Himpitan Ekonomi Akibat Pandemi Membuat Banyak Orang Percaya Sumbangan Rp 2 Triliun Akidi Tio
Banyak masyarakat yang langsung percaya terkait dana hibah Rp 2 Triliun tersebut meski kini diduga bodong.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Sumbangan Rp 2 Triliun keluarga Akidi Tio membuat satu Indonesia heboh di tengah keadaan darurat kesehatan akibat pandemi Covid-19.
Banyak masyarakat yang langsung percaya terkait dana hibah Rp 2 Triliun tersebut meski kini diduga bodong.
Mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Hamid Awaluddin apa yang terjadi saat ini adalah karena suasana batin masyarakat di tengah himpitan pandemi Covid-19.
Akhirnya dana hibah Rp2 triliun membuat harapan baru di masyarakat.
"Lihat suasana batin bangsa Indonesia di tengah himpitan pandemi Covid-19. Ekonomi terseret jalannya. Faktor psikologis keterbatasan gerak. Tiba-tiba ada orang yang menawarkan pesona ingin meringankan beban, maka segala keterhimpitan itu dibuka seperti air bah. Waduh ada nih secercah harapan," kata Hamid dalam Live Talk Tribunnews 'Misteri Sumbangan Rp2 Triliun dan Pelecehan Akal Sehat Pejabat' secara daring pada Selasa 3 Agustus 2021.
Baca juga: Merasa Tak Masuk Akal, Jusuf Kalla Minta Sumbangan Rp 2 Triliun Akidi Tio Dihentikan Saja
Suasana batin ini, kata Hamid, membuat seolah keluarga alm Akidi Tio datang sebagai pahlawan bangsa.
Hal ini pun pernah terjadi di berbagai kasus serupa.
Dijelaskan Hamid, kasus ini pernah terjadi kala usai terjadinya gempa bumi di sejumlah daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Palu.
Baca juga: Tanggapan Bank Mandiri Soal Cek Bilyet Rp 2 Triliun Atas Nama Heryanti Anak Akidi Tio
Ketika itu, ada seorang yang mengaku konglomerat akan membangun rumah warga terdampak.
Namun hingga saat ini, belum jelas apakah rencana tersebut telah terealisasi atau belum.
"Saat itu langsung menyambut semua. Karena waktu itu anak anak bangsa kita dalam situasi depresi karena gempa bumi, karena likuifaksi dan sebagainya," jelasnya.
Atas dasar itu, Hamid menuturkan psikologis seorang manusia sejatinya akan mudah percaya ketika dalam kondisi sulit maupun depresi terhadap suatu masalah.
"Saya selalu menggunakan analogi bahwa di tengah himpitan karena pandemi belum kalau ada orang yang ngomong untuk keluar dari pandemi itu minum obat nyamuk campur bedak itu pun bakal dipercaya. Karena kita ingin keluar himpitan. Apalagi kalau menjanjikan Rp2 triliun kan, suasana batin keterhimpitan yang buat orang euphoria manakala ada memberikan janji," tukasnya.