Pura di Bali

Sejarah Pura Er Jeruk Gianyar, Tempat untuk Memohon Rezeki Hingga Keturunan

I Made Diartawan, Pekaseh Ageng (Gede) Krama Subak Sukawati, menjelaskan dipilihnya jalan dekat pantai Purnama sebagai area pura.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Palinggih Ratu Penganten dan Ratu Brayut di Pura Er Jeruk, Sukawati, Gianyar, Bali. 

 Saat itu, Empu Kuturan hadir sebagai purohita atau pendeta istana.

Kemudian pembangunan renovasi tahap ketiga, dilakukan ketika pemerintahan raja Dalem Waturenggong yang beristana di Gel-gel pada abad ke-15 sampai 16 masehi.

Sang raja kala itu, memposisikan Dang Hyang Nirartha sebagai purohita  atau pendeta kerajaan.

“Beliau memperkenalkan konsep padmasana di Bali, termasuk melengkapi Pura Er Jeruk dengan bangunan padmasana di utama mandala (ruang suci),” sebutnya.

 Konsep Pura Er Jeruk, menerapkan konsep tri mandala. Yaitu membagi ruang mandala menjadi tiga.

“Namun saat ini mandala pura terdiri dari empat mandala,” sebutnya.

Tambahan mandala terjadi karena dibuat candi bentar di mandala depan. Dengan pertimbangan bangunan-bangunan yang ada di jaba luar terlepas dari jalan ke pantai Purnama.

“Namun hal itu tidak memengaruhi keutuhan konsep yang melandasi pendirian pura tersebut,” katanya.

Konsep tri mandala, sebagai replika dari konsep tri bhuwana. Diantaranya, bhur loka (alam bawah), bwah loka (alam tengah), dan swah loka (alam atas).

“Biasanya yang datang ke pura ini, memohon keselamatan, rezeki dan bahkan keturunan,” jelasnya.

Khusus untuk memohon kesuburan, adalah di palinggih Ratu Brayut. Posisi palinggih ini berada di sebelah kanan kori agung (candi kurung) dan menghadap ke barat.

Bangunan palinggih berbentuk gedong, yang terbuka di bagian depannya sementara di sisi lainnya tertutup.

Ada sebuah cerita tradisi yang berkembang di masyarakat, bahwa arca-arca yang tersimpan di palinggih tersebut.

Erat kaitannya dengan kekuasaan Dalem Waturenggong, seorang raja dengan hegemoni kuat di Bali ketika masa pemerintahannnya. Kemudian ada palinggih Ratu Penganten, yang posisinya di sebelah kanan palinggih Ratu Brayut.

Bangunannya mirip dengan padmasari, dan palinggih ini tampaknya berkaitan erat dengan palinggih Ratu Brayut.

“Nah di palinggih Ratu Penganten ini, pasangan suami-istri bisa memohon agar diberkahi keutuhan dalam hidup berumah tangga. Lalu di Ratu Brayut memohon agar diberkahi keturunan atau anak,” jelasnya. (*)

Artikel lainnya di Pura di Bali

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved