Arti dan Makna Wuku Sungsang Dalam Hindu Bali, Roh Leluhur dan Para Dewa Turun ke Bumi

Dalam lontar Sundarigama dijelaskan, hari suci pada wuku Sungsang adalah Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI/I WAYAN SUI SUADNYANA
Kalender yang disusun oleh Alm. I Ketut Bangbang Gede Rawi dan putra-putranya dan buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wuku Julungwangi akan usai pada Sabtu 3 April 2021.

Dilanjutkan dengan wuku Sungsang, mulai tanggal 4 April hingga 10 April 2021.

Dari namanya 'Sungsang' memang memiliki arti tersendiri.

Wuku ini pun berkaitan dengan perayaan Galungan dan Kuningan, beberapa minggu setelahnya.

Dalam lontar Sundarigama dijelaskan, hari suci pada wuku Sungsang adalah Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Hari suci Sugihan Jawa, jatuh pada Kamis Wage Sungsang 8 Maret 2021.

Kemudian Sugihan Bali pada Jumat Kliwon Sungsang 9 Maret 2021. 

Koordinator Tim, Alih Aksara, Alih Bahasa dan Kajian Lontar Sundarigama, I Nyoman Suarka, menjelaskan pada hari Sugihan Jawa umat Hindu meyakini para dewa dan roh leluhur turun ke dunia.

Guna membesarkan hati umat manusia, sembari menikmati persembahan hingga Galungan tiba.

"Umat Hindu disarankan membuat upacara arerebon di sanggah ataupun Parahyangan dengan sesajen parerebuan, pangraratan, pangresikan,dan berbagai bunga harum," jelasnya, Kamis 1 April 2021.

Hari suci Sugihan Bali, kata dia, diyakini sebagai hari baik bagi umat manusia untuk menyucikan diri lahir batin.

"Karena itu umat Hindu disarankan melakukan persembahyangan hanya dengan mengheningkan pikiran dan memohon air suci panglukatan serta pabersihan kepada pendeta," ucapnya.

Makna perayaan hari suci wuku Sungsang adalah menjernihkan pikiran agar lebih siap menghadapi fenomena perubahan wujud dan peran dewa yang terbalik atau sungsang.

Yakni dari peran sebagai pelindung, ke peran sebagai penyebar perselisihan, sesuai dengan makna kata Sungsang.

Sesuai dengan lontar Sundarigama koleksi Gria Gede Banjarangkan, Klungkung, bahwa Sungsang adalah dewa berbeda rupa.

Dapat berarti berbeda, lain, salah, atau menyebabkan perselisihan.

Lanjut guru besar Unud ini, pada wuku Sungsang tepatnya Kamis Wage dan disebut Sugihan Jawa.

Karena latar belakangnya merupakan hari suci untuk para bhatara-bhatari melakukan rerebu di sanggah dan di parhyangan. Disertai dengan pangraratan dan pangresikan untuk bhatara serta kembang wangi.

"Bagi orang yang mengetahui rahasia batin akan beryoga," jelasnya.

Para pendeta melakukan pemujaan tertinggi, karena pada hari itu bhatara-bhatari turun ke dunia bersama para dewa dan roh leluhur.

Untuk menikmati sesajen persembahan umat hingga sampai pada hari Galungan.

Adapun sesajen untuk keselamatan manusia, terdiri dari sesayut tutwan atau disebut pangarad kasukan (penarik kebahagiaan).

Pada hari Jumat Kliwonnya, atau Sugihan Bali adalah hari suci bagi umat manusia.

Maknanya adalah penyucian diri manusia lahir batin, dengan cara mengheningkan pikiran, memohon air suci peruwatan dan pembersihan diri kepada pendeta. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved