Berita Gianyar

Bocah 12 Tahun Tewas Ditabrak Saat Ngelawang Barong, Sang Ayah: Anak Saya Sudah Diincar Makhluk Gaib

Peristiwa maut I Komang Barat Napoleon (12) yang tewas di tempat saat ngelawang barong di Jalan Raya Kembengan, Tulikup, Gianyar, menyisakan misteri

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Ayah korban Komang Napoleon, I Kadek Puja, saat ditemui di rumah duka, Banjar Roban, Desa Tulikup, Gianyar, Bali, Minggu 14 November 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Peristiwa maut I Komang Barat Napolen (12) yang tewas di tempat saat ngelawang barong di Jalan Raya Kembengan, Desa Tulikup, Gianyar, Bali, masih menyisakan misteri.

Bahkan ayah Komang Napoleon, I Kadek Puja, meyakini kecelakaan yang dialami anaknya tak lepas dari sisi niskala (mistis).

Terutama terkait lokasi kejadian anaknya ditabrak saat ngelawang barong tersebut.

Ia menyatakan di TKP banyak unen-unen atau makhluk gaib.

Kadek Puja meyakini peristiwa meninggalnya sang anak tersebut bukan murni kecelakaan lalu lintas.

Karena itu, ia tidak menyalahkan teman-temannya yang meninggalkan korban saat tergeletak tak bernyawa di TKP. 

Komang Napoleon, warga Banjar Roban, Desa Tulikup, Gianyar, tewas tertabrak motor saat ngelawang barong bersama teman-teman sebayanya di Jalan Raya Banjar Kembengan, Desa Tulikup, Sabtu 13 November 2021 petang.

Korban meninggal di lokasi akibat benturan di kepala. 

Informasi dihimpun Tribun-Bali.com, Minggu 14 November 2021, korban bersama teman-teman sebayanya ngelawang barong bangkung menggunakan barong milik korban sendiri.

Saat itu, mereka ngelawang di kawasan jalan raya Kembengan menuju objek wisata Taman Nusa, dengan posisi di barat jalan raya.

Mereka ngelawang dari sore hari. Ketika sore berganti malam, datang sebuah sepeda motor yang dikendarai remaja dari arah utara dengan kecepatan tinggi.

Saat berada di TKP, motor tersebut diduga kehilangan kendali, lalu menabrak Komang yang sedang menabuh gamelan.

Saking kencangnya laju kendaraan, Komang terseret hingga beberapa meter, lalu motor menabrak benda keras sampai rusak.

Pemotor yang belum diketahui identitasnya itu kritis dan dibawa ke rumah sakit.

Sementara Komang meninggal di tempat dengan luka di kepala. 

Ketika Komang tergeletak di jalan, teman-temannya yang diajak ngelawang langsung kabur karena ketakutan.

Tidak ada satupun yang melaporkan kejadian itu kepada orangtua Komang.

Mereka pulang ke rumah masing-masing.

Hingga akhirnya ada orang lain yang memberitahukan kepada ibu korban lewat telepon selular.

Baca Juga: Kadek Puja Ceritakan Kejadian Aneh Sebelum Anaknya Tewas Saat Ngelawang Barong di Gianyar 

Baca Juga: Ngelawang Barong, Bocah 12 Tahun Tewas Tertabrak Motor di Gianyar, Teman-temannya Lari Ketakutan 

Cerita Kadek Puja

Ditemui wartawan di rumah duka, Minggu 14 November 2021, Kadek Puja menceritakan Komang dan teman-temannya sudah sering ngelawang barong di lokasi kejadian.

"Di sana katanya murah rejeki, terakhir di sana dapat Rp 500 ribu. Biasanya dapat Rp 400 ribu paling banyak,” tutur Kadek Puja.

Diduga karena sering mendapat upah ngelawang yang banyak di Banjar Kembengan, Komang dan rekan-rekannya kembali ngelawang ke sana pada Sabtu kemarin.

Kadek Puja meyakini lokasi kejadian memiliki sisi mistis yang kuat, dan anaknya sudah diincar sejak awal oleh unen-unen di sana.

"Mungkin anak-anak yang diajak ngelawang itu sebenarnya bukan teman-temannya. Hanya meminjam tubuh teman-temannya, tapi itu unen-unen (mahkluk gaib) di sana,” kata Puja kepada awak media.

“Anak saya sudah diincar sejak awal, sejak dia dapat banyak rezeki di sana," tandasnya.

Polisi melakukan olah TKP di lokasi kejadian Komang Napoleon ditabrak motor hingga tewas di Jalan Raya Kembengan, Tulikup, Gianyar, Bali, Sabtu 13 November 2021 malam.
Polisi melakukan olah TKP di lokasi kejadian Komang Napoleon ditabrak motor hingga tewas di Jalan Raya Kembengan, Tulikup, Gianyar, Bali, Sabtu 13 November 2021 malam. (istimewa)

Puja menambahkan, dirinya tidak pernah menyuruh atau berpikir anaknya ngelawang agar dapat uang.

“Saya selalu mendukung apa yang dilakukan anak saya. Karena itu bagian dari tradisi dan hobi. Apalagi anak saya sangat suka megamel," ujar Puja, yang berusaha tegar.

Di hari kejadian, tepatnya di pagi hari, Puja menuturkan biasanya anaknya tersebut sudah bangun pukul 07.30 Wita.

Namun saat itu, bocah 12 tahun yang akrab dipanggil Koming itu tidak juga bangun sampai pukul 08.00 Wita.

"Biasanya jam 7.30 dia sudah bangun. Mungkin dia merasa lelah ngelawang. Jam 8.30 saya bangunkan. Dia bilang, kasi Ming waktu lagi 30 menit. Saya bilang, jangan lama-lama tidur biar ada kegiatan pagi-pagi. Dia minta maaf,” kata Puja.

“Lalu saya dan istri tinggalkan dia karena ada acara keluarga di Klungkung sampai jam 5 sore," lanjut Puja, mengenang pertemuan dan percakapan terakhirnya bersama anak bungsunya itu.

Sebelum meninggalkan anaknya yang masih tertidur, Puja berpesan agar ketika ngelawang, supaya membawa lampu pecalang agar dilihat orang saat malam hari.

Hanya saja, saat Puja kembali ke rumah, lampu yang dimaksud tidak dibawa oleh Komang.

Tidak berselang lama, ia mendengar kabar anaknya ditabrak motor dan kemudian mendapati anaknya sudah tidak bernyawa di lokasi ngelawang yang sebelumnya 'murah rezeki'. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved