Wawancara Tokoh
Calon Rektor Unud Prof. ING Antara: Universitas Udayana Perlu Miliki Asrama Tampung Ribuan Mahasiswa
dalam penyaringan pada 26 April lalu oleh Senat Universitas Unud, nama Prof. Dr Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng mendapatkan suara terbanyak
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemilihan rektor Universitas Udayana (Unud) periode 2021–2025 akan digelar 6 Juli nanti.
Dari tiga bakal calon rektor (bacarek) yang bersaing saat ini, dalam penyaringan pada 26 April lalu oleh Senat Universitas Unud, nama Prof. Dr Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng mendapatkan suara terbanyak.
Pihak-pihak pemilik suara dalam pemilihan Rektor Unud nanti adalah Senat Universitas dan wakil pemerintah, dalam hal ini Mendikbud Ristek atau yang mewakili.
Untuk mengetahui visi-misinya jika nanti terpilih sebagai rektor Unud, Tribun Bali mewawancarai guru besar Fakultas Teknik yang juga Wakil Rektor (Warek) I Unud itu pada Sabtu (26/6/2021) lalu di Denpasar.

Apa persiapan Bapak untuk menghadapi pemilihan rektor Unud pada 6 Juli 2021 nanti?
Pendaftaran untuk calon rektor Unud dibuka pada Februari 2021 lalu, ya persiapan saya mungkin sejak Desember 2020. Tapi, sebetulnya itu juga bukan persiapan secara khusus. Sebab, pemilihan rector kan bukan seperti pemilihan-pemilihan di dunia politik atau pilkada, misalnya. Sebab, untuk pemilihan pimpinan di kampus, termasuk di tingkat universitas, biasanya tidak ada sosok yang muncul tiba-tiba. Mereka yang jadi calon biasanya sudah meniti karir sekian lama di kampus atau di dunia pendidikan, bahkan dari bawah. Jadi, pada dasarnya persiapannya ya kinerja selama ini.
Ada berapa kandidat rektor dalam pemilihan kali ini?
Ada tiga kandidat. Awalnya ada 5 orang yang ingin mencalonkan, kemudian disaring dari sisi syarat administrasi dan lain-lain, dan terseleksi jadi empat calon. Empat calon itu disaring lagi oleh Senat Universitas yang berjumlah 79 orang yang terdiri dari para dekan, juga mereka yang mewakili para guru besar serta mewakili dosen. Disaringnya melalui voting. Akhirnya muncullah tiga calon. Nanti pada 6 Juli 2021 yang akan dipilih sebagai rektor Unud adalah satu dari tiga calon itu.
(catatan redaksi: berdasarkan informasi, tiga calon dalam pemilihan rektor Unud kali ini adalah Prof DR dr I Ketut Suyasa Sp. B, Sp.OT (K) dari Fakultas Kedokteran, Prof DR. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng dari Fakultas Teknik, dan DR. I Wayan Budiasa S.P, MP dari Fakultas Pertanian)
Apakah dalam pemilihan rektor, para calon maju dalam satu paket dengan para wakil rektor atau cuma rektor saja?
Itu tergantung peraturannya, terutama peraturan menteri (permen). Dulu, berdasarkan permen saat itu, seorang calon yang maju dalam pemilihan rektor tampil dalam satu paket dengan para calon wakil rektornya. Tetapi belakangan, peraturan yang terbaru, yang dipilih adalah rektornya saja. Tetapi, kalau seorang calon rektor menyebutkan bahwa andaikata terpilih nanti paket wakil rektornya siapa, itu boleh saja. Sebab, teman-teman di Senat Universitas kan juga bisa menanyakan kalau anda jadi rektor nanti siapa para wakil rektornya. Itu akan bisa menentukan dukungan mereka juga. Misalnya, pemilik suara bisa mengatakan saya akan pilih anda kalau wakil rektor anda si ini atau si itu.
Jadi ya tidak salah kalau kami bilang bahwa paket calon rektor kami nanti adalah siapa saja.
Siapa saja para calon wakil rektor (cawarek) yang bapak usung?
Paket wakil rector saya adalah yakni Prof Dr I Gusti Bagus Wiksuana SE MS, yang kini juga masih menjabat Wakil Rektor II Unud, kemudian Prof Dr Ir I Gede Rai Maya Temaja MP yang kini Ketua LPPM Unud dan kami calonkan untuk Wakil Rektor I; lantas Prof Ir Ngakan Putu Gede Suardana MT, PhD yang kini Dekan Fakultas Teknik Unud untuk Cawarek III dan Prof DR dr I Putu Gede Adiatmika MKes yang kini Direktur Pascasarjana Unud untuk Cawarek IV.
Baca juga: Wawancara Khusus Dekan FK Unud, Prof Suyasa: Saya Daftar Pada H-1 Setelah Didorong Teman-teman
Seperti apa komposisi pemilik suara dalam pemilihan Rektor Unud nanti?
Pada pemilihan Rektor Unud 6 Juli nanti, untuk jadi rektor, para calon rektor melalui pemilihan oleh dua pihak. Yakni pihak Senat Universitas Udayana yang berjumlah 79 orang, dan pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang bisa langsung pak menteri sendiri yang datang atau diwakili dirjen pendidikan tinggi. Suara Senat Universitas Udayana dibobot 65 persen, sedangkan suara pemerintah 35 persen. Pada penyaringan bakal calon rektor pada 26 April lalu oleh Senat Universitas yang dihadiri sebanyak 79 orang, saya mendapatkan 59 suara.
Saat ini sebagai Wakil Rektor I Unud, Bapak tentu sudah mengenali kira-kira apa yang dibutuhkan Unud ke depan. Apa visi dan misi Bapak sebagai calon rektor?
Secara garis besar, visi dan misi kami adalah bagaimana kualitas Tridharma perguruan tinggi Unud jadi lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Tridharma perguruan tinggi itu meliputi penelitian, pengabdian dan pendidikan.
Bidang penelitian perlu diperbanyak jumlahnya, kemudian perbanyak juga publikasi hasil penelitian di jurnal-jurnal ilmiah dan bagaimana inovasi dari hasil penelitian itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan dalam bidang pengabdian masyarakat, bagaimana Unud bisa lebih memenuhi kebutuhan masyarakat dan stakeholders-nya.
Baca juga: Wawancara Khusus Kepala BNN Provinsi Bali: Bikin Studio Podcast, Perangi Narkoba ala Dunia Milenial
Dalam bidang pendidikan, kita akan perbaiki dan tingkatkan mutu calon mahasiswa Unud dan alumninya dibandingkan sebelumnya.
Itu dilakukan antara lain dengan memperbaiki proses belajar-mengajar di kampus, sehingga alumni Unud bisa menjawab kebutuhan dunia kerja melalui intelektualitas dan kompetensi yang mereka miliki. Semakin banyak para lulusan Unud diserap dengan cepat oleh dunia kerja, dan juga posisi apa yang dipegangnya bahkan berapa gajinya, itu menjadi salah-satu indikator kerja utama keberhasilan perguruan tinggi.
Karena itu, kurikulum kuliah harus update supaya tidak ada mismatch antara dunia kampus dan dunia nyata, khususnya dunia kerja.
Pandangan itu kan bisa dinilai pragmatis, padahal lulusan perguruan tinggi harus pula memiliki idealisme?
Itu bukan pragmatis. Justru keharusan. Sebab, untuk pertahankan relevansi dan eksistensinya di tengah masyarakat yang terus berkembang dan berubah, ya Unud harus beradaptasi terus. Tidak bisa cara dan pola pikir lama terus dipakai. Jadi bagaimana teori yang diajarkan di kampus memiliki manfaat dan relevan dalam dunia di luar kampus.
Malahan, sekarang konsep yang dicanangkan oleh presiden untuk perguruan tinggi sepertinya revolusioner, yakni kampus merdeka belajar. Jadi, mahasiswa ditekankan untuk tahu sejak awal bahwa mereka kuliah itu akan jadi apa kelak atau akan kemana setelah lulus. Dengan demikian, sejak awal mahasiswa sudah fokus dengan apa pilihan kompetensi dan bidang yang harus digelutinya.
Dengan konsep ini, mahasiswa tidak lagi bingung mau kemana setelah lulus. Orientasinya jelas.
Konkretnya seperti apa?
Selain update kurikulum dan proses belajar-mengajar, yang juga tak kalah penting adalah perbaikan sarana-prasarana kampus. Kampus Unud di Bukit (Jimbaran) kan masih cukup jauh dari standar kampus yang ideal kalau kita bandingkan dengan kampus-kampus yang sudah maju di luar sana. Karena itu, kita akan bangun infrastruktur dengan konsep ekosistem pendidikan kampus yang terintegrasi. Namanya ekosistem, maka nanti ada satu kesatuan. Jadi, gedung kuliah nanti akan dibuat standar.
Unud memiliki 13 fakultas dan 117 program studi (prodi), namun kondisi dan fasilitas gedung kuliahnya berbeda-beda, tergantung seberapa baik income fakultasnya. Karena itu ada gedung kuliah yang lumayan bagus dan ber-AC, tapi juga ada yang cuma pakai kipas angin. Kami ingin semua nanti standar pakai AC. Dengan begitu, kenyamanan kuliah juga standar. Kami nanti akan bikin gedung kuliah bersama dengan fasilitas yang memadai, yang semua mahasiswa dari fakultas apapun bisa kuliah dan nikmati fasilitas yang sama di gedung bersama itu. Penting diketahui bahwa fasilitas perkuliahan yang standar itu juga menentukan akreditasi.
Bagaimana dengan kebutuhan anggaran untuk membangun fasilitas itu?
Memang harus diakui bahwa anggaran yang tersedia terbatas, karena itu akan dibikin skala prioritas. Namun, Unud memiliki lahan 147 hektar di Bukit. Itu lahan yang sangat luas di tengah lingkungan pariwisata di sekitarnya. Nah, lahan itu akan kami optimalkan penggunaannya. Ingat, salah-satu indikator kerja utama perguruan tinggai adalah bagaimana aset-aset yang dimiliki kampus itu bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya secara optimal. Pemerintah justru mendorong pemanfaatan aset itu secara optimal. Kita tahu sendiri, lahan di Bukit ini masih cukup banyak yang idle.
Dengan keterbatasan anggaran, kita nanti bisa kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk pengadaan dan perbaikan sarana-prasarana pendidikan.
Baca juga: Wawancara Martin Bashir dengan Putri Diana Tahun 1995 Kembali Disorot Publik Inggris
Selain gedung kuliah bersama, jika terpilih rektor nanti, kami akan bangun asrama mahasiswa. Saat ini total mahasiswa Unud sebanyak 25.000-an orang, dan setiap tahun ada tambahan sekitar 7.500 mahasiswa baru. Kebanyakan mahasiswa Unud tidak tinggal di sekitar kampus di Bukit. Mereka tinggal jauh dari kampus, yakni di Denpasar dan sekitarnya. Padahal, jadwal kuliah bisa ada yang pagi, bisa sore. Kalau pagi ke kampus, kemudian pulang dan sore balik kampus lagi, ini jelas tidak nyaman.
Persoalan tidak hanya dari sisi efisiensi waktu dan biaya, tetapi yang penting juga dari sisi keamanan dan keselamatan mahasiswa. Sekarang ini kondisi lalu lintas di jalanan kan sedemikian rupa. Nanti dengan dibangun asrama mahasiswa di lingkungan dalam kampus yang bisa menampung, katakanlah 6.500 orang, maka ada banyak hal yang akan jadi lebih baik. Jarak tempat kuliah dan asrama jauh lebih dekat.
Nanti bisa saja mahasiswa baru wajib tinggal di asrama hingga semester kedua. Nah, jika asrama hidup, maka tentu juga butuh fasilitas-fasilitas untuk penghuni asrama. Jelas mereka butuh tempat makan yang dekat. Karena itu, nanti di lingkungan asrama juga dibangun semacam restoran. Selain itu juga dibikin fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas olahraga.
Untuk asrama, restoran, dan fasilitas olahraga, itu semua bisa dibuat melalui kerjasama dengan pihak luar. Nanti tinggal ditentukan pola kerjasamanya seperti apa, yang sesuai ketentuan. Saya kira, pihak luar masih mungkin berminat. Namun, untuk pembangunan fasilitas yang tidak mungkin diadakan kerjasama dengan pihak luar, seperti gedung kuliah, barulah anggaran universitas digunakan.
Bisa semua sarana-prasarana tersebut diselesaikan dalam masa 4 tahun jabatan rektor?
Bisa saja. Karena ada yang dikerjasamakan pembangunannya dengan pihak luar, maka itu bisa dikerjakan secara simultan. Bisa selesai dalam waktu 8 bulan hingga setahun.(ni luh putu sri wahyuni/sunarko)