Serba serbi
Waktunya Para Dewa Menyucikan Diri di Tengah Samudera, Berikut Kesakralan Tilem Kesanga
Dalam ‘Alih Aksara, Alih Bahasa, dan Kajian Lontar Sundarigama’ dijelaskan bahwa di antara semua Tilem, maka Tilem Kesanga diyakini paling sakral.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Berisi juga segehan nasi sasah 108 tanding, memakai lauk jajron (isi perut binatang korban) yang masih mentah.
Baca juga: Pantau Situasi Jelang Nyepi, Kapolda Bali Kunjungi Puri Ubud dan Puri Peliatan
Serta segehan agung satu tanding.
“Upacara caru itu, dilaksanakan di jalan keluar-masuk perumahan ditujukan kepada Sang Bhutaraja, Sang Kalaraja,” sebutnya.
Pada senja harinya, dilakukan upacara tawur, dilanjutkan dengan ngerupuk dengan sarana api obor, kokorok, dan api prakpak yang disembur dengan mesui.
Serta diiringi doa-doa penolak bahaya dan mantra perlindungan diri.
“Para suami istri wajib natab byakala di halaman rumah dengan membuat sesajen, berupa sesayut byakala, sesayut lara, malaradan serta prayascita,” sebutnya.
Lanjutnya, Tilem Kesanga dikatakan malam gelap yang sangat keramat karena Tilem adalah simbol kegelapan dengan angka 9.
Sebagai angka ganjil tertinggi dan sekaligus keramat.
“Ganjil dapat berarti lain daripada yang lain, tidak sebagaimana biasa, aneh dan ajaib,” jelasnya.
Sehubungan dengan itu, umat Hindu meyakini bahwa saat Tilem Kesanga bisa saja terjadi peristiwa atau hal yang aneh, akibat kegelapan pikiran manusia. (*)