Kisah Ngurah Widiana Jadi Sopir Ambulans Antar Pasien Covid-19, Tidak Enak Badan Langsung Swab Test

Kisah Ngurah Widiana Jadi Sopir Ambulans Antar Pasien Covid-19, Tidak Enak Badan Langsung Swab Test

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Gusti Ngurah Made Widiana di tempat parkir mobil ambulans RSUP Sanglah Denpasar, Sabtu 6 Februari 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjalani profesi sebagai sopir ambulans bukanlah suatu hal yang mudah.

Selain sigap dan disiplin waktu, mereka harus sabar dan berhati-hati di jalan.

PRIA asal  Blahkiuh Banjar Benehkawan I Gusti Ngurah Made Widiana mempunyai pengalaman menarik selama mengabdi sebagai sopir ambulans di RSUP Sanglah Denpasar Bali.

Dia sudah lama menjadi sopir tapi khusus mobil ambulans tiga tahun terakhir. 

“Di Sanglah saya sudah bekerja selama 15 tahun. Dulunya saya jadi sopir pegawai. Antar staf rumah sakit melayat, kondangan  atau penagihan, kadang jadi pengganti sopir direksi kalau yang bertugas sedang libur,” katanya, Sabtu 6 Februari 2021.

Selama tiga tahun menjadi sopir ambulans, banyak pasien yang telah dia layani dengan berbagai keluhan penyakit, tak terkecuali pasien Covid-19 yang sekarang sedang terjadi di banyak tempat.

Sejak awal kasus itu menyeruak di Bali, ia sudah berulangkali mengantar pasien Covid-19.

Saat pertama kali mengantar pasien positif Covid-19, perasaan takut menghantuinya. Bayangan keluarga muncul di benaknya. Dia khawatir tertular.

“Waktu pertama kali mengantar takut, cemas, waswas semua perasaan itu jadi satu. Karena saya mengingat keluarga di rumah. Keluarga juga awalnya khawatir.

Tapi semua bilang tidak apa-apa. Karena sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, tidak apa-apa,” tambah pria kelahiran tahun 1975 tersebut.

PPKM Sebelumnya Dianggap Tak Efektif, Pemerintah Terapkan PPKM Skala Mikro Mulai Besok, Apa Bedanya?

Dihantam Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual, PHRI: Orang Punya Uang pun Masih Berpikir

Sebagai sopir ambulans sudah tanggung jawabnya untuk bergerak saat diperlukan.

Maka ia selalu meneguhkan hati  tidak akan terjadi apa-apa.

Ia senang saudara dan tetangganya ikut memberi semangat serta dukungan.

“Tidak ada yang menjauhi. Saudara dan sekitarnya awal-awalnya saja khawatir dan takut, tapi tidak sampai dijauhkan. Kakak malah bilang ‘melah-melahang’ (bahasa lokal yang artinya hati-hati). Jadi sampai sekarang sudah biasa,” ujarnya.

Terlebih manajemen rumah sakit memberi Tim Covid-19 Sanglah fasilitas berupa tempat menginap.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved