Myanmar

Militer Myanmar Berbaik Hati, Bebaskan 23.000 Tahanan Tapi Tetap Menahan Aung San Suu Kyi

Kantor berita AFP melaporkan, militer Myanmar memberikan amnesti massal untuk mengosongkan penjara yang sudah penuh sesak.

Editor: DionDBPutra
myanmarnow.org
Min Aung Hlaing. Hari Jumat 12 Februari 2021, junta militer Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing membebaskan lebih dari 23.000 tahanan. 

TRIBUN-BALI.COM, NAYPYIDAW - Junta militer Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing berbaik hati.

Pada hari Jumat 12 Februari 2021, militer Myanmar membebaskan lebih dari 23.000 tahanan.

Meski demikian pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan pemimpin sipil lainnya masih dalam tahanan junta militer.

Kantor berita AFP melaporkan, militer Myanmar memberikan amnesti massal untuk mengosongkan penjara yang penuh sesak.

Baca juga: Tabiat Militer Myanmar Sebagai Penguasa dan Ironi Kepemimpinan Aung San Suu Kyi

Baca juga: Jenderal Min Aung Keluarkan Perintah Agar Militer Lebih Keras Menindak Demonstran

Baca juga: Inilah Sosok Panglima Militer Myanmar, Min Aung Hlaing, Orang Dibalik Tragedi Kekerasan Rohingya

Menurut tradisi di negara yang dulu bernama Burma itu, pembebasan tahanan biasa terjadi pada tanggal-tanggal penting lokal.

Hari Jumat 12 Februari 2021 yang bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek merupakan hari libur umum di negara itu.

"Dewan Administrasi Negara...telah memulangkan hukuman terhadap 23.314 tahanan dari masing-masing penjara dan kamp," demikian bunyi pengumuman di Global New Light of Myanmar yang dikelola negara.

Menurut pemberitahuan terpisah. sebanyak 55 tahanan asing lainnya juga akan dibebaskan junta militer Myanmar.

Kedua perintah tersebut sama-sama ditandatangani pemimpin junta militer Jenderal Min Aung Hlaing.

Tidak ada rincian lebih detail mengenai siapa saja tahanan yang dibebaskan pada hari ini.

Aung San Suu Kyi dan pejabat tinggi negara lainnya ditangkap dalam aksi kudeta 1 Februari 2021.

Militer melakukan kudeta setelah berbulan-bulan menuduh terjadi kecurangan dalam pemilu 8 November 2020 yang dimenangkan partai National League fo Democracy (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi.

Wanita peraih Nobel Perdamaian itu tidak pernah terlihat di depan umum sejak dia ditahan 1 Februari 2010, meski pejabat NLD melaporkan Suu Kyi dia dalam kondisi baik adanya.

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 260 orang telah ditahan setelah kudeta militer pekan lalu. Sebanyak 20 orang telah dibebaskan.

Di antara mereka yang ditangkap sejauh ini adalah Sean Turnell, penasihat ekonomi Suu Kyi dari Australia.

NLD yang bermarkas besar di Kota Yangon, juga mengkonfirmasi bahwa ada penangkapan oleh junta militer setelah kantor partai itu digerebek pada Kamis 11 Februari 2021.

Menindak Demonstran Lebih Keras

Diberitakan Tribun Bali sebelumnya, penguasa tertinggi pemerintahan militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing perintakan tentara bertindak lebih keras terhadap demonstran yang memprotes aksi kudeta.

Berulangkali Jendeal Min Aung Hlaing meminta para demonstran kembali bekerja atau mereka akan menghadapi langkah militer yang dia sebut sebagai tindakan efektif.

Baca juga: Bentrok Pecah di Myanmar, Demonstran Pendukung Aung San Suu Kyi Beraksi Hingga Berujung Penembakan

Tindakan efektif bisa saja berupa langkah tegas ala militer yang berpeluang menimbulkan korban terluka dan korban jiwa.

Jenderal Min Aung mengeluarkan perintahnya tersebut setelah para demonstran turun ke jalan-jalan menggelar aksi demo yang sudah berlangsung sepekan terakhir.

Secara umum aksi unjuk rasa di Myanmar berlangsung damai. Militer sempat menanggapi aksi unjuk rasa dengan gas air mata, meriam air, dan peluru karet. Bahkan muncul laporan adanya penggunaan peluru tajam.

Pada Kamis malam 11 Februari 2021, Jenderal Min Aung Hlaing menyerukan agar pegawai negeri kembali bekerja setelah beberapa hari melakukan pemogokan nasional.

"Karena hasutan oknum, beberapa aparatur sipil negara gagal menjalankan tugasnya," ujarnya.

"Tindakan efektif akan diambil,” kata Min Aung tanpa memerinci lebih lanjut apa yang dimaksud dengan tindakan efektif tersebut.

Militer Myanmar menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh lainnya serta melakukan kudeta pada 1 Februari 2021.

Sejak kudeta itu Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing mendapuk dirinya memegang kekuasaan tertinggi di legislatif, yudikatif, dan eksekutif.

Rakyat Myanmar marah dan menyerukan pembangkangan terhadap kudeta. Mereka pun menyerukan pembebasan Suu Kyi dan tokoh senior lainnya yang ditahan.

Demonstran kembali menggelar reli dengan damai pada Kamis di Naypyidaw dan Yangon. Puluhan ribu orang dilaporkan membanjiri jalan-jalan.

"Jangan pergi ke kantor," teriak sekelompok pengunjuk rasa di luar bank sentral Myanmar di Yangon, mendesak orang untuk mogok kerja dan menekan junta militer.

"Kami tak hanya melakukan ini selama sepekan atau sebulan, kami bertekad melakukan ini sampai akhir ketika (Suu Kyi) dan Presiden U Win Myint dibebaskan," kata seorang pengunjuk rasa yang merupakan pegawai bank kepada AFP.

Komunitas dari etnik Karen, Rakhine, dan Kachin ikut serta daalm aksi protes. Beberapa di antaranya telah menghadapi penganiayaan berat dari tentara.

"Kelompok etnik bersenjata dan etnik kami harus bergabung bersama untuk melawan kediktatoran militer," kata Saw Z Net, seorang pengunjuk rasa dari etnik Karen, kepada AFP.

Di negara bagian Shan, para demonstran dengan kostum tradisional membawa pesan anti-kudeta mereka ke air di Danau Inle.

Pemandangan serupa yang terjadi di kota Bagan, yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, ketika ratusan orang berjalan di antara kuil dan pagoda.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul Junta Militer Myanmar Beri Amnesti kepada 23.000 Tahanan di Hari Spesial Ini

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved