Korea Utara

Warga Korea Utara yang Ketahuan Menonton K-Pop Bisa Dihukum Mati

Negara akan menghukum sangat keras siapa saja yang mengonsumsi atau memakai film, pakaian, dan bahasa gaul asing.

Editor: DionDBPutra
KCNA VIA KNS / AFP
Gambar file tak bertanggal ini dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 23 Juni 2019 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang membaca surat pribadi. 

TRIBUN-BALI.COM, PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un semakin benci budaya asing terutama dari negara serumpun Korea Selatan.

Belum lama ini pemerintahan Kim Jonh Un memperkenalkan undang-undang baru untuk membasmi segala jenis pengaruh asing.

Negara akan menghukum sangat keras siapa saja yang mengonsumsi atau memakai film, pakaian, dan bahasa gaul asing.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehidupan warga Korea Utara (Korut) dikendalikan ketat oleh negara.

Laporan terbaru BBC menyebut, Korut sedang melakukan "perang tanpa senjata", dengan ide yang dinilai sangat reaksioner.

Siapapun yang tertangkap sedang mengonsumsi hal dari Korea Selatan seperti K-Pop, budaya Amerika Serikat atau Jepang, harus bersiap hadapi hukuman mati.

Paling ringan, mereka yang tertangkap menonton harus berada di kamp penjara selama 15 tahun.

Kim Jong Un sebelumnya menulis surat di media pemerintah, yang berisi seruan bagi Liga Pemuda Korut, untuk menindak "perilaku tidak menyenangkan, individualistis, dan anti-sosialis" di kalangan anak muda.

Pemimpin kelahiran 8 Januari 1984 tersebut ingin menghentikan pembicaraan, gaya rambut dan pakaian yang berafiliasi dengan budaya asing.

Kim Jong Un, masih melansir laporan BBC, menyebut semua budaya pop asing sebagai racun berbahaya.

Baru-baru ini, The Daily NK, publikasi online di Seoul, melaporkan tiga remaja Korea Utara dikirim ke kamp pendidikan ulang karena memotong rambutnya seperti idola K-pop dan mengikat celana mereka di atas mata kaki.

Pemimpin berusia 37 tahun ini jelas tidak melakukan perang dengan pasukan dan senjata, tapi sedang perang melawan kebudayaan.

Apa yang dilakukannya jelas punya tujuan khusus, yakni menghentikan informasi dari negara luar.

Khususnya, informasi yang menjelekkan Korut. Karena itulah, putra Kim Jong Il ini berusaha menutup semua yang berasal dari luar, tak hanya informasi, tapi budaya. Tak ada celah sedikitpun untuk dikonsumsi anak muda Korut.

Isolasi yang dipaksakan ini sebenarnya malah memperburuk ekonomi yang sudah gagal. Apalagi setelah semua uang disalurkan ke dalam ambisi nuklir rezim.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved