Banyak Hotel yang Dijual di Badung, Giri Prasta : Saya Tidak Mau Berkomentar 

Ditengah Pandemi Covid-19 banyak hotel di Kabupaten Badung, Bali yang dijual. Hal itu lantaran kondisi pariwisata di Badung tengah mati suri.

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Eviera Paramita Sandi
Pixabay
Ilustrasi hotel 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Ditengah Pandemi Covid-19 banyak hotel di Kabupaten Badung, Bali yang dijual.

Hal itu lantaran kondisi pariwisata di Badung tengah mati suri.

Kendati demikian Bupati Badung Nyoman Giri Prasta enggan mengomentari hal tersebut.

Ia mengaku semua itu merupakan manajemen hotel yang sudah dilakoni oleh para pengusaha.

"Untuk itu (penjualan hotel-red) saya tidak mau berkomentar. Karena itu kewenangan manajeman hotel," ujar Giri Prasta saat ditemui beberapa hari lalu.

Giri Prasta mengatakan di Kabupaten Badung sejatinya terdapat yang milik pribadi dan yang lain.

Masalah untuk ke dalam terkait penjualan hotel itu pihaknya mengaku tidak mau masuk di dalamnya

"Saya tidak bisa masuk ke dalam. Ketika terjadi transaksi oleh mereka, siapapun atau bagaimana itu bentuknya yang penting ingat BPHTB," bebernya.

Disinggung apa ada imbauan untuk pelaku pariwisata, dirinya mengaku tidak ada imbauan.

Pasalnya semua itu teknis atar perusahaan atau perorangan.

"Mereka kan sudah menghitung Break Even Point (BEP). Jadi yang penting ingat BPHTB," tungkasnya

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengakui kini banyak aset hotel dan restoran di Badung yang dijual disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19.

"Selain itu tingginya biaya operasional yang diperlukan juga menyebabkan puluhan hotel terpaksa dijual," katanya

Sebelumnya, data sampai bulan Juni, jumlah hotel dan restoran yang sudah dijual dan pailit ada sekitar 50.

Untuk hotel bintang tiga dengan 100 kamar, dalam kondisi buka diperlukan biaya operasional mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.

Sedangkan dalam keadaan tutup diperlukan biaya minimal Rp 50 juta sampai Rp100 juta perbulannya.

"Kalau dilihat dari tingkat hunian yang saat ini hanya 10 persen dari jumlah kamar yang tersedia di Bali melebihi 146 ribu," katanya

Dicontohkan pula kalau nantinya hunian hotel bisa mencapai 7.000 sampai 9.000 wisatawan itu jumlahnya masih sangat sedikit.

Bahkan semua itu pun tentunya tidak sebanding.

Lebih lanjut dikatakan bahwa penjualan hotel ini tentunya juga tidak dapat memberikan keuntungan bagi pemilik maupun karyawan.

Pasalnya hotel yang dijual sudah pasti dengan harga yang lebih rendah dari harga normal sebelum pandemi.

"Di kondisi normal harga hotel dapat mencapai Rp 100 miliar, kalau sekarang harganya turun sampai 20 persen. Anggaplah mampu menjual Rp 75 miliar sampai Rp 85 miliar," bebernya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved