Tim Damakesmas Denbar 2, Agus Eka kepada Tribun Bali.
Baca juga: Kenali Gejala Bells Palsy yang Mirip Stroke
Setelah mendapatkan penanganan di TKP, pria berperawakan besar itu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Kota Denpasar.
"Pasien stroke dievakuasi ke RSUP Sanglah," ujar dia.
Sementara itu, petugas medis Damakesmas Denbar 2, Novi, menambahkan bahwa pasien sedang bekerja mengantar canang.
Korban berprofesi sebagai driver dan belum pernah memiliki riwayat stroke.
"Pasien sama sekali belum pernah memiliki riwayat stroke dan cek kesehatan. Tadi lagi mengantar canang ke rumah bosnya, sedang disuruh membeli canang," bebernya.
Pertolongan Pertama Jika Mengalami Stroke
Sibuk dengan pekerjaan, pola hidup tidak sehat, kurangnya olahraga membuat banyak orang lupa dengan kesehatan.
Hingga akhirnya, tubuh menjadi lemah tak berdaya akibat stroke.
Stroke adalah gangguan pada otak yang terjadi mendadak disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
dr. Yoanes Gondowardaja, M.Biomed, Sp.S mengatakan gangguan pembuluh darah terdapat dua macam.
Baca juga: Selain Merokok dan Stres, Berikut Faktor Risiko Stroke yang Harus Diwaspadai
Pertama gangguan pembuluh darah karena adanya sumbatan (stroke sumbatan) dan pembuluh darah pecah (stroke pendarahan).
"Paling banyak stroke sumbatan sekitar 80 persen dari angka kejadian. Sisanya 20 persen stroke pendarahan," jelasnya dalam youtube Kasih Ibu Hospital dengan topik 'Tips Mencegah Stroke' yang diakses pada Sabtu (26/9/2020).
Lebih lanjut, gejala khusus stroke tergantung pada bagian otak mana yang mengalami gangguan pembuluh darah.
Misal, jika gangguan terjadi pada bagian otak yang berfungsi sebagai pusat gerak maka akan terjadi kelemahan.
Begitupun jika gangguan terjadi pada bagian otak yang berfungsi sebagai pusat bicara maka akan terjadi gangguan berbicara.
Lebih lanjut, dr. Yoanes Gondowardaja, M.Biomed, Sp.S mengatakan penderita stroke pada saat ini jika dibandingkan dengan 1997 adalah 1-2 orang tiap 1000 orang.
Pada tahun 2007 meningkat menjadi 2-3 orang tiap 1000 orang.
Pada tahun 2012 semakin meningkat menjadi 30 orang tiap 1000 orang.
"Penanganan awal yang paling penting adalah ketahui gejala dini. 90 persen kelemahan pada anggota tubuh, bicara pelo, dan muka mencong. 10 persen pada penderita stroke awal adalah penurunan kesadaran. Bahayanya adalah adanya sumbatan jalan napas. Itulah yang sering kali membunuh di saat awal," paparnya.
"Kita lihat apakah ada muntahan, gigi lepas, atau adanya sumbatan jalan napas. Barulah kita longgarkan baju penderita dan berikan ruangan yang aman serta nyaman. Dan tidak perduli seberapa kecil beratnya keluhan harus segera unit gawat darurat terdekat," imbuhnya.
Berikut periode emas untuk penanganan stroke yang dikutip dari website Kemenkes RI.
1. Kurang dari 4,5 jam sejak pertama kali muncul gejala dan ditandai sampai dilakukan penanganan stroke di rumah sakit.
2. Penderita harus segera tiba di rumah sakit kurang dari 2 jam. Proses pemeriksaan sampai pengobatan membutuhkan waktu maksimal 2,5 jam.
3. Bila terlambat penanganannya atau sudah lebih daei 4,5 jam maka stroke akan menjadi parah bahkan beresiko kematian atau kecacatan permanen. (ian/ana)