Direktur SD Kemendikbud Maklumi Kekhawatiran Orangtua Melepas Anaknya Ikut PTM Terbatas
Sri pun memaklumi kekhawatiran orangtua untuk melepas anak-anak mereka kembali ke sekolah di tengah pandemi Covid-19.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud-Ristek Sri Wahyuningsih merasa prihatin dengan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 selama beberapa pekan terakhir.
Sri pun memaklumi kekhawatiran orangtua untuk melepas anak-anak mereka kembali ke sekolah di tengah pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda akan berakhir.
"Kekhawatiran semua pihak ini sangat dimaklumi karena ini adalah kondisi bencana, yang tentunya ini harus kita antisipasi sedemikian rupa," kata Sri dalam diskusi virtual bertajuk "Apa Kabar Pembelajaan Tatap Muka?", Kamis 24 Juni 2021.
Seperti dilansir Kompas.com, Sri mengatakan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah harus dipersiapkan secara bijaksana dan hati-hati.
Baca juga: Survei: 59 Persen Masyarakat Tidak Setuju Penerapan PTM Terbatas
Baca juga: Badung Terus Pantau Pergerakan Covid-19 Untuk Buka Pembelajaran Tatap Muka Juli Mendatang
Menurut Sri, pihaknya melakukan survei terkait kesiapan sekolah akan berlangsungnya PTM terbatas pada tahun ajaran baru Juli 2021.
"Di sini bisa dilihat datanya bahwa untuk jenjang sekolah, sekolah secara keseluruhan terdapat 33,63 persen yang siap melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas," ujarnya.
Namun, Sri mengatakan, pemerintah hanya mendorong pelaksanaan PTM terbatas di daerah berstatus zona oranye hingga hijau dengan memperketat protokol kesehatan.
"Kita sinergikan dengan kebijakan yang berlaku PPKM mikro yang berlaku sampai di daerah terkecil, di kelompok desa kelurahan tentunya seperti itu," kata Sri.
Seusai libur Lebaran 2021, kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan. Pada Rabu 23 Juni 2021, Indonesia ketambahan 15.308 kasus aktif. Ini merupakan rekor tertinggi jumlah kasus harian selama pandemi berlangung di Tanah Air.
Penambahan belasan ribu pasien baru tersebut menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.033.421 orang, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Sementara angka kematian akibat Covid-19 mencapai 55.594 orang sejak awal pandemi 2020. Adapun pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 bertambah 7.167 orang.
Dengan demikian, jumlah pasien Covid-19 yang sembuh hingga saat ini mencapai 1.817.303 orang.
Orangtua Berhak Memilih
Sebelumnya pada awal bulan Juni 2021, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengatakan sekolah wajib menyediakan opsi tatap muka.
Namun, ia menekankan bahwa orang tua memiliki hak mutlak menentukan apakah anaknya sudah boleh ikut sekolah tatap muka atau tidak.
“Itu hak prerogatif orang tua untuk memilih anaknya mau PTM atau PJJ,” tegas Nadiem seperti dirangkum dari laman Kemendikbudristek. Ia menyebut, peran orang tua dalam kesuksesan PTM ini sangat penting. Tentunya ada peran kementerian terkait, dinas kesehatan, dan pihak sekolah.
Kementerian Kesehatan pun telah membuat protokol kesehatan yang sangat ketat.
“Namun, akhirnya kembali kepada keputusan orangtua sendiri untuk memilih apakah anak sudah boleh mengikuti tatap muka,” katanya.
Nadiem menjelaskan, masing-masing sekolah akan melalui polanya sendiri. Ada sekolah yang mau buka cuma dua kali seminggu, ada yang bergiliran pagi dan sore.
Masing-masing sekolah, kata dia, akan menentukan cara rotasinya, dan sistem itu tergantung kebutuhan masing-masing anak dan orang tua di lingkungan.
“Yang penting, karena aturan mainnya hanya boleh 50 persen kapasitas di sekolah, mau tidak mau akan jadi hibrida,” jelasnya.
Rekomendasi kedua, lanjut Nadiem, adalah orang tua disarankan langsung mengamati sendiri ke sekolah. Misalnya, tatap muka hari pertama, orang tua tidak mau kirim anak ke sekolah, tidak apa-apa.
Orang tua bisa datang dulu ke sekolah, memonitor bagaimana protokol kesehatan dan pembelajaran dijalankan. Hari kedua, mungkin orang tua lebih yakin dengan anak yang lebih disiplin lalu memutuskan tidak apa-apa anaknya pergi ke sekolah mengikuti PTM terbatas.
Hentikan Sementara Uji Coba
Alarm Covid-19 terus berbunyi untuk wilayah Jabodetabek. Kasus harian Covid-19 kian bertambah. Akibatnya, rumah sakit rujukan terancam kolaps. Tak sanggup menampung pasien.
Pemerintah pusat memperketat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro selama 14 hari, mulai 22 Juni hingga 5 Juli 2021.
Satu di antara aturan selama pengetatan PPKM mikro adalah kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Lantas, bagaimana kegiatan belajar tatap muka yang rencananya digelar mulai Juli 2021?
Hingga saat ini, belum ada keputusan resmi dari Pemprov DKI soal kegiatan belajar tatap muka. Pemprov DKI Jakarta hanya memutuskan untuk menghentikan sementara uji coba belajar tatap muka tahap kedua.
Uji coba belajar tatap muka tahap kedua digelar 9-16 Juni 2021 diikuti oleh 226 sekolah. Penghentian sementara belajar tatap muka itu sudah disepakati dalam rapat bersama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 DKI Jakarta lantaran kasus Covid-9 terus meningkat.
Pemerintah Kota Tangerang membatalkan rencana sekolah tatap muka jenjang SD dan SMP di Kota Tangerang, Banten, yang rencananya digelar Juli 2021. Simulasi sekolah tatap muka yang seharusnya digelar pada Juni 2021 juga turut dibatalkan.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengakui, keputusan tersebut diambil lantaran lonjakan kasus Covid-19 di Kota Tangerang. "Jadi, sekarang kami sudah enggak mikirin PTM,"ujarnya. (tribun network/kompas.com)