Musik

Sering Lihat Postingan di Media Sosial dengan Caption Nyerah, Navicula Rilis Single 'Mulih'

Lagu 'Mulih' yang dikemas dengan menggunakan bahasa Bali ini merupakan single pertama Band Navicula yang menggunakan bahasa daerah

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Band Navicula ketika sedang melakukan press release lagu 'Mulih' pada, Rabu (13 Oktober 2021). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kembali ke kampung halaman kini menjadi sebuah solusi khususnya bagi anak rantau yang sudah babak belur dihantam pandemi Covid-19.

Hal tersebut lah yang membuat Band asal Bali, Navicula meluncurkan single bertajuk 'Mulih' atau jika diartikan kedalam bahasa Indonesia yakni pulang.

Lagu 'Mulih' yang dikemas dengan menggunakan bahasa Bali ini merupakan single pertama Band Navicula yang menggunakan bahasa daerah.

Ketika ditemui, Vokalis Band Navicula, Gede Robi Supriyanto atau yang akrab disapa Robi mulai menceritakan apa motivasinya bersama personel Navicula lainnya memproduksi lagu tersebut.

Baca juga: Pertama Kali Setelah 25 Tahun, Navicula Band Rilis Lagu Berbahasa Bali “Mulih”, Berikut Liriknya

"Motivasinya sebenarnya Navicula harus tetap berkarya walaupun dalam situasi Pandemi. Dan waktu kita membuat karya memang menangkap momen saat ini dan update saat ini.

Kita juga mencoba menceritakan situasi yang seperti ini dengan angle-angle menarik seperti tadi yakni pulang kampung," ungkap pria kelahiran 7 April 1979 tersebut.

Fenomena 'orang pulang kampung' karena pandemi sering Robi temui terutama di Media Sosial seperti Instagram.

Disana ayah dari satu anak ini melihat banyak masyarakat yang tinggal di perantauan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya lalu menggunggah postingan dengan caption 'nyerah' atau yang dapat dimaknai dengan sudah menyerah mengarungi hidup di Kota.

"Selain itu juga berasal dari riset saya yang melakukan training di kampung-kampung. Banyak juga orang-orang yang tidak biasa kerja dikampung pulang dalam keadaan gagal. Perasaan gagal di kota. Tapi yang aku tampilkan disini pulang kampung menjadi sebuah impian bahwa kampung itu bisa menjadi sebuah surga," tambahnya.

Menurutnya kekuatan yang dapat mengajarkan kita untuk melestarikan budaya Bali bukan hanya sekedar berbahasa bali, atau menggunakan pakaian endek Bali.

Jika kita ingin melestarikan budaya Bali, Robi mengatakan juga harus melestarikan sektor pertanian di Bali.

"Budaya bali sebenarnya bukan hanya sekedar ritual saja, namun juga etika dan filosofi yang harus kita pahami. Lagu Navicula kalau ditelaah walaupun kita sangat kontemporer sangat modern isinya local wisdom semua. Budaya bali semua, lagu metamorfosa kata itu dari Tri Karya Parisuda," sambungnya.

Lebih lanjutnya ia mengatakan, pandemi ini memang situasi yang buruk bagi semua orang.

Sektor pariwisata ambruk bahkan musisi tidak lagi mempunyai pekerjaan. Robi pun menekankan agar melihat sesuatu dari perspektif lain.

Baca juga: Wikithon #3, Robi Navicula Ajak Generasi Milenial untuk Peduli Lingkungan Cerdas Olah Sampah

Menurutnya ada suatu pelajaran yang dapat diambil. Salah satu ketakutan diawal Pandemi adalah kedaulatan pangan.

Dengan situasi Indonesia dan Bali seperti ini bagaimana masyarakat dapat kenyang terlebih dulu.

"Makanya ada kebun rumah mulai meningkat prioritas-prioritas baru. Orang udah mulai berpikir apa yang primer. Aku sendiri tidak ada melihat kritikan di lagu ini sebenarnya. Sisi kritik tidak ada, justru ingin memperlihatkan 'cang sube nyerah' (aku sudah menyerah). Karena berada di situasi pandemi hidup di kota bergantung pada sistem yang fragile. Industri pariwisata adalah industri yang sangat fragile," lanjutnya.

Industri pariwisata merupakan sektor yang bersifat sangat fragile atau rentan. Seperti contohnya, ketika terjadi bencana Gunung Agung di Bali jumlah turis akan mengalami penurunan.

 Selain itu ketika terjadi perang di Timur Tengah jumlah turis juga ikut alami penurunan.

Selama ini, Robi mengatakan kebanyakan kita bertaruh 100 persen dan menaruh semua telur dalam keranjang pada sesuatu yang fragile atau rentan.

"Dari dulu Navicula sudah membahas. Hanya saat ini mungkin kita lebih enak bicarainnya karena semua orang sudah tahu benar-benar fragile karena pandemi Covid-19 yang global. Ada sesuatu yang tidak fragile yang Bali punya, yakni budaya dan alam," terangnya.

Sementara itu, baru kemarin Selasa (12 Oktober 2021) videoklip 'Mulih' diunggah pada media sosial YouTube, viewernya sentuh angka 20 ribu.

Robi pun tak menyangka bahwa respons dari masyarakat cukup bagus.

Selain itu banyak respons dari orang-orang di luar Bali yang berkomentar seperti 'aku gak ngerti liriknya, tapi nangkap maksudnya komedi'. Hingga akhirnya pihaknya menaruh arti lirik di kolom komentar.

"Kalau ketika manggung di luar kota dan ada yang meminta untuk membawakan lagu 'Mulih' ya why not. Contohnya ketika manggung di Yogyakarta banyak anak-anak Bali kuliah disana dan meminta membawakan lagu ini ya bisa saja," tutupnya. (*)

Artikel lainnya di Musik

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved