Kabareskrim yang Baru Janji Tuntaskan Kasus Penembakan Laskar FPI dan IRT di Lombok Tengah
Kabareskrim tak menampik ada sejumlah kendala yang tengah dihadapi penyidik Polri dalam menangani kasus tersebut.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Komjen Agus Andrianto resmi dilantik sebagai Kabareskrim Polri. Dia berjanji menuntaskan kasus penembakan enam orang laskar FPI di Km 50 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat.
Agus mengatakan, pihaknya telah memegang alat bukti dan rekomendasi dari Komnas HAM.
"Penanganan perkara butuhkan waktu, alat bukti sudah ada pelimpahan dari beberapa Komnas HAM, semakin cepat semakin baik," kata Komjen Agus, Rabu 24 Februari 2021.
Kabareskrim tak menampik ada sejumlah kendala yang tengah dihadapi penyidik Polri dalam menangani kasus tersebut.
Baca juga: Datangi Komnas HAM, Irjen Fadil Imran Ungkap Hasil Uji Balistik Terkait Tewasnya 6 Laskar FPI
Baca juga: Investigasi Komnas HAM: Laskar FPI Menunggu Kedatangan Polisi saat Mobil Habib Rizieq Menjauh
Namun, ia memastikan kendala itu telah ditangani sehingga proses hukum kasus itu dapat diselesaikan secepatnya.
"Mudah-mudahan bisa kita penuhi dan semoga bisa kita berikan kepastian hukum kepada pelakunya," kata Agus.
Sebelumnya, Komnas HAM menyerahkan sejumlah barang bukti terkait kasus penembakan enam laskar FPI di Km 50 Tol Jakarta-Cikampek kepada Bareskrim Polri.
Komisioner Komnas HAM sekaligus Ketua Tim Penyelidikan dan Pemantauan kasus ini, Choirul Anam, mengatakan ada 16 barang bukti yang diberikan kepada Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Pol Andi Rian Djajadi.
"Ini satu paket, nanti kami akan buka. Ada peluru, proyektil, serpihan mobil yang sebagainya pernah diuji di labfor kepolisian, terus ada hasilnya," kata Anam dalam konferensi pers di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa 16 Februari 2021.
Berita acara dari Pusat Laboratroum Forensik (Puslabfor) juga diberikan kepada kepolisian. Selain itu, Anam menyebut ada beberapa rekaman suara, speed camera, dan video jasa marga.
"Sebagian sudah kami gunakan, sebagian lagi menyusul karena berat sekali ada 9.942 video dan tangkapan kamera ada 130 ribu sekian," katanya.
Menurut Anam, ada foto yang diterima dari FPI soal mobil para laskar yang ada di Sentul.
"Ada beberapa voice note yang kami terima dari FPI juga kami berikan, terus timeline peristiwa kami berikan, dari pemeriksaan semuanya termasuk jejak lini masa kami berikan, termasuk terakhir foto-foto kondisi jenazah ketika diterima oleh keluarga korban juga kami berikan sejumlah 32 lembar," kata Anam.
"Semoga ini mencukupi. Kalau tidak, akan kami follow up kembali kekurangannya apa, tapi saya yakin ini enggak ada. Kami apresiasi ini," pungkasnya.
Penahanan Ibu Rumah Tangga
Kabareskrim Komjen Agus Andrianto juga menyampaikan Ibu Rumah Tangga (IRT) yang ditahan bersama balitanya di Lombok Tengah ( Loteng) telah ditangguhkan penahananya.
"Hari ini (kemarin, Red) ditangguhkan. Kita juga mendapatkan arahan dari Bapak Kapolri untuk memberikan asistensi terhadap permasalahan itu dan hari ini keempatnya sudah ditangguhkan," kata Agus .
Agus menjelaskan, keempat IRT itu bukan tahanan Polri. Pasalnya, keempat ibu rumah tangga itu baru ditahan setelah pelimpahan berkas perkara tahap kedua dari Polri ke JPU.
"Itu dalam status penahanan bukan Polri. Tapi penanganan awal pada saat itu oleh Polri tidak dilakukan penahanan. Namun setelah pelimpahan tahap kedua dilakukan penahanan. Hari ini sudah ditangguhkan dan nanti dalam prosesnya mungkin akan dijatuhkan hukuman percobaan," lanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus pelemparan gudang rokok yang dilakukan empat IRT di Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menuai polemik.
Banyak pihak yang menyayangkan penahanan itu. Bahkan dua balita ikut ditahan lantaran masih membutuhkan ASI.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, Polri melalui Kapolres Lombok Tengah telah melakukan upaya mediasi sebanyak 9 kali. Namun, mediasi tersebut tidak berhasil.
"Telah dilakukan mediasi sebanyak 9 kali oleh Kapolres Lombok Tengah namun tidak berhasil," kata Argo.
Menurut Argo, berkas perkara kasus tersebut sudah lengkap atau P21 tanggal 3 Februari 2021. Kemudian tanggal 16 Februari 2021 dilakukan tahap 2 penyerahan tersangka dan barang bukti diserahkan ke kejaksaan. "Selama proses penyidikan para tersangka tidak ditahan," ungkap Argo.
Argo mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kajari dan Ketua PN Lombok Tengah untuk melakukan sidang secara virtual dan kelanjutan sidang.
Terkait kronologis peristiwa ini, mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini menjelaskan, pada 1 Agustus 2020, diperoleh informasi adanya penolakan warga Dusun Eat Nyiur Desa Wajageseng terkait beroperasinya UD Mawar Putra.
Warga menganggap aroma bahan kimia yang digunakan sangat menyengat, sehingga berpotensi menimbulkan sesak napas, batuk dan penyakit lainnya yang membahayakan kesehatan warga.
Tanggal Agustus 2020 pukul 09.00 Wita berlangsung mediasi antara warga Dusun Eyat Nyiur dengan pimpinan UD Mawar Putra atas nama Suardi.
Dalam pertemuan tersebut disepakati pihak UD Mawar Putra bersedia mengobati warga yang diduga sakit akibat bau zat kimia tersebut.
Kemudian, tanggal 10 Agustus 2020, pihak UD Mawar Putra membuat surat pengaduan ke Polsek Kopang tentang dugaan tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan yaitu pelemparan atap rumah pimpinan UD Mawar Putra, Suardi oleh Rahmatullah.
Dengan adanya surat pengaduan tersebut, surat pernyataan perdamaian yang sudah disepakati, dibatalkan. Pada tanggal 8 September 2020 pukul 09.00 Wita, berlangsung hearing di kantor DPRD Kabupaten Loteng.
Warga meminta agar UD Mawar Putra ditutup karena menyebabkan polusi udara dan terganggunya kesehatan warga dusun Eyat Nyiur.
Pada 10 September 2020 pukul 10.00 WITA, telah dilakukan hearing lanjutan di kantor DPRD Kabupaten Loteng membahas legalitas izin UD Mawar Putra.
DPRD Kabupaten Loteng, LSM Lira, dan Kades Wajageseng turun melakukan pengecekan ke lokasi UD Mawar Putra, namun tidak ditemukan aktivitas produksi rokok serta bau atau aroma yang mengganggu.
Pada tanggal 16 September 2020 pukul 14.00 Wita, beredar video dari seorang Warga Dusun Eyat Nyiur atas nama Nurul hidayah melalui saluran Youtube dan Facebook berisikan permintaan tolong kepada Presiden RI agar perusahaan UD Mawar Putra segera ditutup karena mengancam kesehatan warga.
"30 September 2020 Pukul 10.00 WITA, telah berlangsung pertemuan antara Komisi II DPRD Kabupaten Loteng, Camat Kopang dan Kades Wajageseng guna membahas permasalahan yang terjadi. Komisi II DPRD Kabupaten Loteng meminta untuk segera dilakukan mediasi kembali," ujarnya.
Pada tanggal 7 Oktober 2020 pukul 11.00 Wita, dilakukan audiensi dari LSM Lira dengan Pemerintah Desa Wajageseng agar Perusahaan UD. Mawar Putra dipindahkan ke lokasi yang jauh dari pemukiman warga.
Kemudian tanggal 8 Oktober 2020, LSM Lira dan Warga Desa Wajageseng meminta kades untuk menutup/memindahkan lokasi UD. Mawar Putra dan apabila tidak dipenuhi akan diadakan aksi unras.
"11 Oktober 2020 pukul 17.25 Wita, telah dilaksanakan mediasi di Polsek Kopang dan tidak menghasilkan kesepakatan. Dan selanjutnya tokoh masyarakat atas nama Dilman berkunjung ke Polsek Kopang dan menyampaikan bahwa Warga Desa Wajageseng bersedia menghentikan permasalahan tersebut apabila Suardi mencabut laporannya," ucapnya.
Proses mediasi pun dilakukan kembali di tingkat Polres. Namun lagi-lagi tidak menemukan titik temu. Total mediasi yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian sebanyak 9 kali.
Setelah gagal mediasi, terjadi aksi pelemparan batu terhadap atap gudang UD Mawar Putra, sehingga membuat para pekerja takut dan menghentikan aktivitas pekerjaan. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke Polres Lombok Tengah.
Pihak Suardi membuat laporan polisi ke Polres Lombok Tengah. Berkas perkara pun saat ini sudah lengkap, namun terhadap terlapor tidak dilakukan penangkapan dan penahanan. (tribun network/igman)