16 Tahun Menjabat di Pemkot Denpasar, Rai Mantra Kini Fokus Kuliah S3 Dan Lanjutkan Bisnisnya
Menjabat dalam waktu yang lama, dan kini tiba-tiba berhenti, tak membuatnya merasa mengalami post power syndrome.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dua hari lagi, tepatnya 17 Februari 2021, Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra resmi melepas jabatannya sebagai wali kota Denpasar.
Setelah puluhan tahun menjadi pejabat nomor satu maupun nomor dua di Kota Denpasar, kini ia memilih untuk fokus kuliah dan berbisnis.
Diketahui, Rai Mantra mulai menjabat di Kota Denpasar sejak tahun 2005.
Tahun 2005 ia menjadi Wakil Walikota Denpasar dengan Wali Kota saat itu yakni, AAN Puspayoga.
Baca juga: Rai Mantra Tak Dapat Vaksin Pertama di Denpasar, Dewa Rai : Kan Ada Syarat Tidak Boleh Kena Covid-19
Tahun 2008, Puspayoga terpilih menjadi Wakil Gubernur Bali, sehingga kursi Wali Kota diduduki oleh Rai Mantra.
Rai Mantra pun menjadi Wali Kota hingga 17 Februari 2021 ini.
Sehingga ia telah menjabat selama 16 tahun, sebagai Wakil Wali Kota selama tiga tahun, dan Wali Kota selama 13 tahun.
Kini, Rai Mantra mengaku fokus untuk kuliah S3 Manajemen di Universitas Udayana.
Dirinya memulai kuliah sejak enam bulan lalu.
Selain itu, ia mengaku akan kembali mengurus bisnisnya yang bergerak dalam bidang kuliner dan perhotelan.
“Ya sekarang kembali jadi pengusaha dan melanjutkan studi. Dan ada beberapa agenda, lainnya,” kata Rai Mantra saat acara perpisahan dengan awak media, Senin 15 Februari 2021 di Denpasar.
Dirinya mengaku tak mau berspekulasi tentang hal-hal yang masih jauh.
Menurutnya, dirinya akan fokus pada rencana yang telah ada di depan mata.
Bahkan dirinya pun tak menargetkan kapan studinya akan selesai.
“Tidak tau sampai kapan (tamat studi), karena penelelitian kan lama. Saya enjoy banget, soalnya sudah punya bukti empiris berdasarkan pengalaman saya selama ini,” katanya.
Dirinya pun mengaku telah banyak mendapat pengalaman selama menjabat di Kota Denpasar.
Sehingga menurutnya pengalaman ini lebih penting daripada teori, karena dirinya telah terjun langsung dan merasakannya
Menjabat dalam waktu yang lama, dan kini tiba-tiba berhenti, tak membuatnya merasa mengalami post power syndrome.
“Saya sudah persiapkan jauh-jauh hari ini. Enam bulan sebelum selesai sudah siap sehingga tidak akan post power syndrome. Makanya saya kuliah juga,” katanya.
Saat ditanya rencana dalam bidang politik ke depan, dirinya tak mau membuat spekulasi.
“Rencana politik, ya semua bisa terjadi nanti. Tapi saya mau bicara apa yang ada di depan mata dari pada menghayal,” paparnya.
Selama 16 tahun menjabat, dirinya pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan masukan.
Baginya kritik dan saran yang diberikan tersebut merupakan sebuah pelecut untuk menjadi yang lebih baik.
“Menjadi pemimpin mustahil tanpa mengeluarkan kebijakan. Jadi apapun kebijakan itu pasti ada pro dan kontra, memang demikian adanya,” katanya.
Menurutnya, tak mudah untuk mengelola perkotaan dengan multi kondisi.
Apalagi hampir semua pusat ekonomi, pendidikan, kesehatan dan segala sendi lainnya berpusat di perkotaan.
Selama masa pemerintahannya, Rai Mantra mengaku tak ada masalah yang terlalu mengganggu kondusivitas di Denpasar.
Hanya saja, belakangan saat menjelang akhir jabatannya, pandemi Covid-19 menerjang seluruh dunia termasuk Denpasar.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan, saran, dan kritiknya selama saya menjadi Wakil Wali Kota maupun Wali Kota. Sampai sekarang, telah banyak proses yang saya lewati dari Reformasi Birokrasi sampai e-Goverment,” katanya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/rai-mantra-kini.jpg)