Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Sedang Jalankan Puasa Ramadan? Berikut Penjelasannya

Dokter Spesialis Gizi Klinik KSM RSUP Sanglah Denpasar, dr Syuma Adhy Awan MKes SpGK memberikan penjelasannya.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribunnews
Ilustrasi puasa. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Saat ini seluruh umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan yang sudah berlangsung sejak selasa 13 Apri 2021 kemarin.

Lalu apa saja yang terjadi pada tubuh ketika sedang jalankan ibadah puasa?

Dokter Spesialis Gizi Klinik KSM RSUP Sanglah Denpasar, dr Syuma Adhy Awan MKes SpGK memberikan penjelasannya.

Menurutnya, dalam keadaan normal, mekanisme utama yang terjadi setelah makan atau (feeding mode) sebagai respons terhadap beban glikemik tinggi (gula darah) adalah peningkatan kadar insulin yang dikeluarkan dari sel beta pankreas.

"Dan kadar insulin yang meningkat merangsang penyimpanan glukosa di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Di sisi lain, insulin menghambat glukoneogenesis (menyediakan gula dari cadangan glikogen hati dan otot, protein, lemak) dan ketogenesis (pemecahan cadangan lemak adiposa dijadikan gula) serta menjaga glukosa darah pada tingkat normal setelah makan," paparnya pada, Rabu (14 April 2021).

Namun lebih lanjutnya ia menjelaskan, proses ini terjadi sebaliknya saat berpuasa.

Mekanisme pertahanan awal terhadap penurunan kadar glukosa adalah pengurangan insulin, yang menurunkan penyimpanan glukosa dan peningkatan pengambilan glikogen perifer.

Jika mekanisme ini disertai dengan durasi puasa yang lebih lama, proses glikogenolisis-glukoneogenesis dan ketogenesis dirangsang, untuk mengontrol terjadinya hipoglikemia.

"Sementara, Glikogen yang disimpan di hati berfungsi sebagai sumber yang memadai untuk memasok glukosa yang diperlukan selama kurang lebih 12 jam dalam keadaan puasa. Setelah periode ini, karena penipisan glikogen, kadar asam lemak yang dilepaskan dari sel lipid meningkat, dan asam lemak ini berpartisipasi dalam proses glukoneogenesis," tambahnya.

Selain itu, asam lemak ini meningkatkan kadar badan keton (ketons body), yang dianggap sebagai cadangan bahan bakar alternatif tubuh di banyak sel.

Glukosa yang tersisa dipertahankan untuk metabolisme sel otak dan eritrosit, yang dilakukan dengan menggunakan simpanan glikogen hati dan otot.

Ia juga turut menjelaskan bagaimana Transisi dari status makan ke status puasa yang mencakup beberapa tahap.

Pada tahap postabsorptive (beberapa jam pertama puasa), 85% glukosa disuplai oleh hati.

Selain itu, 50-66% glukosa dalam keadaan ini diproduksi melalui glikogenolisis, sedangkan sisa glukosa yang dibutuhkan disediakan melalui glukoneogenesis.

"Setelah 48 jam, sekitar 80% glukosa diproduksi melalui glukoneogenesis, dan 72 jam setelah puasa, glukoneogenesis menjadi satu-satunya sumber suplementasi glukosa," tutupnya (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved