Berita Denpasar
UPDATE : Nenek Terlantar Penuh Belatung di Denpasar, Pihak Desa Siap Koordinasi dengan Dinas Sosial
Pihak Desa Dauh Puri Kaja siap memfasilitasi perempuan lansia yang hidup terlantar hingga sakit dikerubungi belatung
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pihak Desa Dauh Puri Kaja siap memfasilitasi perempuan lansia yang hidup terlantar hingga sakit dikerubungi belatung di Jalan Kartini No.74, Wangaya Kelod, Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali.
Hal ini disampaikan Perbekel Desa Dauh Puri Kaja, Gusti Ketut Sucipta kepada Tribun Bali, Kamis 25 Maret 2021.
"Kalau seandainya pihak keluarga tidak mampu menangani untuk menindaklanjuti, dia mohon bantuan desa, desa siap memfasilitasi," kata Gusti saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Kepala Dusun Wangaya Kelod, A.A Widya Ambara, telah berkoordinasi dengan Perbekel pagi ini.
Baca juga: Nenek Sakit Dirubung Belatung, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu di Denpasar
Baca juga: Kisah Pilu Nenek yang Sakit dan Dipenuhi Belatung di Denpasar, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu
Baca juga: Begini Kondisi Terkini Nenek Tak Terawat dan Penuh Belatung yang Ditemukan di Jalan Kartini Denpasar
Rencananya Kadus bakal menemui adik dari GSI (69), yakni SA (58) yang membuka toko karpet tepat di depan rumah terbengkalai itu.
Sebelumnya, ada dari pihak keluarga lain di luar KK yang melapor kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar dan berkoordinasi dengan Damakesmas Denbar 2 untuk evakuasi pasien sakit tersebut, pada Selasa 23 Maret 2021 sore.
Diketahui pasien GSI (69) tinggal dengan tidak layak dan tanpa aliran listrik.
Selain itu, ditemukan banyak belatung di sekitar tubuhnya saat proses evakuasi.
Diduga GSI mengalami gangguan mental, namun tidak mengganggu warga, hanya pernah sekali waktu mengamuk di Pasar Bunga Wangaya yang lokasinya berada tepat di depan kediamannya.
Pihak Dusun mengaku belum pernah menerima laporan atau konfirmasi dari pihak keluarga untuk meminta bantuan, sehingga dirasa baik-baik saja dan mampu.
Di samping itu, karena diduga dan dikenal mengalami gangguan jiwa maka warga jarang berkunjung, silaturahmi dan komunikasi.
Usut punya usut, dulu ada tiga bersaudara yang tinggal di bangunan itu selepas meninggalnya orangtua mereka, namun satu saudara lain juga sudah meninggal dunia sekitar 4-5 tahun lalu.
"Dulu ada tiga bersaudara, yang satu meninggal dunia kalau tidak salah 4-5 tahun yang lalu, sehingga di KK yang baru tercatat dua orang karena yang satu dulu sudah diurus akta kematiannya," kata Kadus Wangaya Kelod, A.A Widya Ambara dikonfirmasi terpisah oleh Tribun Bali.