Suara Dentuman Misterius di Bali Terjadi Saat Kajeng Kliwon, Ini Pandangan Jero Bayu Gendeng

Penenung Bayu Gana ini, mengamini bahwasanya hari Kajeng Kliwon Pamelas Tali, yang jatuh enam bulan sekali adalah hari keramat.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
Kompas.com
Ilustrasi suara dentuman misterius. Suara misterius terdengar pada Minggu 24 Januari 2021 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Kemarin pada Minggu 24 Januari 2021, warga Bali dihebohkan dengan suara dentuman cukup keras.  

Suara dentuman yang mengejutkan warga ini bahkan terdengar hingga ke tiga kecamatan di wilayah Buleleng.

Namun setelah ditelusuri belum ada kepastian dari mana asal suara dentuman itu.

BMKG pun tidak menemukan adanya pertanda gempa bumi.

Hal ini pun membuat semua orang penasaran akan bunyi dentuman misterius tersebut.

Baca juga: 600 Juta Vaksin Covid-19 Sudah Dikunci Indonesia, Menkes Sebut Banyak Orang Malaysia Marah

Berita dengan cepat tersebar ke penjuru Pulau Dewata bahkan kancah Indonesia.

Masyarakat Bali yang sejak lama percaya adanya sekala-niskala.

Kemudian mengaitkan suara yang masih misterius itu dengan hal mistis.

Apalagi kejadiannya tepat saat Kajeng Kliwon Pamelas Tali, Watugunung Runtuh.

Satu di antara hari yang tenget atau keramat bagi umat Hindu di Bali.

Jero Bayu Gendeng, juga memerhatikan fenomena ini.

Penenung Bayu Gana ini, mengamini bahwasanya hari Kajeng Kliwon Pamelas Tali, yang jatuh enam bulan sekali adalah hari keramat.

"Tertuang dalam lontar Medang Kemulan, kemarin itu bertepatan dengan kisah runtuhnya atau gugurnya Raja Watugunung. Tepat ketika hari Kajeng Kliwon, khususnya Kajeng Kliwon Pemelas Tali dan disebutlah Watugunung Runtuh," jelasnya kepada Tribun Bali, Minggu malam.

Penekun spiritual ini, mengatakan bahwa Pamelas Tali atau pemutus dari sebuah rangkaian.

Diibaratkan memutuskan dari hal negatif, menuju hal positif.

"Semoga dentuman ini adalah pertanda sesuatu yang positif dari alam semesta," katanya.

Sebab jika dihitung dari angka misteri, tanggal 24 Januari 2021, akan memunculkan angka 6, 17, dan 235 lalu menghasilkan angka misteri 3.

Hal ini dapat diartikan ada energi kuat yang hadir dan memberi kejutan.

"Jadi ada elemen api, dan digambarkan juga ada elemen laut, artinya bisa jadi ada power besar yang hadir dengan simbol api dan meluncur berhubungan dengan tanah dalam laut," jelasnya.

Namun bila disimpulkan dengan hari Kajeng Kliwon Pemelas Tali.

Ia berharap agar dentuman itu, adalah pertanda pemutus rantai hal buruk selama ini.

Lanjutnya, aura kuat ada di simbol air dan bumi. Artinya ada di perpaduan laut dan tanah.

"Nah kemudian kita lihat, apakah pada saat hari Kajeng Kliwon Pemelas Tali Watugunung Runtuh ini. Di tempat kejadian suara, ada hujan atau tidak," katanya.

Sesuai hitungan literatur, bila ada hujan maka adanya dentuman adalah di bumi atau daratan.

Namun bila tidak ada hujan, di tempat di mana terdengar dentuman tersebut.

Maka adanya di dalam laut.

"Angka misteri hari ini memunculkan angka 6 dan 1, atau kekuatan dentuman dari dimensi lain," tegasnya.

Untuk itu, kewaspadaan tetap dijaga namun jangan sampai membuat kekhawatiran berlebihan.

"Jadi kita ambil positifnya saja, semoga tanda dentuman adalah tanda positif bagi kita semua," tegasnya lagi.

Apalagi pulau Bali, memang dibentengi dengan taksinya.

"Bila kita yakini dan percaya dan jaga bersama. Maka alam dan segala isinya akan memberi perlindungan gaib yang optimal," sebutnya.

Energi perlindungan setiap penjuru Bali, dalam konsep Nawa Sanga, tentu senantiasa melindungi. Sehingga tetaplah berpegang dan memohon perlindungan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Ia pun menyarankan umat Hindu, melakukan persembahyangan bersama. Baik di rumah masing-masing, atau tempat persembahyangan bersama seperti pura.

Guna memohon keselamatan dan perlindungan bersama khususnya di daerah yang terdengarnya dentuman.

"Bila ditanya apakah ini termasuk fenomena alam biasa? bisa jadi ada hal yang di luar kebiasaan masuk ke alam Bali," katanya.

Energi atau kekuatan yang menimbulkan suara dentuman, bisa jadi berasal bukan dari tanah Bali sendiri.

Namun energi itu ketika memasuki Bali, dihadang oleh kekuatan penjagaan taksi Bali. Yang masih kuat melindungi untuk mencegah hal-hal yang tidak baik memasuki Bali. Atau melindungi agar tidak sampai menimbulkan dampak yang sangat buruk," tegasnya. 

BMKG: Suara Ledakan Bukan Akibat Gempa Bumi

Suara dentuman terdengar di wilayah Buleleng, Bali pun dibenarkan oleh BMKG.

Pusat Gempabumi Regional (PGR) III Denpasar menyampaikan adanya anomali sinyal yang terekam pada sensor di Singaraja milik BMKG.

"Begitu kami cek pada pukul 10.27 WITA ternyata ada anomali sinyal namun sinyal ini bukan sinyal seismik gempa bumi karena kami lihat tidak dicatat oleh beberapa sensor lain di sekitarnya. Tapi hanya terekam di sensor Singaraja saja," ujar observer PGR III Denpasar, Indira, Minggu 24 Januari 2021.

Ia juga mendapatkan kabar dari masyarakat terlihat meteor jatuh dan lain sebagainya.

Namun, BMKG yang memiliki kewenangan kegempaan mengonfirmasi bahwa suara ledakan tersebut bukan merupakan akibat gempa bumi.

"Setelah kami cek pada kira-kira pukul 10.27 WITA memang ada anomali sinyal di sensor Singaraja milik BMKG namun bukan merupakan sinyal seismik gempa bumi," tegasnya.

Indira menyampaikan pihaknya memerlukan konfirmasi lebih lanjut dengan lembaga-lembaga lain.

Kalau memang kesaksian masyarakat itu melihat meteor atau lain sebagainya, harus dikoordinasikan dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Menurutnya, untuk alat sensor itu sensitif terhadap banyak hal.

Bisa karena gempa bumi, gunung api, nuklir semua itu bisa tercatat.

Tapi, ada klasifikasinya untuk menentukan sinyal seismik gempa bumi atau sinyal yang lain.

"Dari pola di seismogramnya ini kita bisa lihat, kenapa kita bisa bilang ini bukan gempa bumi karena beberapa sensor yang terdekat dari sensor Singaraja ini tidak mencatat rekaman tersebut juga. Jadi hanya satu sensor saja yang merekam getaran yaitu Singaraja," paparnya.

Ia menambahkan durasi getaran yang tercatat pada sensor itu kurang lebih 20 detik dan kalau disetarakan dengan magnitudo setara dengan 1,1 magnitudo.

Kesaksian Warga

Bahkan berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Bali, suara dentuman itu terdengar hingga di sejumlah wilayah Buleleng.

Perbekel Kubutambahan, Gede Pariadnyana mengaku mendengar jelas suara dentuman itu  sebanyak satu kali.

Kala itu, Pariadnya tengah menerima sejumlah tamu di kediamannya.

Hingga tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara dentuman yang cukup keras, sebanyak satu kali.

Sontak ia pun bergegas mengecek keadaan sekitar.

"Awalnya saya kira ada kebakaran, atau SPBU yang meledak. Namun sampai sekarang tidak ada informasi terjadinya kebakaran. Warga sekitar juga sempat  mendengar dentuman itu. Semua bertanya-tanya ada apa," jelasnya. 

Selain Perbekel Pariadnyana, suara dentuman itu juga didengar oleh salah satu nelayan asal Banjar Dinas Segara, Desa Kubutambahan, Komang Wagiastra (53).

Kala itu, Wagiastra mengaku tengah melaut.   

Lantas ia tiba-tiba dikejutkan dengan adanya suara dentuman yang sangat keras. 

"Saat itu saya lagi nyari ikan di tengah laut. Jaraknya sekitar  10 kilometer dari bibir pantai. Suaranya terdengar jelas. Saya kira ada gardu yang meledak," ungkapnya. 

Selain di Kubutambahan, suara dentuman itu juga terdengar hingga di Kota Singaraja dan Desa/Kecamatan Sukasada.

Salah seorang warga Desa Sukasada, I Gusti Ngurah Putra Sana juga mengaku terkejut dengan suara dentuman itu.

"Saya kira ada bom. Kaget lah, suara dentumannya keras sekali," katanya. 

Suara dentuman misterius ini juga ramai dibicarakan oleh warganet di sosial.

Mereka bertanya-tanya dari sumber suara  suara ledakan tersebut.

Bahkan ada yang menduga suara itu berasal dari proyek Bendungan Tamblang.

Mengingat pihak pekerja kerap melakukan blasting tanah menggunakan bahan peledak. 

Dikonfirmasi terkait dugaan itu, Satker Bendungan BWS Bali Penida, I Gusti Putu Wandira mengatakan, blasting tanah dengan menggunakan bahan peledak memang sering dilakukan oleh pihaknya.

Namun suara ledakan semestinya tidak sampai terdengar hingga di wilayah Kota bahkan di Kecamatan Sukasada.

"Peledakan memang ada, tapi di dalam trowongan. Tidak mungkin bisa sampai terdengar di kota. Jarak antara proyek dengan kota kan cukup jauh, sekitar 20 kilometer. Kalau kami melakukan peledakan selalu lmemberikan aba-aba berupa suara sirine dan hitung mundur," terangnya. 

Sementara Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana hingga berita ini ditulis belum dapat dikonfirmasi.

"Saya masih di jalan, nyetir. Tunggu ya," singkatnya.

Informasi terkait suara ledakan tersebut juga ramai beredar di grup-grup WhatsApp di Bali.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Made Rentin mengatakan, sejumlah warga di Buleleng memang mendengar suara dentuman yang cukup keras.

Setelah ditelusuri, penelusuran seluruh wilayah nihil ledakan di daratan.

"Masih ditelusuri kemungkinan di laut," kata dia, melalui pesan WhatsApp, Minggu 24 Januari 2021.

Hingga saat ini, petugas terkait masih mencari info dari mana dentuman tersebut.

Info sementara, PLTGU Pemaron, pembangkit listrik Sambangan dan Bendungan Tamblang saat ini masih aman atau tak ada ledakan.

Sementara itu, hasil pemantauan BMKG Wilayah III Denpasar, terdapat anomali sinyal yang tercatat di sensor seismik Singaraja pada pukul 10.27 Wita.

Namun, sinyal tersebut bukan dari sinyal seismik gempa bumi.

 "Sebagai tambahan informasi, sejak pukul 08.00 Wita hingga saat ini tidak ada kejadian gempa bumi di wilayah Bali," kata dia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved